Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Fenomena Pekerja Anak (Kasus Pedagang Asongan Anak di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Lombok Tengah) Minawati Anggraini; Siti Nurjannah; Oryza Pneumatica Inderasari
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 2 No 1 (2020): Juni
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v2i1.22

Abstract

The phenomenon of child labor food street sellers is a complex problem which currently exists in both. This research is aimed to investigate phenomenon of a child food street in the Mandalika Economic Region and meaning of children’s rights for child food street sellers. The research method used is a phenomenology qualitative approach. The main resource of this research is children working as street food sellers. The research results show that being a food street seller is affected by past actions in order to achieve goals. They work almost every day after school time. As street food sellers, most of them define their rights as a child as being fulfilled but some are not. The conclusion that can be drawn from this research is (1) children who become food street sellers have two sets of motives. The first relate to their friends, family economic conditions, up bringing patterns, looseness of school rules, and self-willingness. The secondary motives relate to playing to strengthen social relations, to assist their family’s economic circumstances, to bring happiness to their family, to become free from homework, to be independent, and to improve their English. (2) The meaning of children’s rights for child food street sellers is the right to play, to receive education, protection, a name, nationality, food, health, recreation, equality, and a role in development. The researcher gives some suggestions such as this study can be a reference for policy-making in the mentoring program.
Modal Sosial Masyarakat Pulau Maringkik dalam Menghadapi Bencana Azhari Evendi; Rosiady H. Sayuti; Oryza Pneumatica Inderasari
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 3 No 1 (2021): Juni
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v3i1.57

Abstract

Tujuan tulisan ini adalah untuk merangkai korelasi antara modal sosial dengan mitigasi bencana pada komunitas kepualauan di Pulau Maringkik, Lombok Timur. Wilayah kepulauan merupakan wilayah yang memiliki risiko bencana yang cukup tinggi yang mengancam eksistensi masyarakat. Mayoritas masyarakat lebih memilih tinggal di pulau maringkik dari pada pindah ke tempat yang risiko bencananya lebih rendah. masyarakat memiliki sistem pengetahuan yang menjadi modal sosial untuk menghadapi berbagai risiko bencana alam dan non alam. Dengan menggunakan metode kualitatif ditemukan bahwa masyarakat Pulau Maringkik memiliki modal sosial dalam hal mitigasi bencana yang terdapat pada sikap saling percaya, partisipasi dalam suatu jaringan, resiprositas, dan norma-norma sosial. Modal sosial dalam hal mitigasi bencana menjadi kekuatan sosial masyarakat Pulau Maringkik untuk melangsungkan hidup di gugus pulu kecil walaupun risiko bencananya cukup tinggi.
The Eksploitasi Anak dalam Tradisi Pacuan Kuda Pada Masyarakat Dompu Akbar Tanjung Juraid; Oryza Pneumatica Inderasari; Khalifatul Syuhada
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 3 No 2 (2021): Desember
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v3i2.64

Abstract

The problem studied in this study is the exploitation of children in the tradition of horse racing in the Dompu community. The purpose of this study is to find out the form of expolocitation of children who act as child jockeys in community traditions in Dompu Regency, knowing the implications of parental parenting on the choice of being a child jockey in Dompu regency and knowing the potential implementation of child protection based on Law No. 35 of 2014 on child jockeys. This research uses a qualitative descriptive approach. The data collection techniques used are methods of observation, in-depth interviews and documentation. Analysis of data in this study in the form of narratives obtained during interview activities, as well as some documents related to research topics. Using the paradigm in social definition, with the theory used in this study is the social theory of Max Weber. The results of this study found that (1). A form of child exploitation that acts as a child jockey in the community tradition in Dompu Regency. Consisting of parental coercion, the risk of accidents of child jockeys, safety and health are threatened, educational challenges and an environment that is not conducive (2). Implications of parental parenting on the choice of being a child jockey in Dompu Regency. Consists of parenting models, family economic resources and hereditary habits (3). The potential implementation of child protection under Law number 35 of 2014 on child jockeys. Consisting of a system of resusing and protecting the use of child jockeys, government regulations related to the use of children as child jockeys and horse racing are used as tourism promotion sectors of Dompu Regency, becoming a characteristic of the Dompu Regency area.
Rekonstruksi Konsep Diri Anak Berhadapan Dengan Hukum Oryza Pneumatica Inderasari; Nuning Juniarsih; Solikatun Solikatun; Nila Kusuma
SINAR SANG SURYA Vol 5, No 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : UM Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/sss.v5i2.1695

