Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN TAMAN HIJAU KOTA PURWODADI Nunuk Juli Sufiati; Suzana Ratih Sari; Siti Rukayah
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 3 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.222 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i3.78

Abstract

Abstract: The city park is an example of a Public Open Space that is owned by the City Regional Government that is used for the benefit of the general public. The existence of the park as a form of public space in urban areas is closely related to the urban landscape system as a whole. A good landscape system is an indicator of an orderly and sustainable city. Basically the problem of the number of parks that are not visited due to lack of public knowledge about parks, theories / terms that develop among the public about city parks so that it forms certain perceptions that are usually contrary to the reality and behavior / behavior of users / users of the park. Discussion of the level of park preference will determine the factors that are of interest to the community in its utilization so as to maximize the function of the park. This study uses a quantitative paradigm with a rationalistic postpositivistic approach. The technique can use statistics, including grouping data, tabulating data, and presenting data based on variables, as well as performing calculations to answer the problem formulation, to test the hypothesis. Based on the results of the conclusions analysis are as follows: Factors that influence people's preference for the use of Purwodadi city parks are coherence variables (harmony, sustainability, feasibility), complexity (number, variety, uniqueness, difference), mystery (curiosity and uniqueness) , legal (ease and familiarity). Where seen from the beta coefficient value the highest value is coherent to the mystery. This means that coherence is the strongest factor that influences people's preferencesKeyword: Preference, City Park Abstrak: Taman kota merupakan contoh Ruang Terbuka Publik yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat umum. Keberadaan taman sebagai bentuk ruang publik di daerah perkotaan sangat berhubungan dengan sistem pertamanan kota secara keseluruhan. Sistem pertamanan yang baik menjadi indikator suatu kota yang teratur dan berkelanjutan. Pada dasarnya permasalahan banyaknya taman yang tidak dikunjungi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang taman, teori/istilah yang berkembang dikalangan masyarakat tentang taman kota sehingga membentuk persepsi tertentu yang biasanya bertentangan dengan kenyataan dan perilaku/ behaviour user /pengguna taman tersebut. Pembahasan tingkat preferensi taman akan menentukan faktor yang diminati masyarakat dalam pemanfaatanya sehingga dapat memaksimalkan fungsi taman tersebut. Penelitian ini menggunakan paradigma kuantitatif dengan pendekatan postpositivistik rasionalistik. Tekniknya dapat menggunakan statistik, meliputi pengelompokan data, mentabulasi data, dan menyajikan data berdasar variabel, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, hingga menguji hipotesis.Berdasarkan hasil analisis kesimpulan adalah sebagai berikut: Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap pemanfaatan taman kota Purwodadi adalah variabel koherensi (keselarasan, keberlangsungan, kelayakan),  kompleksitas (jumlah, variasi, keunikan, perbedaan), misteri (rasa ingin tahu dan keunikan), legal (kemudahan dan keakraban). Dimana dilihat dari nilai koefisien beta yang tertinggi nilainya adalah koheren terhadap misteri. Artinya koherensi adalah faktor terkuat yang mempengaruhi preferensi masyarakatKata Kunci: Preferensi, Taman Kota
RUANG BERBAGI ANTARA MANUSIA DAN HEWAN TERNAK YANG ADA DI PINGGIRAN KOTA Marsya Paramita Sulistyaningrum; Agung Budi Sardjono; Suzana Ratih Sari
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 3 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i3.831

Abstract

Abstract: There are still many people living on the suburbs who have unique and diverse activities and habits. As in Jetis Trawas Village, Cepoko Village, Gunungpati District, Semarang City, some of these unique activities and habits actually trigger the formation of a space that is used for various activities. One of them that is unique is that there are still many houses that are in the same environment as livestock. The purpose of this study is to determine the pattern of sharing space on the suburbs and the factors that influence the formation of sharing space on the suburbs. Through qualitative research methods can provide a clear picture of sharing space based on the culture of the local community. In addition, this method is motivated by the author in conducting research in order to provide knowledge about things that are not widely known. So in this study, it will be explored and discussed further how this sharing space can be formed in the object of this research. The results of this study in Jetis Trawas Village show that the Sharing Room was formed due to economic factors as well as social interaction factors of the villagers.Abstrak: Masyarakat yang ada di pinggiran Kota masih banyak ditemui memiliki aktivitas dan kebiasaan yang unik dan beragam. Seperti yang ada di Desa Jetis Trawas, Kelurahan Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Aktivitas dan kebiasaan unik ini ternyata memicu terbentuknya ruang yang digunakan untuk berbagai aktivitas. Salah satunya yang unik yaitu masih banyak terdapat rumah tinggal yang berada satu lingkungan dengan hewan ternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sharing space yang ada di pinggiran kota dan faktor – faktor yang berpengaruh dalam terbentuknya sharing space di pinggiran kota. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif rasionalistik, kualitatif analisis dengan deskriptif untuk menganalisa suatu objek dengan kondisi di lokasi penelitian. Analisis data menggunakan hasil wawancara dari beberapa warga dengan berbagai golongan umur yang objek penelitiannya sesuai dengan tema penelitian, kemudian hasilnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan melalui wawancara tersebut, diketahui bahwa Sharing Spaceterbentuk karena ketersediaan lahan, faktor ekonomi dan juga faktor sosial. 
ELEMEN FISIK PEMBENTUK PUSAT KOTA JEPARA BERDASARKAN PETA MENTAL MASYARAKAT Muhammad Bagas Ramadan; Suzana Ratih Sari; Edward E. Pandelaki
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (673.868 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i2.228

