Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

STRATEGI BERTAHAN HIDUP MASYARAKAT PESISIR PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI LOMBOK TENGAH Ratih Rahmawati; Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 8, No 6 (2021): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v8i6.2021.1744-1753

Abstract

Masa pandemi Covid-19 membuat kondisi perekonomian masyarakat Indonesia mengalami perubahan sosial yang signifikan, sebab membuat masyarakat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, papan dan pendidikan bagi anak-anak. Perihal ini terjadi pula pada masyarakat pesisir di Pantai Selong Belanak, Kabupaten Lombok Tengah yang terdiri dari masyarakat yang bermatapencaharian sebagai nelayan serta pengelola usaha wisata pantai. Pandemi Covid-19 di Lombok Tengah mengakibatkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan pantai serta mengakibatkan nelayan kesulitan dalam melakukan pemasaran hasil laut, sehingga masyarakat melakukan upaya atau strategi bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi bertahan hidup masyarakat pesisir pada masa pandemi Covid-19 di Lombok Tengah, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan studi kasus sehingga dapat mengungkap fenomena yang unik, khas serta mendalam pada kehidupan masyarakat pesisir di masa pandemi melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, serta dianalisis menggunakan teknik analisis data interaktif Miles dan Huberman sehingga mendapatkan data yang absah dan valid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pesisir melaksanakan strategi bertahan hidup seperti berhutang kepada Bank Keliling atau rentenir, melakukan simpan pinjam di KUB kelompok nelayan, menjual benda-benda berharga seperti barang elektronik hingga perhiasan, memanfaatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT-DD), masyarakat pesisir juga melakukan inovasi dalam bisnis atau usahanya seperti melakukan metode pesan antar atau delivery untuk makanan yang dijual di kedainya.  Disamping itu, masyarakat pesisir mengikuti kegiatan produktif di Kelompok Sadar Wisata Pantai Selong Belanak serta KUB Kelompok Nelayan Selong Belanak untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas seperti kegiatan sosial, pelatihan, serta bantuan peralatan nelayan dan bantuan dana inovasi usaha pantai.
Rekonstruksi Konsep Diri Anak Berhadapan Dengan Hukum Oryza Pneumatica Inderasari; Nuning Juniarsih; Solikatun Solikatun; Nila Kusuma
SINAR SANG SURYA Vol 5, No 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : UM Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/sss.v5i2.1695

Abstract

ABSTRAK Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) adalah anak yang berusia antara 12-18 tahun, yang berhadapan dengan sistem peradilan pidana. Kasus Anak Berhadapan dengan Hukum tidak hanya menyangkut anak sebagai korban kejahatan, tetapi anak juga berperan sebagai penjahat. Pengabdian kepada Masyarakat ini melanjutkan kegiatan penelitian Departemen Sosiologi Universitas Mataram 2019. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan anak disebabkan oleh kegagalan pengasuhan keluarga dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, sebagai salah satu bentuk praktik tri dharma perguruan tinggi, Departemen Sosiologi menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat pada ABH. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pendampingan kepada anak-anak dalam rangka mempersiapkan penerimaan sosial masyarakat dan mampu merrekontruksi kembali kehidupan yang lebih baik. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat berupa kegiatan penyuluhan dan penyuluhan. Dalam kegiatan ini, anak dibekali dengan teknik Life Redesigning Children in Conflict with Law, mulai dari mengidentifikasi diri, membangun kesadaran, mengubah cara berpikir, dan menggali potensi diri serta meningkatkan konsep diri. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sarana pembinaan bagi Anak Berkonflik dengan Hukum untuk memperkuat dan membentuk spiritualitas mentalnya, mendukung kesiapannya menghadapi masyarakat luar setelah merdeka. Kata kunci : Anak Berhadapan dengan Hukum, ABH, Penerimaan Sosial, Konsep Diri Anak ABSTRACT  Children in Conflict with the Law (ABH) are children aged between 12-18 years, who are dealing with the criminal justice system. The case of children in conflict with the law does not only concern children as victims of crime, but children also play a role as criminals. This Community Service continues the research activities of the Department of Sociology, University of Mataram 2019. The results of the study reveal that deviant behavior by children is caused by the failure of parenting in the family and social environment. Therefore, as a form of higher education tri dharma practice, the Department of Sociology organizes community service activities at ABH. The purpose of this community service activity is to provide assistance to children in order to prepare for community social acceptance and be able to reconstruct a better life. methods of implementing community service in the form of counseling and counseling activities. In this activity, children are equipped with Life Redesigning Children in Conflict with Law techniques, starting from self-identification, building awareness, changing ways of thinking, exploring self-potential and improving self-concept. This activity is expected to be a means of fostering for Children in Conflict with the Law to strengthen and shape their mental spirituality, supporting their readiness to face the outside community after independence.Keywords: : Children in Conflict with the Law, ABH, Social Acceptance, Child's Self-Concept
Realitas Sosial Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) dalam Institusi Total di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Mataram Oryza Pneumatica Inderasari; Nuning Juniarsih; Solikatun Solikatun; Nila Kusuma
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 4 No 1 (2022): Juni
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v4i1.120

