Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Antioxidant Test of Red and Green Colored-Leaves Infusions of Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walp.) with DPPH method Desy Muliana Wenas; Putrisa Anggun Meilani; Herdini Herdini
Jurnal Penelitian Farmasi & Herbal Vol 5 No 1 (2022): JURNAL PENELITIAN FARMASI & HERBAL
Publisher : Fakultas Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36656/jpfh.v5i1.969

Abstract

Red and green leaves of the pucuk merah (Syzygium myrtifolium Walp.) contain flavonoids, saponins, and tannins which have the potential as antioxidants. The purpose is test out the antioxidant activity of red leaves and green leaves infusions of red shoots (S. myrtifolium). Test material is extracted using infusion method. The testing of antioxidant activity using 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) method. The free radical concentration of DPPH was analyzed using UV-Vis spectrophotometer after addition of various concentrations of S. myrtifolium leaves infusion extracts. Various concentrations of S. myrtafolium leaves infusion extracts used were 20 ppm; 10 ppm; 5 ppm; 2.5 ppm; 1.25 ppm; 0.625 ppm. Vitamin C solutions as the positive control were prepared on 5; 2.5; 1.25; 0,625; 0.3125 ppm. The result of the experiment showed the thick red and green leaf extract has IC50 value of 11,130 ppm and 10,522 ppm. The antioxidant activity of green leaf extract is higher than the red leaf extract. Research on green leaves extract of S. myrtafolium is suggested for further research as anticancer.
Uji Cemaran Mikroba pada Sediaan Lipstik Cair Desy Muliana Wenas; Jessica Suardi; Wahidin Wahidin
JUSTE (Journal of Science and Technology) Vol. 1 No. 1 (2020): JUSTE
Publisher : LLDIKTI WIlayah XII Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1075.853 KB) | DOI: 10.51135/justevol1issue1page49-60

Abstract

Lipstik cair merupakan salah satu produk kosmetik yang disukai kaum hawa. Lipstik cair biasa digunakan sehari-hari dan juga sering secara tidak sengaja masuk ke dalam rongga mulut dan dapat mencapai saluran pencernaan. Sebagian besar wanita menyimpan lipstik dalam jangka waktu yang lama sehingga cemaran mikroba pasti ditemukan pada lipstik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi cemaran dan jenis mikroba yang terdapat pada lipstik cair. Metode yang digunakan untuk menganalisa cemaran bakteri yaitu total plate count (TPC), dan dilanjutkan dengan identifikasi bakteri di media agar selektif. Sampel lipstik cair yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu 5 buah lipstik cair yang telah digunakan dan disimpan ±3 bulan, ±6 bulan dan ±12 bulan, dan 5 buah lipstik cair baru dan masih bersegel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 sampel lipstik cair usia ±12 bulan yang diteliti, 2 sampel diantaranya ditemukan terkontaminasi Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Namun dari semua sampel yang diteliti, semua sampel masih dalam ambang batas normal syarat angka lempeng total (ALT) menurut persyaratan BPOM nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011, karena koloni bakteri yang tumbuh di media tidak lebih dari 103. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa seluruh sampel lipstik cair yang diteliti termasuk aman.
Potensi Antijamur Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) terhadap Trichophyton mentagrophytes Subaryanti Subaryanti; Feby Ramdhony; Desy Muliana Wenas
Jurnal Pharmascience Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v10i2.15425

Abstract

Dermatofitosis adalah suatu infeksi pada jaringan berkeratin yang disebabkan oleh adanya kolonisasi dari jamur jenis dermatofita Trichophyton mentagrophytes. Kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) merupakan limbah hasil olahan industri kakao dari sisa biji dan daging buahnya yang mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, antosianidin, dan katekin. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder serbuk dan ekstrak etanol kulit buah kakao, menguji potensi antijamur terhadap pertumbuhan T. mentagrophytes, dan menentukan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM). Kulit buah kakao diperoleh dari Citayam, Kota Depok, Jawa Barat. Ekstrak etanol dibuat secara maserasi dengan etanol 96%. Pengujian aktivitas antijamur dilakukan dengan mengukur diameter daya hambat (DDH) menggunakan metode difusi cakram dan mengukur konsentrasi hambat minimum (KHM) menggunakan metode dilusi agar padat. Konsentrasi ekstrak yang digunakan pada pengujian DDH yaitiu 25, 50, 75, dan 100%. Kontrol positif digunakan ketokonazol. Kontrol negatif digunakan DMSO 10%. Pengujian KHM dilakukan pada konsentrasi 25, 20, 15, 10, dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuk dan ekstrak etanol kulit buah kakao mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Diameter daerah hambat tertinggi (20,68 mm) diperoleh dari konsentrasi 100% dengan kategori sangat kuat. Konsentrasi hambat minimum (KHM) terhadap T. mentagrophytes adalah 10%. Kesimpulannya adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada kulit buah kakao yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Konsentrasi ekstrak etanol kulit buah kakao yang menghambat T. mentagrophytes adalah 100% (20,68 ± 0,40 mm) dan KHM untuk T. mentagrophytes adalah 10%. Kata Kunci: Antijamur, Ekstrak Etanol, Kulit Buah Kakao, Metabolit Sekunder, KHM  Dermatophytosis is an infection of keratinized tissue caused by colonization of the dermatophyte fungus Trichophyton mentagrophytes. Cacao pod skin (Theobroma cacao L.) is a waste product processed by the cocoa industry from the remaining seeds and fruit pulp which contains alkaloids, flavonoids, tannins, anthocyanidins, and catechins. The aims of the research were to identify the content of secondary metabolites of powder and ethanol extract of cocoa pod shells, to test their antifungal potential on the growth of T. mentagrophytes, and to determine the value of minimum inhibitory concentration (MIC). Cocoa pod skin is obtained from Citayam, Depok City, West Java. The ethanol extract was prepared by maceration with 96% ethanol. Antifungal activity testing was carried out by measuring the inhibition zone diameter (DDH) using the disc diffusion method and measuring the minimum inhibitory concentration (MIC) using the dilution method to solidify. The concentration of the extract used in the DDH test was 25, 50, 75 and 100%. The positive control used Ketoconazole. The negative control used 10% DMSO. MIC testing was carried out at concentrations of 25, 20, 15, 10, and 5%. The results showed that the powder and ethanol extract of cocoa pod shells contained alkaloids, flavonoids, saponins and tannins. The diameter of the highest inhibition area (20.68 mm) was obtained from 100% concentration with very strong category. The minimum inhibitory concentration (MIC) against T. mentagrophytes is 10%. The conclusion is that secondary metabolites found in cocoa pod skin are alkaloids, flavonoids, saponins, and tannins. The concentration of the ethanol extract of cocoa pod husk that inhibited T. mentagrophytes was 100% (20.68 ± 0.40 mm) and the MIC for T. mentagrophytes is 10%.