Hotnida Sitorus
Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. Jend. A. Yani. Kemelek km. 7. Baturaja OKU Sumatera-Selatan, Indonesia

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

AKSES PELAYANAN KESEHATAN DAN KEJADIAN MALARIA DI PROVINSI BENGKULU Sari, Rika Maya; Ambarita, Lasbudi P.; Sitorus, Hotnida
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 23, No 4 Des (2013)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.013 KB)

Abstract

AbstrakHingga saat ini malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan salah satunya adalah Provinsi Bengkulu. Penyakit ini tersebar luas di berbagai daerah, dengan derajat infeksi yang bervariasi. Terdapat banyak faktor yang berperan dalam penularan malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara akses pelayanan kesehatan dengan kejadian malaria di Provinsi Bengkulu berbasis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil analisis menunjukkan jarak rata-rata akses pusat pelayanan kesehatan A (rumah sakit, Puskesmas, praktek dokter, praktek bidan) sekitar 1.766,98 meter, sedangkan ke pusat pelayanan kesehatan B (Posyandu, Poskesdes, Polindes) sekitar 724,24 meter. Waktu tempuh rata-rata ke pusat pelayanan kesehatan A adalah 17 menit 66 detik dan 11 menit 95 detik ke pusat pelayanan kesehatan B. Terdapat hubungan antara jarak ke pusat pelayanan kesehatan A dengan kejadian malaria (p<0,05; OR=1,91), ada hubungan antara jarak ke pusat pelayanan kesehatan B dengan kejadian malaria (p<0,05; OR=1,09), ada hubungan antara waktu tempuh ke tempat pelayanan kesehatan A dan kejadian malaria (p<0,05; OR=1,48), serta tidak ada hubungan antara waktu tempuh ke pusat pelayanan kesehatan B dan kejadian malaria. Pemerintah daerah setempat perlu memprioritaskan penyediaan fasilitas kesehatan yang mudah diakses masyarakat dalam rangka meningkatkan pembangunan desa yang berkelanjutan.Kata kunci : Malaria, Akses pelayanan kesehatan , BengkuluAbstractUntil now, malaria is still a public health problem in Indonesia, and one of the endemic malaria is Bengkulu province. The disease is widespread in many regions, with varying degrees of infection. There are many factors that contribute to the malaria infection. This study aims to determine the association between malaria cases and the accessibility to health facility in Bengkulu province based on Riskesdas data 2007 obtained from National Institute of Health Research and Development. Data were analysed by univariate and bivariate methods. The results show the average distance to access health care center A (hospitals, public health center, dotor practice, midwife practice) of approximately 1766,98 meters, whereas is the health care center B (Posyandu, Poskesdes, Polindes) approximately 724,24 meters. The average travel time to a health care center A is 17,66 minutes and 11,95 minutes to health center B. There is association between the distance to health care center A and the incidence of malaria (p<0,05; OR=1,91), similarly the distance to the health center B (p<0,05; OR=1,09). There was association between travel time to the health service A and the incidence of malaria (p <0.05, OR = 1, 48), while there is no association between travel time to the health center B. Local government should prioritize to the provision of health care facility that easily accessible by the public to enhance sustainable rural development.Keywords : Malaria, Health Care Access,  Bengkulu
PERILAKU MASYARAKAT TERKAIT PENYAKIT KAKI GAJAH DAN PROGRAM PENGOBATAN MASSAL DI KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI, JAMBI Ambarita, Lasbudi P.; Taviv, Yulian; Sitorus, Hotnida; Pahlepi, R. Irpan; Kasnodihardjo, Kasnodihardjo
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 24, No 4 Des (2014)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.165 KB)