Abstract

Kajian ini mengangkat isu masalah anak, dengan fokus kajian Anak Berhadapan Hukum (ABH). Tujuan penelitian adalah untuk memaparkan konstruksi sosial ABH dalam kehidupan di Institusi Total Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Mataram meliputi proses ABH saat mengungkapkan alasan memperoleh status ABH, motif apa yang mendorong anak untuk terjerat dalam tindakan yang mengakibatkan anak berhadapan dengan hukum, serta konsep tentang kehidupan ABH saat ini dan tentang rencana anak untuk membangun masa depan. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Mataram menggunakan metode kualitatif dan dianalisis dengan menggunakan beberapa teori dari perspektif fenomenologi yaitu teori dari Peter L. Berger dan Alfred Schutz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerawanan Anak Berhadapan dengan Hukum disebabkan oleh disfungsi pola asuh keluarga dan pengaruh dominan dari lingkungan sosial. Status sebagai ABH telah membuat anak merasa malu/kecewa/dan menyesal atas perilaku menyimpang yang telah dilakukan. ABH meyakini bahwa keluarga dapat menerima kehadirannya kembali setelah menjalani pembinaan di LPKA, namun menyadari bahwa masyarakat akan memberikan stigma negatif terhadap statusnya sebagai ABH. Proses sosialisasi ABH dilakukan oleh LPKA Mataram melalui pembinaan kepribadian, pembinaan kemandirian, dan pendidikan. Proses sosialisasi telah membuat ABH belajar dari pengalamannya saat ini, ABH ke depan memiliki harapan berupa keinginan untuk melanjutkan Pendidikan, dapat bekerja dan mandiri, dan menjadi pribadi yang lebih baik. Rekomendasi dari penelitian ini yaitu (1) perlu adanya upaya pencegahan preventif melalui pembentukan komunitas sosial alternatif di tingkat desa atau RT dengan harapan dapat meminimalisir potensi terjadinya ABH, (2) pembinaan dan penguatan peran dan fungsi keluarga sebagai institusi utama untuk mewujudkan rumah dan lingkungan keluarga yang ramah anak melalui bansos dengan pelaksanaan program terpadu, (3) LPKA Mataram dalam menjalankan perannya sebagai institusi total harus mengevaluasi pelaksanaan program-program khususnya yang berkaitan dengan pembinaan kerohanian agar disesuaikan secara lebih proporsional mengingat latar belakang agama ABH yang berbeda, (4) memperkuat peran tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat untuk merevitalisasi nilai-nilai kearifan lokal yang selama ini ditinggalkan sebagai rekayasa sosial untuk mengendalikan perilaku masyarakat, termasuk anak-anak.
STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA BURUH TANI DAN BURUH BANGUNAN MENGHADAPI PELUANG DAN ANCAMAN DIVERSIFIKASI SEKALIGUS KRISIS SUMBER MATA PENCAHARIAN POKOK Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih; Ratih Rahmawati
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 32 No 1 (2022): Jurnal Agroteksos April 2022
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agroteksos.v32i1.717

