Amiruddin Amiruddin
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

TANDA DALAM PEMALI YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT ETNIK MANDAR DI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR: TINJAUAN SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE Amiruddin Amiruddin; M. Bahri Arifin; Syamsul Rijal
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 3, No 4 (2019): Oktober 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.003 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v3i4.2127

Abstract

Pemali ialah hal-hal yang dilarang atau sesuatu yang tidak boleh dilakukan, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Setiap etnik di Indonesia memiliki pemali yang diterapkan di setiap kegiatan sebagai wujud kearifan dalam memaknai dan menyikapi kehidupan. Ikatan aturan tersebut lama-kelamaan melekat dalam diri setiap masyarakat sehingga meski tidak berada di daerah asal, aturan tersebut tetap diterapkan. Salah satu etnik di Indonesia yang masih menerapkan pemali meski telah melakukan migrasi, yaitu etnik Mandar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemali-pemali yang masih dilaksanakan dan menjelaskan makna tanda dalam pemali masyarakat etnik Mandar. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif yang dipaparkan secara deskriptif. Data penelitian ini, yaitu pemali yang disampaikan dan diterapkan oleh masyarakat etnik Mandar. Adapun sumber data adalah masyarakat etnik Mandar yang telah mendiami dan menjadi penduduk di Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu teknik wawancara yang dikombinasikan dengan teknik rekam dan catat. Teknik analisis data yang digunakan, yaitu teknik analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap pemali terdapat tanda-tanda yang memiliki makna berbeda-beda sesuai dengan keyakinan, tradisi, dan lingkungan masyarakat etnik Mandar. Makna tanda-tanda tersebut memiliki fungsi untuk memberikan pelajaran tentang kesehatan, sopan santun, kebersihan, keselamatan, keagamaan, keberkahan hidup, rasa syukur, hidup sosial, dan kesejahteraan keluarga. Pemali are things that are prohibited or something that should not be done, both in the form of speech and deeds. Every ethnic group in Indonesia has a leader who is applied in every activity as a form of wisdom in interpreting and responding to life. These rules are gradually embedded in every society so that even though they are not in their home areas, the rules are still applied. One of the ethnic groups in Indonesia who still applies pemali despite migrating, namely ethnic Mandar. This study aims to find out the diggers who are still being carried out and explain the meaning of the signs in the Mandali ethnic community pemali. This study included field research with a qualitative approach that was described descriptively. The data of this study, namely the pemali delivered and applied by the ethnic Mandar community. The data sources are ethnic Mandar people who have inhabited and become residents in Samarinda City, East Kalimantan Province. Data collection techniques used, namely interview techniques combined with recording and recording techniques. The data analysis technique used is interactive analysis techniques. The results of the study show that each pemali there are signs that have different meanings according to the beliefs, traditions and environment of the Mandar ethnic community. The meaning of these signs has a function to provide lessons on health, courtesy, cleanliness, safety, religion, life blessings, gratitude, social life, and family welfare.