Eny Palupi
Department Of Community Nutrition, Bogor Agricultural University, Indonesia Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, 16680 Bogor, Indonesia

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH-BUAHAN LOKAL DAN ORGANIK SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN KONSUMEN CINTA PRODUK NASIONAL Ujang Sumarwan; Eny Palupi
Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen Vol. 10 No. 2 (2017): JURNAL ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
Publisher : Department of Family and Consumer Sciences, Faculty of Human Ecology, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.793 KB) | DOI: 10.24156/jikk.2017.10.2.157

Abstract

The objectives of the study were to analyze factors influencing preferences towards fruits and to measure consumer preference on the three attributes of fruits which is a type of fruit, fruit origin (local and imported), as well as the way of cultivation (organic and non-organic) fruits and determine what attributes are more preferred by consumers. The study involved 391 respondents students of the Bogor Agricultural Institute who were selected by convenience sampling technique. The survey was conducted by direct interview using a questionnaire with structured questions and choices. Data were analyzed using multiple regression and conjoint analyses. The results showed that the respondents have the highest preference to attribute cultivation of organic fruits, followed by aspects of the locality and the type of fruit. Respondents preferred organic fruit as compared to non-organic fruit, local fruit is more desirable than the imported fruit. The results of this study provide important implications for consumer education to love national fruit products. Consumer preferences towards local and organic fruits need to be maintained and enhanced through consumer education. Consumer education is necessary to build a spirit of love national fruit products and to increase consumer knowledge about the benefits of organic fruits.
SNACK BAR MADE FROM SORGHUM AND BEANS WITH ADDITION OF RED PALM OIL AS SUPPLEMENTARY FOOD FOR PREGNANT WOMEN WITH CHRONIC ENERGY DEFICIENCY Aisyah Nurhusna; Sri Anna Marliyati; Eny Palupi
Media Gizi Indonesia Vol. 15 No. 3 (2020): JURNAL MEDIA GIZI INDONESIA
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgi.v15i3.173-183

Abstract

The prevalence of chronic energy defi ciency in pregnant women was in poor conditions since 2016 to 2018. One of the solution to overcome chronic energy defi ciency in pregnant women is by providing supplementary food as snack, such as snack bar. Snack bar was made from sorghum and beans (red bean and black soybean) which are local food source of energy and protein. The objective of this study was to develop and analyze sorghum and beans-based snack bar with addition of red palm oil (RPO) as supplementary food for pregnant women with chronic energy defi ciency. This study used complete randomized design with the ratio of sorghum fl akes and beans chunks with the addition of RPO as treatment in three replications. Determination of selected formula were based on sensory analysis and protein content of product. The selected formula was F4 (ratio of sorghum fl akes:beans = 2:1, 2% RPO) which contained 8.59% moisture, 2.38% ash, 15.26% protein, 21.38% fat, 3.67% crude fi ber, 52.05% carbohydrates, 447 kcal energy, 10.98% dietary fi ber, 27,35 mg/kg β-carotene, 23.00 mg/kg iron, 13.21 mg/kg zink, 304.40 mg/kg calcium, 48.69% the limiting amino acid score, and 75.84% protein digestibility. F4 could be accepted by pregnant women with overall acceptability of 97%. F4 potentially be used as one of the alternative supplementary food for pregnant women with chronic energy defi ciency because of its acceptability, enable to fulfi ll supplementary food standard, and had higher protein and fi ber content than existing supplementary food for pregnant women with chronic energy defi ciency
Pengembangan RUTF (Ready to Use Therapeutic Food) Berbahan Serealia dan Kedelai bagi Balita Malnutrisi Akut Berat Produk Development of RUTF (Ready to Use Therapeutic Food) Using Cereals and Soybean for Children with Severe Acute Malnutrition Anisa Dewi Mentari; Budi Setiawan; Eny Palupi
Media Gizi Indonesia Vol. 17 No. 1 (2022): JURNAL MEDIA GIZI INDONESIA (NATIONAL NUTRITION JOURNAL)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgi.v17i1.11-20

