Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kepemimpinan Kepala Sekolah Meningkatkan Kecakapan Multiliterasi di Sekolah Dasar Ima Nurwahidah; Sofyan Iskandar
Jurnal Basicedu Vol 6, No 4 (2022): August Pages 5501-7663
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i4.3093

Abstract

Indonesia telah merdeka  sejak tahun 1945 dengan segala juang yang patut dibanggakan. Dalam bidang Pendidikan Indonesia beberapa kali menyempurnakan kurikulum untuk memenuhi perkembangan zaman atas kebutuhan generasi anak bangsa. Kian lama generasi anak bangsa kian menampakkan kebutuhan yang mendesak akan bidang ilmu pengetahuan. Menyambut kebutuhan tersebut pemerintah menggalakkan Gerakan yang berusaha meningkatkan kompetensi generasi bangsa. Salah satunya adalah Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai Gerakan untuk menjabarkan tujuan pendidikan nasional negara Indonesia. Dewasa ini,  pengertian literasi tidak hanya sebatas membaca dan menulis namun sudah memasuki lintas disiplin ilmu. Dalam hal ini,  kecakapan multiliterasi diperkenalkan sebagai suatu kecakapan yang  meliputi berbagai disiplin ilmu dan multimodal. Di mana kecakapan multiliterasi adalah kecakapan yang diperlukan menghadapi tantangan abad 21. Diantaranya meliputi literasi membaca dan menulis, literasi sains, literasi numerasi, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Namun, indeks kemampuan literasi negara Indonesia dalam berbagai segi masih belum menampakkan pencapaian signifikan. Terlebih di sekolah dasar sebagai pondasi Pendidikan Dasar peserta didik, di mana  pada  masa ini peserta didik  dalam masa golden age. Di mana masa yang sangat tepat untuk melatih berbagai segi kecakapan untuk kebermaknaan hidup di masa yang akan datang. Maka dari itu artikel ini dikaji sebagai bahan pengetahuan bagaimana kepempimpinan Kepala Sekolah untuk meningkatkan kecakapan multiliterasi di masa yang akan datang. Demi tercapainya generasi emas tahun 2045.
Kompetensi Pedagogik Guru Pasca Pandemi Covid-19 Ima Nurwahidah; Tatang Muhtar
Jurnal Basicedu Vol 6, No 4 (2022): August Pages 5501-7663
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i4.3113

Abstract

Negara Indonesia sedang mempersiapkan diri menyongsong Indonesia Emas 2045. Segala aspek yang akan mendukung kemajuan telah dilaksanakan. Dalam bidang Pendidikan negara Indonesia telah beberapa kali mengalami penyempurnaan. Bahkan pada tahun 2022 kurikulum terbaru yaitu kurikulum merdeka telah mewarnai dunia Pendidikan. Semua yang telah digulirkan tiada lain untuk kemajuan Pendidikan di negara Indonesia. Kurikulum Merdeka merupakan rangkaian dari Program merdeka belajar yang dimaksudkan untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya. Selain Kurikulum Merdeka, sebelumnya pun telah digulirkan Program Guru Penggerak sebagai wadah bagi pembinaan kompetensi guru yang berdasarkan pada pemikiran Ki Hajar Dewantara. Suatu pemikiran yang ingin mengembalikan kembali marwah guru sebagai pendidik yang berpihak kepada murid di era yang semakin canggih. Mencoba tidak melupakan inti dari proses pembelajaran yang memanusiakan manusia. Melatih segala kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh pendidik. Terlebih melatih kompetensi pedagogik yang mencoba menjawab suatu keresahan terhadap degradasi pemikiran, moral dan mental anak bangsa. Di mana seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mendidik dengan jeli dan baik.  Terlebih demi dunia Pendidikan Indonesia sedang diuji dengan segala keterbatasan. Mengakibatkan hampir 2 tahun lamanya anak-anak pada jenjang pendidikan dasar hingga lanjut mengalami suatu kemerosotan dalam hal capaian pembelajaran maupun karakter mulia. Maka dari itu artikel ini dibuat untuk mencoba mengulas mengenai kemampuan pedagogik yang harus dimiliki guru sebagai dasar pondasi Pendidikan pada jenjang berikutnya.
Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar Kabupaten Garut Angga Angga; Cucu Suryana; Ima Nurwahidah; Asep Herry Hernawan; Prihantini Prihantini
Jurnal Basicedu Vol 6, No 4 (2022): August Pages 5501-7663
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i4.3149