Abstract

ABSTRAK Tingkat kesejahteraan keluarga berkaitan erat dengan derajat kepastian lingkup mata pencaharian kepala keluarga, yaitu yang berkaitan dengan kepastian keberlangsungan pekerjaan serta besaran pendapatan. Sebanyak 61% atau 122 Rumah Tangga di Lingkungan Tanakakan Kabupaten Sumbawa Barat menggantungkan nafkah rumah tangganya kepada hasil bekerja sebagai buruh tani serta buruh bangunan, pekerjaan yang saat ini ketidakpastiannya tidak saja karena terikat oleh musim namun juga oleh karena tidak menentu keberlangungannya dari hari ke hari. Menyempitnya lahan pertanian di satu sisi, dan di sisi lainnya keteralihan satuan pekerjaan dalam aktivitas pertanian dan pertukangan (buruh bangunan) yaitu dari manusia ke mesin-mesin (mesin panen, mesin potong besi dan kayu, mesin penyambung dan perekat, mesin serut, mesin bor, mesin penyampur semen, dan lain-lain), sehingga sumber mata pencaharian terdiversifiasi ke dalam profesi yang lebih terspesialisasi dan membutuhkan skill khusus, yang muaranya menjadi faktor yang semakin menyempitkan ketersediaan lahan nafkah bagi 122 rumah tangga miskin di kawasan ini, namun sebenarnya di sisi lian sekaligus menciptakan peluang kerja yang lebih luas. Persaingan dengan tenaga kerja dari luar kawasan yang terus membanjiri segenap lapangan pekerjaan di kabupaten ini seiring dengan keberadaan tambang emas dan fasilitas pemurnian emas (smelter), skill penunjang khusus yang tidak dimiliki masyarakat lokal merupakan kompleksitas utama yang menyebabkan keluarga buruh tani dan buruh bangunan di kawasan ini sulit untuk mengambil peluang terciptanya diversifikasi pada sektor-sektor mata pencaharian yang tersedia, dan justru dapat berubah menjadi ancaman bagi mereka. Kesemua kompleksitas yang membatasi ruang atau sumber nafkah rumah tanggga tersebut menuntut strategi penanganan tersendiri bagi kepala keluarga agar nafkah rumah tangga tidak terhenti di antara ancaman sekaligus peluang ada. Dengan demikian, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi nafkah rumah tangga miskin buruh tani dan buruh bangunan di Lingkungan Tanakakan Kelurahan Menala Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat menghadapi ancaman krisis sumber mata pencaharian utama dan munculnya peluang sekaligus ancaman dari terdiversifikasinya mata pencaharian tersebut. Metode penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kualitatif dengan desain studi kasus, penentuan informan secara purposive, pengumpulan data melalui indepth interview dan observasi, analisis data menggunakan analisis interaktif Miles&Huberman, serta metode keabahasan data yaitu triangulasi untuk kaidah kredibilitas, di samping keterpenuhan aspek transferibilitas, dependabilitas, serta confirmabilitas penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tangga buruh tani dan buruh bangunan di lingkungan tanakakan cenderung mengupayakan 2 strategi utama guna mempertahankan keberlanjutan nafkah rumah tangga mereka di tengah ancaman krisis sumber pendapatan utama sekaligus ancaman dan peluang dari terciptanya diversifikasi mata pencaharian yang ada. Strategi yang pertama yaitu dengan strategi alih profesi dan yang kedua dengan strategi optimalisasi kerjasama internal komunitas. Alih profesi merupakan langkah atau strategi yang diupayakan oleh mereka yang sebelumnya berprofesi sebagai buruh tani, yaitu dengan memanfaatkan diversifikasi sumber mata pencaharian yang tersedia akhir-akhir ini sebagai dampak positif pertumbuhan jumlah rumah tangga Apartur Sipil Negara dan pekerja tambang emas di lingkungan mereka, yaitu di sektor layanan jasa domestik rumah tangga, seperti menjadi asisten rumah tangga paruh waktu, mencakup layanan setrika, layanan mencuci, layanan pengasuhan anak dan balita, dan lain sebagainya. Adapun mereka yang menggantungkan nafkah dari profesi buruh bangunaan mengupayakan keberlanjutan nafkah rumah tangga melalui strategi penguatan kerjasama internal komunitas, baik dalam artian komunitas sebagai kesaamaan kelompok pekerjaan yaitu buruh bangunan ataupun komunitas dalam artian kelompok pekerja berdasarkan lingkungan asal yang terbatas. Adapun manifestasi strategi dimaksud yaitu dengan membentuk kelompok layanan jasa penangangan pekerjaan bangunan yang anggotanya berasal dari lingkungan Tanakakan dan dikepalai oleh mereka yang dikenal luas memiliki nama dan kredibilitas yang baik, serta jaringan yang luas. Menurut mereka, dengan strategi demikian maka konsumen menilai mereka sebagai tenaga kerja yang professional, sekaligus menghindarkan mereka dari stigma buruk akibat latar belakang dan kredibilitas individual yang tidak diketahui dengan jelas oleh konsumen. Kata Kunci: Strategi, Nafkah, Diversifikasi, Rumah Tangga, Buruh Tani, Buruh Bangunan.
Pembinaan Generasi Muda Putri Melalui Pelatihan Usaha Pengolahan Pangan Berbahan Baku Lokal Di Desa Mujur Lombok Tengah Nuning Juniarsih; Taufik Ramdani; Ratih Rahmawati
Jurnal SIAR ILMUWAN TANI Vol. 3 No. 2 (2022): Jurnal Siar Ilmuwan Tani
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jsit.v3i2.70