Abstract

AbstrakPenyakit kaki gajah adalah penyakit menular bersumber binatang yang ditularkan oleh nyamuk pembawa parasit cacing filaria. Upaya yang dilakukan di tingkat global maupun nasional dalam program eliminasi filariasis,  yaitu  pengobatan  massal.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  perilaku  masyarakat terkait penyakit kaki gajah dan program pengobatan massal sebelum dilaksanakan pengobatan tahun ketiga di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Propinsi Jambi. Metode penelitian non-intervensi dengan rancangan potong lintang. Unit sampel adalah kepala keluarga dengan total sampel 380orang yang  ditentukan  secara  stratified  sampling.  Instrumen  yang  digunakan  adalah  kuesioner  terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan 45,5% responden sering keluar rumah pada malam hari dengan berbagai jenis aktivitas, sebagian besar (99,5%) menggunakan alat pelindung diri dari gigitan nyamuk. Sebanyak 7,5%  responden  menyatakan  pernah  diperiksa  sediaan  darah  jari  terkait  penyakit  kaki  gajah,  5,4% pernah mengalami gejala demam berulang. Sebagian besar (86,6%) tahu ada pembagian obat massal di wilayahnya, 69,1% mengetahui ada sosialisasi pengobatan massal dan 86,1% pernah mendapat obat. Dari 324 responden yang menyatakan pernah diberi obat, 76% menyatakan minum obat yang diberikan dan 41% minum obat 2 kali, 24% tidak meminum obat yang diberikan yang sepertinya dengan alasan  utama  takut  efek  samping  obat  (50,8%).  Diperoleh  hubungan  bermakna  antara  umur,  jenis kelamin, informasi pengobatan, sosialisasi dan distribusi obat terhadap kepatuhan minum obat pada program pengobatan massal penyakit kaki gajah.Kata kunci : Penyakit kaki gajah, Perilaku, Pengobatan massal, Kecamatan PemayungAbstractLymphatic filariasis (LF) is an infectious disease transmitted by mosquitoes that carries parasitic filarial worms. One of the efforts made at the national and global levels in the filariasis elimination program is the mass drug administration (MDA). This study aims to determine practice towards lymphatic filariasis and mass drug administration among population at Pemayung Subdistrict of Batanghari District, Jambi and carried out before the third MDA in 2011. This research is a non-intervention study with crosssectional design. Sample units is households and a total of 374 households had been selected randomly. A practice questionnaire was used to collect data on practice regarding LF and responses to MDA. The results showed for risky behaviour among the respondents, 45.5% said often going out at night with various kinds of activity, 99.5% using protection to avoid mosquito bites, 7.5% have follow blood test for microfilaria detection and 5.4% having experienced periodic fever. Most of respondents (86.6%) know the distribusion of LF drugs in their villages, 69.1% of them ever heard socialization of MDA and 86.1% had been given the drug. Of 324 respondents that had been given a drug, 76% ever consume drug and 41% of them consume it once time while 24% didn’t consumpt the drugs with the main reason was fear of side reaction (50.8%). There were correlation (p<0.05) between age, sex, MDA campaign, distribution of medicinewithdrinking medicine compliance.Keywords : Lymphatic filariasis, Practice, Mass Drug Administration, Pemayung Subdistrict
Kebutuhan Masyarakat Desa Tebat Gabus Kecamatan Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan Terhadap Program Pengendalian Malaria Arisanti, Maya; Sitorus, Hotnida; Wurisastuti, Tri
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 25, No 2 Jun (2015)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.036 KB)