Abstract

Abstract: City’s imagery formation consist of physical elements that can be seen in terms of function, location, shape, magnitude, uniqueness, character. The exploratory of image forming elements is one of the important keys to get a positive image of the city. By using the community mental map method based on Lynch's theory, this study is expected to be able to purify the elements that make up the image of Jepara city that are built through people's perceptions, experiences, imagination and feelings. This study used qualitative research with exploration method, in order to understand the physical elements forming the city center, since the informant must freely provide an understanding of the meaning of the object that would represent the physical element forming the center of Jepara. Based on the analysis results, it can be concluded that the physical elements forming the central image of the city of Jepara are physical elements formed through the of the objects that make up the physical elements forming the image of the city of Jepara which are are arranged through physical objects Alun - Alun, Pendopo, SCJ (Jepara Culinary Place), Kaliwiso Bridge, Kaliwiso River, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Yos Sudarso, Jalan Wolter Monginsidi, Chinatown.Keywords: Physical elements, mental maps, Jepara Abstrak: Pembentukan citra dari kota dibangun elemen fisik yang dapat dilihat dari segi fungsi, lokasi, bentuk, besaran, keunikan, karakter. Penggalian elemen pembentuk citra merupakan salah satu kunci penting untuk mendapat citra yang positif dari kota. Jepara merupakan kota dalam proses berkembang menguatkan citra dalam kotanya. Dengan menggunakan metode peta mental masyarakat berdasarkan teori Lynch, penelitian ini diharapkan akan dapat mengerucutkan elemen yang menjadi pembentuk citra kota Jepara yang dibangun melalui persepsi, pengalaman, imajinasi dan perasaan masyarakatnya. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan cara eksplorasi,karena untuk memahami elemen fisik pembentuk pusat kota informan harus secara bebas memberikan pemahaman makna terhadap obyek yang akan mewakili elemen fisik pembentuk pusat kota Jepara. Berdasarkan pada hasil analisis maka dapat ditarik kesimpulan bahwa elemen fisik pembentuk citra pusat kota jepara adalah Elemen fisik dibentuk melalui fungsi atau cara kerja dari obyek – obyek yang menyusun elemen fisik pembentuk citra kota jepara. Elemen fisik pembentuk citra pusat kota jepara disusun melalui obyek – obyek fisik  Alun - Alun, Pendopo, SCJ(Tempat Kuliner Jepara), Jembatan Kaliwiso, Sungai Kaliwiso, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Yos Sudarso, Jalan Wolter Monginsidi, Pecinan.Kata Kunci: Elemen fisik, peta mental,  Jepara.
RUANG BERBAGI ANTARA MANUSIA DAN HEWAN TERNAK YANG ADA DI PINGGIRAN KOTA Marsya Paramita Sulistyaningrum; Agung Budi Sardjono; Suzana Ratih Sari
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 3 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i3.831

Abstract

Abstract: There are still many people living on the suburbs who have unique and diverse activities and habits. As in Jetis Trawas Village, Cepoko Village, Gunungpati District, Semarang City, some of these unique activities and habits actually trigger the formation of a space that is used for various activities. One of them that is unique is that there are still many houses that are in the same environment as livestock. The purpose of this study is to determine the pattern of sharing space on the suburbs and the factors that influence the formation of sharing space on the suburbs. Through qualitative research methods can provide a clear picture of sharing space based on the culture of the local community. In addition, this method is motivated by the author in conducting research in order to provide knowledge about things that are not widely known. So in this study, it will be explored and discussed further how this sharing space can be formed in the object of this research. The results of this study in Jetis Trawas Village show that the Sharing Room was formed due to economic factors as well as social interaction factors of the villagers.Abstrak: Masyarakat yang ada di pinggiran Kota masih banyak ditemui memiliki aktivitas dan kebiasaan yang unik dan beragam. Seperti yang ada di Desa Jetis Trawas, Kelurahan Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Aktivitas dan kebiasaan unik ini ternyata memicu terbentuknya ruang yang digunakan untuk berbagai aktivitas. Salah satunya yang unik yaitu masih banyak terdapat rumah tinggal yang berada satu lingkungan dengan hewan ternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sharing space yang ada di pinggiran kota dan faktor – faktor yang berpengaruh dalam terbentuknya sharing space di pinggiran kota. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif rasionalistik, kualitatif analisis dengan deskriptif untuk menganalisa suatu objek dengan kondisi di lokasi penelitian. Analisis data menggunakan hasil wawancara dari beberapa warga dengan berbagai golongan umur yang objek penelitiannya sesuai dengan tema penelitian, kemudian hasilnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan melalui wawancara tersebut, diketahui bahwa Sharing Spaceterbentuk karena ketersediaan lahan, faktor ekonomi dan juga faktor sosial.