Abstract

Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk mengarahkan dan mempersiapkan generasi muda putri agar terbiasa melakukan pekerjaan produktif dengan memanfaatkan peluang dan sumberdaya yang ada di sekitar mereka, yaitu melakukan usaha mengolah bahan baku lokal menjadi bahan makanan (pangan) yang sehat dan bernilai ekonomi, sehingga dapat memberikan nilai tambah dan menjadi sumber pendapatan keluarga.Kegiatan pengabdian menggunakan metode partisipatif, yaitu melibatkan secara aktif para generasi muda yang tergabung dalam kelompok Pemuda Mujur Membangun (PMM) mulai dari persiapan, sosialisasi kegiatan, pelaksanaan pelatihan, monitoring sampai evaluasi akhir. Pelaksanaan pengabdian dimulai dari pemutaran video tentang cara pengolahan beberapa jenis bahan makanan (pangan) yang bahan bakunya ada di Desa Mujur, serta peragaan contoh beberapa pangan dari luar yang bahan bakunya ada di Desa Mujur. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan pelatihan pengolahan jenis pangan yang diminati oleh peserta, selanjutnya dipraktekkan sendiri,perkembangannya dimonitoring via WA, video call dan kunjungan lapangan, serta dievaluasi dengan membandngkan hasil post test dengan pre test. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa para generasi muda termotivasi untuk melakukan kegiatan usaha pengolahan bahan pangan lokal, yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya minat mereka, tidak hanya generasi muda putri, tapi jugagenerasi muda putra untuk menjadikan usaha ini sebagai salah satu mata pencaharian dan sumber pendapatan bagi keluarga pedesaan. Namun untuk mengembangkan usaha ini, masih terhalang oleh ketidakadaan modal awal untuk memulainya, karena rata-rata kehidupan ekonomi merekamasih tergantung pada orang tuanya.
PERAN KELOMPOK NELAYAN DALAM PENINGKATAN TARAF HIDUP MASYARAKAT PESISIR DI LOMBOK Ratih Rahmawati; Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v12i1.62815

