This Author published in this journals
All Journal Koneksi
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Propaganda Film Kartun “The Ducktators” Pada Perang Dunia II (Studi Makna Denotasi-Konotasi) Keren Hapukh; Hadi Artomo; Diah Ayu Candraningrum
Koneksi Vol 1, No 2 (2017): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v1i2.2019

Abstract

Perang Dunia II menjadi pertarungan militer terbesar yang pernah terjadi di dunia. Propaganda menjadi salah satu alat yang digunakan pada masa Perang Dunia II dengan kemenangan sebagai tujuan utamanya. Film kartun hitam-putih “The Ducktators” merupakan film anak-anak yang digunakan sebagai alat propaganda pada Perang Dunia II oleh Amerika Serikat. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya pesan propaganda dalam film kartun anak-anak yang berjudul “The Ducktators”. Terdapati lima konsep teknik propaganda yang pada tiap masing-masing teknik dijabarkan menjadi tiga. Dengan demikian total keseluruhan teknik yang digunakan yakni lima belas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan analisis denotasi-konotasi Roland Barthes. Hasil penelitian, yaitu adanya pesan-pesan propaganda, seperti penggambaran tiga tokoh Perang Dunia II, yaitu Adolf Hitler, Benito Mussolini, dan Hideki Tojo. Hasil penelitian lain terkait teknik propaganda misalnya, teknik persuasif-symbol, sering munculnya lambang swastika yang mewakili simbol Nazi pada film kartun. Propaganda pada film menjadi salah satu alat perang yang digunakan pada Perang Dunia II saat itu. Namun, tidak hanya pada saat Perang Dunia II saja, propaganda dalam media massa sampai hari ini masih dapat dijumpai.
Muatan Feminisme dalam Film Aksi (Analisis Semiotika Film Wonder Woman) San San Lia; Hadi Artomo; Diah Ayu Candraningrum
Koneksi Vol 2, No 1 (2018): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v2i1.2446

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan nilai feminisme yang ada pada tokoh Diana dalam Film Wonder Woman karya sutradara Patty Jenkins. Penelitian ini menggunakan Teori Semiotika Charles Sanders Peirce dengan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan dokumentasi, studi pustaka dan sumber online. Data penelitan dianalisis dengan menggunakan Teori Semiotika Charles Sanders Perice dengan menggunakan segitiga makna Peirce yaitu, tanda, objek dan intepretan. Film Wonder Woman merupakan film yang berbeda dari film action pada umumnya dimana dalam film action biasanya hanya didominasi oleh tokoh laki-laki, sedangkan perempuan menjadi pendukung. Di film ini, sosok perempuan menjadi fokus utama. Hasil dari penelitian ini adalah nilai feminisme tokoh Diana dalam film Wonder Woman di mana Diana sebagai seorang perempuan mempunyai kekuatan fisik, lebih kuat dari laki-laki pada umumnya, dapat menentukan keputusannya sendiri dan juga memiliki kemampuan dalam memimpin. Film ini masuk ke dalam katagori feminisme radikal karena Diana sebagai seorang perempuan diceritakan lebih unggul dibandingkan dengan tokoh laki-laki dalam film. Cerita dalam film ini digambarkan hanya sebatas fiksi dan kurang realistis. Meskipun, hanya sebagai film fiksi film ini membawa pengaruh feminisme yang arahnya berubah dari fiksi menjadi non fiksi. 
Representasi Nilai-Nilai Maskulinitas dalam Tokoh Anime Jepang (Studi Semiotika Ferdinand De Saussure pada Tokoh Sesshomaru Dalam Film Anime Inuyasha The Movie 3 Swords Of An Honorable Ruler) Sarah Shafira; Hadi Artomo; Septia Winduwati
Koneksi Vol 2, No 1 (2018): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v2i1.2448

Abstract

Jepang dikenal sebagai negara maju yang tetap mempertahankan dan memelihara nilai kebudayaan. Berbagai bentuk kebudayaan tradisional masih bertahan di Jepang. Selain memelihara kebudayaan tradisioanl, Jepang juga memperkenalkan kebudayaan populer melalui media film. Salah satu budaya populer yang dimiliki oleh Jepang adalah film animasi atau dalam bahasa Jepang disebut anime. Dalam film anime “Inuyasha The Movie 3 Swords Of An Honorable Ruler” terdapat pesan nilai maskulinitas kebudayaan pria Jepang pada tokoh Sesshomaru. Melalui aspek pembacaan maskulinitas dari buku John Beynon yang berjudul “Masculinities and Culture”, penulis dapat mengkategorikan aspek maskulinitas yang sesuai dengan sifat yang dimiliki karakter Sesshomaru. Sedangkan metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan analisis Semiotika Ferdinand De Saussure. Hasil dari penelitian ini yaitu nilai maskulinitas yang terdapat pada tokoh Sesshomaru tidak ditampilkan melalui fisik melainkan melalui kata-kata serta tindakan yang ia lakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. 
Komunikasi Interpersonal Seorang Ayah Down-Syndrome Melalui Film Miracle in Cell No.7 Jessica Stefanus; Hadi Artomo; Diah Ayu Candraningrum
Koneksi Vol 1, No 2 (2017): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v1i2.2017

Abstract

Dasar dari penelitian ini ialah perubahan pandangan negatif terhadap penyandang down-syndrome. Dengan keterbatasan yang dialami, seorang dengan retardasi mental mampu menyayangi dan mencintai orang-orang disekitarnya dengan tulus. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan analisis semiotika Charles Sanders Pierce yang menggambarkan hubungan komunikasi interpersonal seorang ayah down-syndrome dengan anak perempuannya. Penelitian ini menggunakan film Miracle in Cell No. 7 sebagai sumber objek pelaksanaan penelitian. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi dalam hubungan antar manusia yang paling erat. Contohnya komunikasi antara dua orang yang saling menyayangi. Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan pribadi dan kontak sosial. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Hubungan keduanya dilatarbelakangi oleh budaya negara Korea yang menganut ajaran Konfusius mengenai rasa hormat kepada orang yang lebih tua.