Susi Hidayah
Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Substitusi Biskuit MP-ASI Kemenkes dan Isolat Protein terhadap Daya Terima Snack Bar untuk Batita Usia 12-36 Bulan Susi Hidayah; Dea Dellyana Wahyutia Ady; Himatul Muhimah
Media Gizi Kesmas Vol. 8 No. 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgk.v8i1.2019.6-11

Abstract

Latar Belakang: Batita (Bayi dibawah usia Tiga Tahun) adalah anak yang berusia antara 12–36 bulan. Padatahap ini, pertumbuhan anak berjalan lebih lambat jika dibandingkan pada usia 0–12 bulan. Asupan energi danzat gizi yang cukup penting untuk mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Masalah gizikurang pada batita akan mengganggu perkembangan kognitif dan proses eksplorasi lingkungan yang merupakankarakteristik anak pada usia ini.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima dan kandungan proteinsnack baryangdisubstitusi dengan biskuit MP-ASI Kemenkes dan isolat protein.Metode: Desain yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah eksperimentalmurni denganmenggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiriatas1 formula kontrol biskuit MP-ASIKemenkes, 1 formula kontrolsnack bar,dan 1 formula perlakuan.Ujidaya terimadilakukankepada 3 panelisterlatih dan 25 panelis tidak terlatih. Satu formula terbaik dari hasil uji organoleptik akan diuji kandunganproteindengan metodeKjeldahl. Uji statistik menggunakan ujiAnova Friedman Test(α=0,05).Hasil:Hasil uji daya terima menunjukkan formula terbaik adalah formula perlakuan dengan subtitusi biskuitMP-ASI Kemenkes 24% dan isolat protein 16% (f2). Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaansignifikan antara biskuit, formula kontrol, dan formula terbaik pada aspek tesktur (p=0,000), warna (p=0,003),dan rasa(p=0,046). Dalam 100 gram formula terbaik mengandung 6,68 g protein dan dapat memenuhi 10%kecukupan protein jika mengonsumsi sebanyak 4 kepingsnack bar.Kesimpulan:Substitusi 24% biskuit MP-ASI Kemenkes dan 16% isolat protein meningkatkan daya terimasnack baruntuk batita usia 12-36 bulan.ABSTRACTBackground:Toddler(Infant under Three Years Old)are child between the ages of 12 and 36 month. In thisstage, the growth velocity of children slower than in ages of 0–12 month. Adequate energy and nutrientsimportant to achieve optimal growth and development. Undernutrition problem in toddlers will impairscognitive development and environment explores process that constitute child’s characteristic in this ages.Objectives:This study aims to determine the acceptance and the proteins content of snack bars substituted withMP-ASI biscuit and the isolates protein.Methods:The design used in this study was experimental using a completely randomized design method. Thereare3formulas used,a control formulaofMP-ASIbiscuitsfromKemenkes, a control formula of snack bar, and atreatment formula. The acceptance test was conducted on 3 trained panelists and 25 untrained panelists. Thebest formula from the organoleptic test results were tested for protein content using the Kjeldahl method. Thestatistical test was Anova Friedman Test (α=0.05).Results:The results of organoleptic test showed that the best formula was the treatment formula with 24% ofMP-ASI biscuits substitution and 16% isolates protein (f2). The statistic analysis showed that there weresignificant differences on the aspects of texture(p=0.000), color(p=0.003), and taste(p=0.046).In 100 grams ofbest formula contains 6,68 grams of protein and can fulfill 33.4% of the daily protein adequacy of children aged1-3 years. Conclusion:Substitution of 24% MP-ASI biscuits and 16% Isolates protein increase the acceptance of snackbar for toddler (12-36 months).
Pendidikan Gizi Gemar Makan Ikan Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu tentang Pencegahan Stunting Di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur Qonita Rachmah; Diah Indriani; Susi Hidayah; Yurike Adhela; Trias Mahmudiono
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.87 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.165-170

