Ayu Yesi Agustina
Konsultan Anestesi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, Indonesia, Brawijaya University

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Balance Cairan Restriktif sebagai Manajemen Pada Pasien dengan Sindroma Kompartemen Abdomen di Intensive Care Unit (ICU) Ayu Yesi Agustina; Wiwi Jaya; Arie Zainul Fatoni; Ruddi Hartono
Journal of Anaesthesia and Pain Vol 1, No 2 (2020): May
Publisher : Faculty of Medicine, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jap.2020.001.02.05

Abstract

Latar belakang: Sindrom kompartemen pada abdomen (ACS) dikaitkan dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Hipertensi intraabdomen didefinisikan sebagai tekanan intraabdomen lebih dari 12 mmHg, sedangkan sindrom kompartemen abdominal terjadi apabila tekanan intraabdomen lebih dari 20 mmHg dengan disertai disfungsi organ. Manajemen pada pasien ACS juga cukup menantang, secara holistik meliputi resusitasi cairan, dekompresi dengan tindakan pembedahan dan juga manajemen yang tepat di Unit Perawatan Intensif (ICU) untuk pasca operasi. Ada bukti yang berkembang bahwa tekanan intraabdomen (IAP) mempengaruhi hampir semua sistem organ dan merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Namun, beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara balancecairan 24 jam dan resusitasi cairan masif pada pasien menjadi suatu prediktor independen untuk  terjadinya IAH. Kasus: Pria 68 tahun dengan keluhan utama sakit perut, benjolan di umbilikus disertai sesak napas. Pasien dalam kondisi syok septik dengan topangan norepinefrin 0,1 µg/kgbb/menit dan dobutamin 10 µg/kgbb/menit. Pasien diagnosa dengan ACS, kemudian dilakukan dua kali operasi dekompresi laparotomi dengan rencana perawatan pasca operasi di ICU menggunakan ventilator. Di ICU kami memberikan Meropenem dan vasopressor selama sembilan hari. Kami melakukan pemberian cairan pada pasien dengan metode balance cairan negatif. Kondisi pasien menjadi lebih baik, dan ekstubasi dilakukan pada hari ketujuh, kemudian vasopressor dimatikan. Pada hari kesembilan pasien ini stabil tanpa vasopressor dan dipindahkan ke bangsal Kesimpulan: Pemberian  cairan dengan metoda balance cairan negatif pada pasien ACS dengan tujuan mencegah edema cairan di ruang interstitial memberikan hasil yang  memuaskan dan kondisi pasien menjadi lebih baik.