Abstract

Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS) merupakan salah satu daerah endemis malaria di ProvinsiSumatera Selatan dengan Annual Malaria Incidence (AMI) yang mengalami perubahan flktuatif,dimana pada tahun 2007 sebesar 6,50/00 meningkat menjadi 8,700/00 di tahun 2008. Desa Tebat Gabusmerupakan salah satu daerah endemis malaria di Kabupaten OKUS dengan AMI 2011 sebesar231,890/00. Program pemberantasan malaria sudah dijalankan di Indonesia sejak tahun 2000 yaitukegiatan penemuan dan pengobatan penderita, perluasan cakupan pengobatan, pemberantasanvektor, gebrak malaria, penyuluhan, kerja sama lintas sektor dan pengamatan vektor. Hasil penelitian diwilayah kerja Puskesmas Tenang Kecamatan Kisam Tinggi Kabupaten OKUS tahun 2009 menyatakanbahwa pengetahuan masyarakat masih rendah (61,5%) dan sebanyak 97,8% masyarakat belum pernahmendapatkan penyuluhan kesehatan tentang malaria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuikebutuhan masyarakat dalam program pengendalian malaria. Pengumpulan data dilakukan selama 5bulan tahun 2012 dengan menggunakan metode pengumpulan data Focus Group Discussion (FGD).Informan FGD terdiri dari 4 kelompok masyarakat:i). kelompok wanita dengan pendidikan SMP kebawah, ii). kelompok wanita dengan pendidikan SMA ke atas, iii) kelompok laki-laki dengan pendidikanSMP ke bawah dan iv). kelompok laki-laki dengan pendidikan SMA ke atas yang memenuhi kriteria inklusidan eksklusi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis konten. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap program pengendalian malaria berupa edukasikesehatan, kemudahan memperoleh pengobatan malaria dan pemeriksaan darah untuk diagnosismalaria serta pembagian kelambu berinsektisida dan penyemprotan insektisida di dinding rumah untuktindakan pencegahan.
Sebaran Nyamuk Anopheles pada Topografi Wilayah yang Berbeda di Provinsi Jambi Taviv, Yulian; Budiyanto, Anif; Sitorus, Hotnida; Ambarita, Lasbudi P; Mayasari, Rika
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 25, No 2 Jun (2015)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.716 KB)

Abstract

Penularan penyakit tular vektor seperti malaria dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yangtelah diketahui memiliki asosiasi dengan malaria adalah topograf wilayah yang erat hubungannya denganpola penularan. Berdasarkan tempat atau lokasi terhadap penyakit yang ditularkan oleh vektor makaperlu diperhatikan pembagian zoogeografi dimana jenis-jenis nyamuk di setiap lokasi akan dipengaruhifaktor-faktor lingkungan di setiap daerah yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenisAnopheles serta habitat perkembangbiakannya pada dua wilayah dengan topograf yang berbeda diProvinsi Jambi. Kegiatan yang dilakukan adalah penangkapan nyamuk dewasa dengan metode humanlanding collection dan survei habitat perkembangbiakan Anopheles. Penangkapan nyamuk dilakukanselama 12 jam dimulai dari jam 18.00 WIB hingga jam 06.00 WIB. Larva Anopheles yang berhasilditangkap selanjutnya dibawa ke laboratorium dan dipelihara hingga dewasa dan selanjutnya diidentifiasijenisnya. Hasil penangkapan nyamuk Anopheles di Desa Nipah Panjang Kabupaten Tanjung JabungTimur (dataran rendah) adalah An. separatus, An. sinensis, An. tesselatus dan An. letifer. Anophelesletifer memiliki angka tertinggi untuk nilai kekerapan 3,33, kelimpahan nisbi 40, dominansi 133,33 danMan Bitting Rate (MBR) 0,07. Penangkapan nyamuk Anopheles di Desa Teluk Rendak KabupatenSarolangun (dataran tinggi) meliputi An. nigerrimus, An. annularis, An. letifer, An. maculatus dan An.barbumbrosus. Anopheles nigerrimus memiliki angka tertinggi untuk nilai kekerapan 21,67, kelimpahannisbi 60,98, dominansi 1321,14 dan MBR 0,63.
MALARIA PADA ANAK DI DESA PAGAR DESA (PEMUKIMAN SUKU ANAK DALAM) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROPINSI SUMATERA SELATAN Sitorus, Hotnida; Oktarina, Reni; Ambarita, Lasbudi P.
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 21, No 1 Mar (2011)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v21i1 Mar.111.

Abstract

Research on the incidence of malaria in children in Pagar Desa village of Musi Banyuasin District have aim to highlight the incidence of malaria in children. The community in this village comprises several ethnic including Suku Anak Dalam. This study use cross sectional design. The data were collected from children ages 9 year old or below. Blood sample were taken from each child and followed by examination of hemoglobin and spleen. Interview to child?s mothers were conducted to determine behaviours of the children. Out of 114 blood films collected, 17 blood samples showed positive malaria microscopically. Approximately 85,1% of children examined had hemoglobin below normal and 13,2% categorized splenomegaly. Statistically there was a significant correlation between malaria cases in children and enlarged spleen. Result suggest a critical need for improving the knowledge of the mothers about the link between malaria and its risk factors.