Abstract

Coastal areas have potential, one of which is marine tourism, so efforts are needed to develop coastal areas into tourist attractions and productive economic businesses. However, there is a decrease in the number of human resources who are interested in becoming fishermen. Similarly, what happened on the Lombok Island, the quantity of human resources in stabilizing production in coastal area governance decreased, thus affecting the quality of coastal area development which affected the community's economy. Therefore, fishing groups play an important role in improving people's living standards. This research is a qualitative research using a case study approach analyzed by James Scott's theory of subsistence ethics. The component analyzed is the social situation in coastal communities located on the Lombok. The result of the study is that coastal communities improve living standards through the role of fishermen groups as follows the following fishermen's group activities that are beneficial for the development of the quality of marine products catches, carries out activities held by local governments and utilizes assistance distributed in groups, fishermen group members can carry out self-development by exchanging experiences and information between fellow fishermen, provide mutual assistance and support when in difficulties, on the other hand, have an awareness of the importance of education for their children so that they continue to strive to improve their lives. Keywords: Fisherman Group, Potential Coastal Area, Standard Of Living, Coastal Community. AbstrakWilayah pesisir memiliki potensi salah satunya adalah wisata bahari sehingga perlu upaya pengembangan daerah pesisir menjadi obyek wisata dan usaha ekonomi produktif. Namun, terdapat penurunan jumlah sumber daya manusia yang berminat untuk menjadi nelayan. Begitu pula yang terjadi di Pulau Lombok, kuantitas sumber daya manusia dalam stabilisasi produksi tata kelola wilayah pesisir menurun sehingga berpengaruh pula pada kualitas pengembangan wilayah pesisir yang berpengaruh pada perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, kelompok nelayan berperan penting dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus yang dianalisis dengan teori etika subsistensi James Scott. Komponen yang dianalisis adalah situasi sosial pada masyarakat pesisir yang berlokasi di Pulau Lombok. Hasil penelitian adalah masyarakat pesisir meningkatkan taraf hidup melalui peranan kelompok nelayan sebagai berikut: masyarakat pesisir aktif mengikuti kegiatan kelompok nelayan yang bermanfaat bagi pengembangan kualitas tangkapan hasil laut, melaksanakan kegiatan yang diadakan oleh pemerintah daerah dan memanfaatkan bantuan yang disalurkan secara berkelompok, anggota kelompok nelayan dapat melakukan pengembangan diri dengan bertukar pengalaman dan informasi antar sesama nelayan, saling memberikan bantuan dan dukungan apabila berada dalam kesulitan, disisi lain memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan putra-putrinya sehingga terus berupaya untuk meningkatkan taraf hidup. Kata Kunci: Kelompok Nelayan, Potensi Wilayah Pesisir, Taraf Hidup, Masyarakat Pesisir.
POTENTIAL DEVELOPMENT OF BAU NYALE TRADITION AS CULTURAL TOURISM IN LOMBOK Ratih Rahmawati; Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih
SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan Vol. 5 No. 2 (2022): Sufism, Muslim Community, and Religious Moderation Concept in Indonesia
Publisher : Prodi Sosiologi Agama dan Asosiasi Sosiologi Agama Indonesia (ASAGI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/sangkep.v5i2.6790

Abstract

The development of tourism potential is not only in nature tourism but culture tourism, the community protects cultural tourism in Lombok by carrying out the routine customs of Bau Nyale (re: Bau is catching, Nyale is sea worms). Traditional customs traditions are carried out as an effort to preserve culture in the form of entertainment and ritual processions. This is done as a dynamic in the recovery of the economic sector while developing the potential for cultural tourism in the Mandalika SEZ. This research is qualitative research with an exploratory approach, the phenomenon is analyzed with the theory of Symbolic Interactionism by George Herbert Mead, with a component of community social action in developing the potential of cultural tourism in Lombok. The result of the research is the Bau Nyale tradition with the adaptation of new habits carried out with wisdom to be an innovation in introducing the Sasak tradition to the wider community. Although in its implementation there is a reduction in activities, the potential of tradition is still manifested in a series of ceremonial events, so that it still exists as an attraction for the surrounding community and tourists, in addition, the historical site of the Princess Mandalika Statue is a priority area to visit. The involvement of human resources is important in the process of developing cultural tourism as an implementer of cultural socialization and promotion, implementers of cultural values and norms, with the synergy of local governments and traditional figures who contribute to the implementation.