Abstract

Background: Stunting is one of nutritional problem that causes long-term health problems. Based on the result of Riskesdas, there has been an increase in stunting prevalence from 35,6% in 2010 to 37,2% in 2013 which means that 1 in 3 indonesian children are stunting. Lamongan was one of hundred’s stunting priority regency in Indonesia. This study aims to analyze the effect of nutrition education to incerase mother’s knowledge related stunting.Objective: The method used in this research is Quasi Experiment by designing one group pre-test and post-test design. The sampling technique used was total sampling method in which all mothers with children aged 0 - 59 months in Gempolmanis village, Sambeng District, Lamongan Regency. The Gempolmanis village was purposively chosen.Methods: The dependent T test was used to determine the effect of nutrition education on maternal knowledge. The response rate of this study was 86.4%.Results: The results showed at the beginning of the session, the majority of mothers still had sufficient knowledge (57.9%) and less (36.8%). Only 5.3% have good nutrition knowledge, but after nutrition education, 68.4% of mothers have a good level of knowledge related to stunting. The mean score before nutrition education was 60.5 + 18.9 and increased to 88.4 + 13.8 after nutrition education (p <0.05).Conclusion: It can be concluded that nutrition education can significantly increase maternal knowledge related to the prevention of stunting in children at the golden age. Regular nutrition education by the nutrition officer or posyandu cadre needs to be done as an effort to improve stunting. ABSTRAK Latar belakang : Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi dengan dampak kesehatan yang serius. Hasil riskesdas terbaru di tahun 2018 menunjukkan prevalensi stunting sebesar 30,8%, yang artinya 1 dari 3 anak indonesia masih mengalami stunting.  Kabupaten Lamongan merupakan satu dari 100 kabupaten prioritas stunting di Indonesia.Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian pendidikan gizi terhadap pengetahuan ibu tentang Pencegahan Stunting. Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan rancangan one group pre-test and post-test design. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling yaitu mengambil semua ibu dengan balita usia 0 – 59 bulan di desa Gempolmanis, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan sebanyak 22 ibu balita. Pemilihan desa Gempolmanis dipilih secara purposive. Uji T dependen digunakan untuk mengukur perbedaan tingkat pengetahuan ibu setelah diberikan pendidikan gizi. Response rate penelitian ini sebesar 86,4%.Hasil : Hasil penelitian menunjukkan pada awal sesi sebelum diberikan pendidikan gizi tentang stunting, mayoritas ibu masih memiliki pengetahuan yang cukup (57,9%) dan kurang (36,8%). Hanya 5,3% yang memiliki pengetahuan gizi baik, namun setelah edukasi gizi, 68,4% ibu memiliki tingkat pengetahuan baik. Rerata skor sebelum edukasi sebesar 60,5 + 18,9 dan meningkat menjadi 88,4 + 13,8 setelah edukasi gizi (P<0.05).Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa pendidikan gizi secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan ibu terkait pencegahan stunting pada anak di usia golden period. Pemberian edukasi gizi secara berkala baik oleh petugas gizi puskesmas maupun kader posyandu perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan stunting.
Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kader Palang Merah Remaja (PMR) di SMAN 2 Lamongan Terhadap Program Suplementasi Tablet Tambah Darah Stefania Widya Setyaningtyas; Thinni Nurul Rochmah; Trias Mahmudiono; Susi Hidayah; Yurike D Adhela
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 3 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v4i3.2020.213-217

Abstract

ABSTRACT  Background: anemia prevention through iron-folic acid supplementation (IFA) for female adolescent has become goverment’s program priority. Although this programme have been running, several constrains including consumption compliance was frequently found. On the other hand, school have potential resources such as Junior of The Red Cross (PMR) which can be peer educator for health including anemia for other students. Objectives: this research was aimed to describe knowledge, practice, and attitude of PMR member toward IFA supplementation in SMAN 2 LamonganMethods: This research used cross sectional design. The population of this study was 100 members of the Red Cross Youth Teaching (PMR) SMAN 2 Lamongan. The sample of this study was 60 students who were selected by the simple random sampling method who met the inclusion criteria, such as were active members of the PMR and were willing to take part in the study. Data collection was carried out using self-administered questionnaires using an online questionnaire application consisting of 20 questions to measure knowledge; 20 questions to measure attitude; and 13 questions to measure behavior. Data were categorized and analyzed using descriptive tests.Results: Most respondents still have lack of knowledge related to the TTD program (56.7%) and its benefits (56.7%). 66% of PMR cadres have a positive attitude towards TTD, but not 100% of PMR cadres consume blood-added tablets regularly.Conclusions Strengthening of knowledge and attitudes towards TTD is needed to improve compliance of TTD consumption among PMR members so that later PMR cadres can become peer educators for other students.ABSTRAKLatar Belakang: penanggulangan anemia dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dengan sasaran remaja putri menjadi fokus pemerintah saat ini. Walaupun sudah mulai berjalan, seringkali ditemukan beberapa kendala dalam pelaksanaan program, diantaranya ketidakpatuhan konsumsi TTD. Di sisi lain, sekolah memiliki potensi sumberdaya untuk meningkatkan optimalisasi program TTD, salah satunya adalah Palang Merah Remaja (PMR) yang dapat menjadi pendidik sebaya tentang masalah kesehatan termasuk anemia bagi siswi lainnya.Tujuan: Penelitian ini bertujuan melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku kader PMR di SMA Negeri 2 Lamongan terhadap program pemberian TTDMetode: Penelitian ini merupakan menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah anggota ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) SMAN 2 Lamongan sejumlah 100 orang. Sampel dari penelitian ini adalah 60 siswa anggota PMR yang dipilih dengan metode simple random sampling dan memenuhi kriteria inklusi yaitu merupakan anggota aktif PMR dan bersedia mengikuti penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan self-administered questionnaires dengan menggunakan aplikasi kuesioner online yang terdiri dari 20 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan; 20 pertanyaan untuk mengukur sikap; dan 13 pertanyaan untuk mengukur perilaku. Data dikategorikan dan dianalisis menggunakan uji deskriptif.Hasil: Sebagian besar responden masih memiliki pengetahuan yang kurang terkait program TTD (56,7%) dan manfaatnya (56,7%). Sebesar 66% kader PMR memiliki sikap yang positif terhadap TTD, namun tidak 100% kader PMR mengonsumsi tablet tambah darah secara rutin.Kesimpulan: Perlu penguatan terhadap pengetahuan serta sikap terhadap TTD untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD di kalangan anggota PMR agar nantinya kader PMR dapat menjadi pendidik sebaya bagi siswi lainnya.