Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

EFFECT OF ACTIVATED CHARCOAL ADDITION ON FORMALDEHYDE EMISSION OF MEDIUM DENSITY FIBERBOARD Darmawan, Saptadi; Sofyan, Kurnia; Pari, Gustan; Sugiyanto, Krisdianto
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 7, No 2 (2010): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The manufacturing of medium density fiberboard (MDF) using dry forming process for interior purpose requires extensive amount of thermo-setting urea formaldehyde (UF) adhesive. Unfortunately, this adhesive brings about formaldehyde emission from the resulting MDF, which was potentially harmful to human beings. The use of activated charcoal can be effective to reduce such emission. As the relevance, this research aimed to investigate the effect of activated charcoal addition to the MDF pulp on formaldehyde emission from the MDF. The fibers for the MDF-mat forming were the pulp procured from the MDF factory, resulting from the thermo-mechanical pulping (TMP) conducted on the mixed mangium wood (Acacia mangium) and rubber wood (Hevea brasiliensis) in 3:1 (w/w) proportion, respectively.  Such mixed TMP pulping was also done in the factor y.  The bonding between TMP pulp fiber during mat forming was assisted by the use of UF adhesive.  Prior to the MDF mat forming , was added to the resulting TMP pulp-fibers activated charcoal in  various amount, 2%, 4% and 6% based on fiber mass as well as based on UF adhesive mass. The activated charcoal was prepared by carbonizing candle nut shell into charcoal followed by activation process using phosphate solution.  Meanwhile the forming of MDF mat employed air-dr y process. As the control, MDF forming with UF adhesive was performed without addition of activated charcoal. It turned out that the activated charcoal-added MDF exhibited effective reduction in formaldehyde emission and significant improvement in physical and mechanical properties, i.e. lower thickness swelling , and greater MOR , MOE and internal bond, compared to the control MDF. The use of activated charcoal at 4% based on the adhesive mass seemed to be the optimum amount.  Physical and mechanical properties of the activated charcoal added MDF could mostly meet the JIS specification.
KEMUNGKINAN PEMANFAATAN BEBERAPA JENIS BAMBU TERTENTU, BERDASARKAN POLA PENYUSUNAN BERKAS PEMBULUH, SEBAGAI BAHAN BAKU PULP DAN KERTAS Nuriyatin, Nani; Sofyan, Kurnia
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HASIL HUTAN
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3321.062 KB)