Abstract

Malnutrisi akut pada kelompok usia balita masih menjadi masalah gizi serius di Indonesia. Sebanyak 10,4% balita di Indonesia mengalami malnutrisi akut dengan 3,5% diantaranya tergolong malnutrisi akut berat. RUTF (Ready to Use Theurapetic Food) merupakan makanan pemulihan yang sudah terbukti efektif menanggulangi masalah malnutrisi akut berat. Pemberian RUTF di Indonesia belum menyeluruh dan masih diperoleh secara import, sehingga perlu adanya inovasi dalam mengembangkan RUTF dengan memanfaatkan pangan lokal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan dan menganalisis zat gizi produk pasta RUTF berbasis pangan lokal yang terdiri dari beras, jagung, kedelai dan tempe untuk menanggulangi masalah status gizi balita yang mengalami malnutrisi akut berat. Desain dari penelitian ini adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua kali ulangan. Terdapat dua faktor perlakuan, yaitu jenis serealia dan jenis kacang. Masing-masing faktor terdiri dari dua taraf, yaitu beras dan jagung (Faktor A) serta kedelai dan tempe (Faktor B).  Penelitian ini terdiri dari empat formula, yaitu A1B1 (beras-kedelai), A2B1 (jagung-kedelai), A1B2 (beras-tempe), A2B2 (jagung-tempe). Formula dengan perpaduan beras dan kedelai (A1B1) dipilih sebagai formula terbaik berdasarkan hasil organoleptik, kandungan protein dan daya cerna protein in vitro. Hasil analisis kimia pasta RUTF terpilih mengandung kadar air 1,87%, abu 2,80%, protein 14,35%, lemak 32,50%, karbohidrat 45,29%, energi 531 kkal, serat pangan 3,19%, Fe 13,99 mg/100 g, Ca 395,73 mg/100 g dan daya cerna protein in vitro 95,47%. Secara keseluruhan, nilai zat gizi formula terpilih telah memenuhi persyaratan yang direkomendasikan oleh WHO, sehingga produk ini dapat menjadi alternatif untuk mengatasi masalah manutrisi akut berat pada balita.
KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAN KOMPOSISI ZAT GIZI MINUMAN CHICKEN ESSENCE YANG DIBUAT DENGAN PRESSURE COOKING Ahmad Sulaeman; Erna Puspasari; Eny Palupi; M Jevi Rachman
GIZI INDONESIA Vol 45, No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v45i1.618

Abstract

Chicken essence (CE) is a type of functional food with various health benefits. This study aims to develop CE derived from broiler chicken at 3 different ages of slaughtering. CE was made by pressure cooking method for 4 hours and with the addition of red ginger, brown sugar, honey, and sesame oil. Organoleptic tests were performed. Color, pH, total dissolved solids, and viscosity were determined to evaluate the physical characteristics. The evaluation of nutritional value was done by proximate analysis. The amino acid profile of the selected formula was then analyzed. Based on the hedonic test, F2 showed the highest level of acceptance. Physical analysis showed that the pH of developed CE tended to be acidic (pH = 5.44 – 5.65) and had a red color but was not quite light. Total dissolved solid was not significantly different between the formulas. The nutritional evaluation showed that the energy ranged from 77 - 85 kcal, 79.52 - 81.21 percent water, 2.26 - 2.89 percent ash, 13.54 - 15.15 percent protein, and 4.56 - 4.68 percent fat. F2 was determined as the selected formula, but the amino acid score (AAS) was still very low (AAS = 2.3). Therefore, further research needs to improve the quality of chicken essence protein.ABSTRAKChicken essence (CE) merupakan salah satu jenis pangan fungsional dengan beragam manfaat kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan CE dari karkas ayam broiler dengan 3 umur potong yang berbeda (21, 28 dan 35 hari). CE dibuat dengan metode pressure cooking selama 4 jam dengan penambahan jahe merah, gula merah, madu dan minyak wijen. Uji organoleptik dilakukan terhadap semua formula dan dibandingkan dengan CE komersil. Analisis fisik dilakukan dengan menilai pH, warna, total padatan terlarut dan viskositas. Evaluasi nilai gizi dilakukan dengan analisis proksimat (air, abu, protein lemak dan karbohidrat). Analisis profil asam amino dilakukan dengan menggunakan ultra performance liquid chromatography (UPLC) terhadap formula terpilih. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan mutu organoleptik antar formula yang dikembangkan. Dibandingkan dengan CE komersil, CE yang dikembangkan memiliki warna yang lebih tidak gelap, lebih tidak beraroma ayam dan anyir, lebih manis, asam dan gurih, dan lebih tidak pahit, namun lebih kurang jernih, kurang homogen dan kurang shininess, lebih kental dan banyak endapan. Berdasarkan uji hedonik, formula dengan umur potong 28 hari, (F2) cenderung memiliki tingkat kesukaan tertinggi. Analisis fisik menunjukkan pH CE yang dikembangkan cenderung asam (pH = 5,44 – 5,65) dan memiliki warna kemerahan namun tidak cerah. Sementara itu, tidak ditemukan perbedaan pada total padatan terlarut. Hasil evaluasi nilai gizi menunjukkan kandungan energi berkisar 77 - 85 kkal, air 79,52 – 81,21 persen, abu 2.26 – 2,89 persen, protein 13,54 – 15,15 persen dan lemak 4,56 – 4,68 persen. F2 ditentukan sebagai formula terpilih, namun Skor asam amino (SAA) masih sangat rendah (SAA = 2,3). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjtuan untuk meningkatkan kualitas protein CE.  Kata kunci: ayam broiler, chicken essence, nilai gizi, pangan fungsional
Indeks Massa Tubuh (IMT/U) berhubungan dengan daya ingat anak usia 5-6 tahun Eny Palupi; Ahmad Sulaeman; Angelika Ploeger
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4 NOMOR 3, SEPTEMBER 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.024 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(3).129-138