Abstract

ABSTRAK Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) adalah anak yang berusia antara 12-18 tahun, yang berhadapan dengan sistem peradilan pidana. Kasus Anak Berhadapan dengan Hukum tidak hanya menyangkut anak sebagai korban kejahatan, tetapi anak juga berperan sebagai penjahat. Pengabdian kepada Masyarakat ini melanjutkan kegiatan penelitian Departemen Sosiologi Universitas Mataram 2019. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan anak disebabkan oleh kegagalan pengasuhan keluarga dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, sebagai salah satu bentuk praktik tri dharma perguruan tinggi, Departemen Sosiologi menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat pada ABH. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pendampingan kepada anak-anak dalam rangka mempersiapkan penerimaan sosial masyarakat dan mampu merrekontruksi kembali kehidupan yang lebih baik. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat berupa kegiatan penyuluhan dan penyuluhan. Dalam kegiatan ini, anak dibekali dengan teknik Life Redesigning Children in Conflict with Law, mulai dari mengidentifikasi diri, membangun kesadaran, mengubah cara berpikir, dan menggali potensi diri serta meningkatkan konsep diri. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sarana pembinaan bagi Anak Berkonflik dengan Hukum untuk memperkuat dan membentuk spiritualitas mentalnya, mendukung kesiapannya menghadapi masyarakat luar setelah merdeka. Kata kunci : Anak Berhadapan dengan Hukum, ABH, Penerimaan Sosial, Konsep Diri Anak ABSTRACT  Children in Conflict with the Law (ABH) are children aged between 12-18 years, who are dealing with the criminal justice system. The case of children in conflict with the law does not only concern children as victims of crime, but children also play a role as criminals. This Community Service continues the research activities of the Department of Sociology, University of Mataram 2019. The results of the study reveal that deviant behavior by children is caused by the failure of parenting in the family and social environment. Therefore, as a form of higher education tri dharma practice, the Department of Sociology organizes community service activities at ABH. The purpose of this community service activity is to provide assistance to children in order to prepare for community social acceptance and be able to reconstruct a better life. methods of implementing community service in the form of counseling and counseling activities. In this activity, children are equipped with Life Redesigning Children in Conflict with Law techniques, starting from self-identification, building awareness, changing ways of thinking, exploring self-potential and improving self-concept. This activity is expected to be a means of fostering for Children in Conflict with the Law to strengthen and shape their mental spirituality, supporting their readiness to face the outside community after independence.Keywords: : Children in Conflict with the Law, ABH, Social Acceptance, Child's Self-Concept
Realitas Sosial Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) dalam Institusi Total di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Mataram Oryza Pneumatica Inderasari; Nuning Juniarsih; Solikatun Solikatun; Nila Kusuma
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 4 No 1 (2022): Juni
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v4i1.120

Abstract

Kajian ini mengangkat isu masalah anak, dengan fokus kajian Anak Berhadapan Hukum (ABH). Tujuan penelitian adalah untuk memaparkan konstruksi sosial ABH dalam kehidupan di Institusi Total Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Mataram meliputi proses ABH saat mengungkapkan alasan memperoleh status ABH, motif apa yang mendorong anak untuk terjerat dalam tindakan yang mengakibatkan anak berhadapan dengan hukum, serta konsep tentang kehidupan ABH saat ini dan tentang rencana anak untuk membangun masa depan. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Mataram menggunakan metode kualitatif dan dianalisis dengan menggunakan beberapa teori dari perspektif fenomenologi yaitu teori dari Peter L. Berger dan Alfred Schutz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerawanan Anak Berhadapan dengan Hukum disebabkan oleh disfungsi pola asuh keluarga dan pengaruh dominan dari lingkungan sosial. Status sebagai ABH telah membuat anak merasa malu/kecewa/dan menyesal atas perilaku menyimpang yang telah dilakukan. ABH meyakini bahwa keluarga dapat menerima kehadirannya kembali setelah menjalani pembinaan di LPKA, namun menyadari bahwa masyarakat akan memberikan stigma negatif terhadap statusnya sebagai ABH. Proses sosialisasi ABH dilakukan oleh LPKA Mataram melalui pembinaan kepribadian, pembinaan kemandirian, dan pendidikan. Proses sosialisasi telah membuat ABH belajar dari pengalamannya saat ini, ABH ke depan memiliki harapan berupa keinginan untuk melanjutkan Pendidikan, dapat bekerja dan mandiri, dan menjadi pribadi yang lebih baik. Rekomendasi dari penelitian ini yaitu (1) perlu adanya upaya pencegahan preventif melalui pembentukan komunitas sosial alternatif di tingkat desa atau RT dengan harapan dapat meminimalisir potensi terjadinya ABH, (2) pembinaan dan penguatan peran dan fungsi keluarga sebagai institusi utama untuk mewujudkan rumah dan lingkungan keluarga yang ramah anak melalui bansos dengan pelaksanaan program terpadu, (3) LPKA Mataram dalam menjalankan perannya sebagai institusi total harus mengevaluasi pelaksanaan program-program khususnya yang berkaitan dengan pembinaan kerohanian agar disesuaikan secara lebih proporsional mengingat latar belakang agama ABH yang berbeda, (4) memperkuat peran tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat untuk merevitalisasi nilai-nilai kearifan lokal yang selama ini ditinggalkan sebagai rekayasa sosial untuk mengendalikan perilaku masyarakat, termasuk anak-anak.