Abstract

Ketersediaan bahan baku bambu yang berlimpah di Indonesia telah mendorong kemungkinan penggunaan bambu sebagai bahan baku untuk pulp dan kertas. Hal ini diharapkan untuk menggantikan bahan baku konvensional (dalam hal ini kayu) yang mana sekarang cenderung menurun, langka dan terbatas. Terkait dengan hal ini, penelitian bertujuan untuk menilai kesesuaian batang bambu dari spesies tertentu untuk hal trsebut diatas. Pengelompokan spesies bambu menetapkan hasil yaitu Arundinaria hundsii dan Arundinaria javonica sebagai pola 1, Cephalostachyum pergracile dan Melocanna baccifera sebagai pola 2, Dendrocalamus strictus dan Dendrocalamus giganteus sebagai pola 3, Dendrocalamus asper dan Gigantochloa apus sebagai pola 3 dan 4. Dalam penilaian kesesuaian bambu untuk pulp dan kertas, sebuah pendekatan diambil dengan cara spesies-spesies bambu dalam pola tertentu diamati dimensi serabutnya (yaitu panjang serabut, fleksibilitas serabut, koefisien kekakuan, nisbah Runkel dan nisbah muhlstep). Untuk mengevaluasi apakah ada perbedaan signifikan dalam pengamatan/ penentuan hasil diantara ke-4 pola, analisis keragaman berpola acak lengkap satu factor diterapkan yang diikuti oleh uji perbedaan rata-rata hasil tersebut (prosedur Tuckey). Dan sebagai factor adalah 4 pola. Hasilnya menyatakan bahwa setiap pola berdasarkan panjang serabut dan daya tenun termasuk ke dalam kelas I, menunjukkan sebagai bahan terbaik untuk pulp dan kertas. Sementara pencermatan berdasarkan fleksibilitas serabut, koefisien kekakuan, nisbah Runkel, dan nisbah Muhlstep seluruhnya termasuk ke dalam kelas III. Lebih lanjut, spesies bambu dikatagorikan sebagai pola I menunjukkan karakter spesies seperti menghasilkan fleksibilitas serabut tertinggj dan koefisien kekakuan dan nisbah Runkel terendah dibandingkan dengan pola-pola lain. Sementara itu spesies bambu dalam pola 4 memiliki panjang serabut dan daya tenun tertinggi. Pada akhirnya, pencermatan pada seluruh dimensi serabut dan nilai turunannya menyatakan bahwa seluruh 4 pola bambu termasuk ke dalam kelas III sebagai indikasi mutu dari pulp dan kertas yang dihasilkan. Bahkan untuk menjamin apakah indiksi ini benar, memerlukan riset mendalam pada proses pembuatan pulp dan kertas dari seluruh bambu (pola 1 sampai 4) yang sebaiknya dikerjakan.
Molecular cloning of gene fragment encoding 4-coumarate: Coenzyme A ligase of Sengon (Paraserianthes falcataria) Hartati, Sri N.; Sudarmonowati, Enny; S, Suharsono; Sofyan, Kurnia
Indonesian Journal of Biotechnology Vol 15, No 1 (2010)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1105.206 KB)

Abstract

4-coumarate:Coenzyme A ligase (4CL) plays an important role in lignin biosynthetic pathway thatcatalyzed the activation of coumaric acid, caffeic acid or ferulic acid to be a syringil monomer. Ligninbiosynthesis control through 4CL down regulating would support lower lignin wood production. Theobjective of this study was to clone conserved region cDNA of gene encoding 4CL. Gene fragment isolation wasconducted by means of reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) using degenerateheterologous primer. The RT-PCR products were purified, sequenced and analyzed to select the highlyhomologous fragment to 4CL. BLASTanalysis result showed that deduction of amino acid sequences from oneof two RT-PCR product nucleotide was highly homologous with the 4CL conserved region from Rubbus ideaus,Oryza sativa, Populus tomentosa, Populus balsamifera, Betulla platyphilla, Nicotiana tabacum, and Arabidopsisthaliana with identity ranging from 78-90%.Key words: 4-coumarate: Coenzyme A ligase, lignin, sengon
EFFECT OF ACTIVATED CHARCOAL ADDITION ON FORMALDEHYDE EMISSION OF MEDIUM DENSITY FIBERBOARD Darmawan, Saptadi; Sofyan, Kurnia; Pari, Gustan; Sugiyanto, Krisdianto
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 7, No 2 (2010): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/ijfr.2010.7.2.100-111