Abstract

Background: Lack of nutrient during the early-life might impair the brain development which is not able to be paid-off on later life.  Objectives: To explore the potential relationship between a series of nutritional status (weight-for-age, height-for-age and BMI-for-age) and a series of brain development indicators (memory, learning, attention, IQ and EQ). Methods: Brain development indicators were assessed using Projective Multi-phase Orientation method. This study was conducted among 118 boys and 103 girls age 5-6 years old from 5 different rural and urban areas in Bogor, West-Java, Indonesia, between November 2012 to December 2013. Non-parametric test and Principal Component Analysis were applied for data analysis. Results: There was a positive relationship (p<0.05) between BMI and memory ability but failed to reveal any significant differences between the cognitive abilities assessed and two other child growth indicators (weight-for-age and height-for-age). A Mann-Whitney U test showed that children with BMI-for-age z score ≥ -3 (n=170) had significantly (p<0.05) better memory’s ability (50.49±11.92) compared to children with BMI-for-age z score < -3 (n=51) (46.65±11.13). Conclusions: BMI-for-age was potential as a predictor for brain development of children age 5-6 years old. Correlation between the balance proportion of weight and height and the optimal hippocampal development in early-life stage was suspected as the reason behind this evidence.Latar belakang: Kekurangan gizi pada masa awal kehidupan diprediksi mampu mempengaruhi perkembangan otak yang tidak mungkin untuk diperbaiki pada tahap perkembangan berikutnya.Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi hubungan antara status gizi (BB/U, TB/, dan IMT/U) dengan beberapa indikator perkembangan otak (memory, learning, attention, intelligence quotient (IQ), dan emotional quotient (EQ)). Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang melibatkan 118 anak laki-laki dan 103 anak perempuan berusia 5 sampai 6 tahun, yang berasal dari 5 daerah yang berbeda di Bogor, Jawa Barat, Indonesia, pada bulan November 2012 hingga Desember 2013. Status gizi diukur menggunakan metode pengukuran antropometri. Beberapa indikator perkembangan otak diukur menggunakan metode projective multi-phase orientation. Data survei dianalisa dengan uji non-parametrik (Mann withney U dan Kruskal Wallis) menggunakan SPSS 16.0 dan principal component analysis menggunakan Unscrambler 10.2. Hasil: Penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan (p<0,05) antara IMT/U dan daya ingat, akan tetapi tidak berhasil mengungkapkan hubungan antara beberapa indikator perkembangan otak yang dianalisa dengan parameter status gizi yang lain (BB/U dan TB/U). Uji Mann-Whitney U menunjukkan bahwa anak dengan nilai z skor IMT/U ≥ -3 (n=170) secara signifikan (p<0,05) memiliki daya ingat yang lebih baik (50,49±11,92) dibandingkan dengan anak yang nilai z skor IMT/U < -3 (n=51) (46,65±11,13).Kesimpulan: IMT/U berpotensi sebagai prediktor awal terhadap kualitas perkembangan otak pada anak usia 5 sampai 6 tahun. Hubungan antara proporsi keseimbangan tinggi dan berat badan terhadap perkembangan hippocampus diprediksi menjadi alasan dibalik penemuan ini.KATA KUNCI: anak usia 5-6 tahun, kemampuan kognitif, status gizi
Evaluasi Nugget Tempe Mlanding (Leucaena leucocephala) sebagai Makanan Alternatif untuk Remaja Eny Palupi; Sarah Dilla Nurhidayah; Faisal Anwar; I Made Alit Gunawan
JURNAL NUTRISIA Vol 23 No 1 (2021): Maret (2021)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.518 KB) | DOI: 10.29238/jnutri.v23i1.134

Abstract

Latar Belakang : Tempe mlanding (Leucaena leucocephala) merupakan makanan khas dari daerah Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan dan sekitarnya). Tempe mlanding memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk makanan yang bernilai lebih. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melakukan formulasi dan evaluasi nugget berbahan dasar tempe mlanding sebagai makanan alternatif untuk remaja. Metode : Formulasi nugget dilakukan dengan menambahkan tempe mlanding pada adonan, yakni 12.5% tempe mlanding (F1), 18% (F2), dan 25% (F3). Uji organoleptik nugget tempe mlanding yang terdiri dari uji hedonik dan uji ranking dilakukan untuk mendapatkan formula terbaik. Analisis kandungan zat gizi dilakukan pada formula terpilih yang meliputi uji proksimat, kandungan mineral dan profil asam amino. Komposisi asam amino yang didapatkan kemudian digunakan untuk menentukan kualitas protein melalui metode skor asam amino (SAA). Hasil : Data uji hedonik pada atribut keseluruhan untuk produk nugget tempe mlanding menunjukkan hasil beturut-turut yaitu F1= 6.3 (agak suka), F2= 7.3 (suka), dan F3= 6.4 (agak suka), di mana F2 berbeda nyata dengan F1 dan F3 (P<0.05). Kandungan asam amino pada F2 sebagian besar lebih tinggi dibandingkan dengan formula kontrol. Asam amino pembatas pada setiap kelompok kelamin dan umur yaitu lisin dengan nilai SAA berkisar 0.53-0.61. Kesimpulan : Produk nugget tempe mlanding dapat menjadi sumber protein bagi remaja karena menyumbang >20% kebutuhan protein.