Abstract

The manufacturing of medium density fiberboard (MDF) using dry forming process for interior purpose requires extensive amount of thermo-setting urea formaldehyde (UF) adhesive. Unfortunately, this adhesive brings about formaldehyde emission from the resulting MDF, which was potentially harmful to human beings. The use of activated charcoal can be effective to reduce such emission. As the relevance, this research aimed to investigate the effect of activated charcoal addition to the MDF pulp on formaldehyde emission from the MDF. The fibers for the MDF-mat forming were the pulp procured from the MDF factory, resulting from the thermo-mechanical pulping (TMP) conducted on the mixed mangium wood (Acacia mangium) and rubber wood (Hevea brasiliensis) in 3:1 (w/w) proportion, respectively.  Such mixed TMP pulping was also done in the factor y.  The bonding between TMP pulp fiber during mat forming was assisted by the use of UF adhesive.  Prior to the MDF mat forming , was added to the resulting TMP pulp-fibers activated charcoal in  various amount, 2%, 4% and 6% based on fiber mass as well as based on UF adhesive mass. The activated charcoal was prepared by carbonizing candle nut shell into charcoal followed by activation process using phosphate solution.  Meanwhile the forming of MDF mat employed air-dr y process. As the control, MDF forming with UF adhesive was performed without addition of activated charcoal. It turned out that the activated charcoal-added MDF exhibited effective reduction in formaldehyde emission and significant improvement in physical and mechanical properties, i.e. lower thickness swelling , and greater MOR , MOE and internal bond, compared to the control MDF. The use of activated charcoal at 4% based on the adhesive mass seemed to be the optimum amount.  Physical and mechanical properties of the activated charcoal added MDF could mostly meet the JIS specification.
KEMUNGKINAN PEMANFAATAN BEBERAPA JENIS BAMBU TERTENTU, BERDASARKAN POLA PENYUSUNAN BERKAS PEMBULUH, SEBAGAI BAHAN BAKU PULP DAN KERTAS Nuriyatin, Nani; Sofyan, Kurnia
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 4 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3321.062 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.4.287-300

Abstract

Ketersediaan bahan baku bambu yang berlimpah di Indonesia telah mendorong kemungkinan penggunaan bambu sebagai bahan baku untuk pulp dan kertas. Hal ini diharapkan untuk menggantikan bahan baku konvensional (dalam hal ini kayu) yang mana sekarang cenderung menurun, langka dan terbatas. Terkait dengan hal ini, penelitian bertujuan untuk menilai kesesuaian batang bambu dari spesies tertentu untuk hal trsebut diatas. Pengelompokan spesies bambu menetapkan hasil yaitu Arundinaria hundsii dan Arundinaria javonica sebagai pola 1,Cephalostachyum pergracile dan Melocanna baccifera sebagai pola 2, Dendrocalamus strictus dan Dendrocalamus giganteus sebagai pola 3, Dendrocalamus asper dan Gigantochloa apus sebagai pola 3 dan 4. Dalam penilaian kesesuaian bambu untuk pulp dan kertas, sebuah pendekatan diambil dengan cara spesies-spesies bambu dalam pola tertentu diamati dimensi serabutnya (yaitu panjang serabut, fleksibilitas serabut, koefisien kekakuan, nisbah Runkel dan nisbah muhlstep). Untuk mengevaluasi apakah ada perbedaan signifikan dalam pengamatan/ penentuan hasil diantara ke-4 pola, analisis keragaman berpola acak lengkap satu factor diterapkan yang diikuti oleh uji perbedaan rata-rata hasil tersebut (prosedur Tuckey). Dan sebagai factor adalah 4 pola. Hasilnya menyatakan bahwa setiap pola berdasarkan panjang serabut dan daya tenun termasuk ke dalam kelas I, menunjukkan sebagai bahan terbaik untuk pulp dan kertas. Sementara pencermatan berdasarkan fleksibilitas serabut, koefisien kekakuan, nisbah Runkel, dan nisbah Muhlstep seluruhnya termasuk ke dalam kelas III. Lebih lanjut, spesies bambu dikatagorikan sebagai pola I menunjukkan karakter spesies seperti menghasilkan fleksibilitas serabut tertinggj dan koefisien kekakuan dan nisbah Runkel terendah dibandingkan dengan pola-pola lain. Sementara itu spesies bambu dalam pola 4 memiliki panjang serabut dan daya tenun tertinggi. Pada akhirnya, pencermatan pada seluruh dimensi serabut dan nilai turunannya menyatakan bahwa seluruh 4 pola bambu termasuk ke dalam kelas III sebagai indikasi mutu dari pulp dan kertas yang dihasilkan. Bahkan untuk menjamin apakah indiksi ini benar, memerlukan riset mendalam pada proses pembuatan pulp dan kertas dari seluruh bambu (pola 1 sampai 4) yang sebaiknya dikerjakan.