Abstract

Pendidikan dasar di Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan kurikulum. Saat ini, Kurikulum 2013 tengah menjadi kurikulum utama yang diterapkan di sekolah-sekolah. Namun, ada beberapa Sekolah Penggerak yang digagas oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknlogi yang dibina untuk mengimplementasikan kurikulum khusus, yaitu Kurikulum Sekolah Penggerak atau dikenal dengan istilah Kurikulum Merdeka, sebagai program mewujudkan Merdeka Belajar. Bahkan tahun ini, semua sekolah diberikan pilihan dalam mengimplementasi Kurikulum Merdeka disesuaikan dengan kesiapan sekolah tersebut. Kurikulum ini diimplementasikan di semua jenjang sekolah, tidak terkecuali Sekolah Dasar di Kabupaten Garut. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui perbedaan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka, (2) membandingkan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar, serta (3) menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh dalam menerapkan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar Kabupaten Garut. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa Kurikulum 2013 memiliki konsep sangat baik dalam proses pendidikan. Akan tetapi, implementasi di lapangan tidak berjalan sebagaimanamestinya. Banyak kekurangan terjadi dalam penerapan di berbagai Sekolah Dasar Kabupaten Garut, dimulai dari perencanaan sampai evaluasi pembelajaran. Sementara, implementasi Kurikulum Merdeka di beberapa Sekolah Penggerak dilaksanakan di tahun pertama, kemudian dikembangkan di banyak sekolah tahun berikutnya. Beberapa sekolah masih merancang formula yang tepat dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka ini. Berdasarkan uraian tersebut, maka kedua kurikulum setelah dianalisis memiliki konsep yang sesuai dengan kultur pendidikan Indonesia. Namun demikian, beberapa hal ini haruslah menjadi pertimbangan pemangku kebijakan dan pelaksana pendidikan, sehingga kedua kurikulum ini dapat terimplementasi dengan tepat, bukan sekadar program yang dipaksa diterapkan dalam pendidikan di Sekolah Dasar, khususnya di Kabupaten Garut.
Kepemimpinan Kepala Sekolah Meningkatkan Kecakapan Multiliterasi di Sekolah Dasar Ima Nurwahidah; Sofyan Iskandar
Jurnal Basicedu Vol 6, No 4 (2022): August Pages 5501-7663
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i4.3093

Abstract

Indonesia telah merdeka  sejak tahun 1945 dengan segala juang yang patut dibanggakan. Dalam bidang Pendidikan Indonesia beberapa kali menyempurnakan kurikulum untuk memenuhi perkembangan zaman atas kebutuhan generasi anak bangsa. Kian lama generasi anak bangsa kian menampakkan kebutuhan yang mendesak akan bidang ilmu pengetahuan. Menyambut kebutuhan tersebut pemerintah menggalakkan Gerakan yang berusaha meningkatkan kompetensi generasi bangsa. Salah satunya adalah Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai Gerakan untuk menjabarkan tujuan pendidikan nasional negara Indonesia. Dewasa ini,  pengertian literasi tidak hanya sebatas membaca dan menulis namun sudah memasuki lintas disiplin ilmu. Dalam hal ini,  kecakapan multiliterasi diperkenalkan sebagai suatu kecakapan yang  meliputi berbagai disiplin ilmu dan multimodal. Di mana kecakapan multiliterasi adalah kecakapan yang diperlukan menghadapi tantangan abad 21. Diantaranya meliputi literasi membaca dan menulis, literasi sains, literasi numerasi, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Namun, indeks kemampuan literasi negara Indonesia dalam berbagai segi masih belum menampakkan pencapaian signifikan. Terlebih di sekolah dasar sebagai pondasi Pendidikan Dasar peserta didik, di mana  pada  masa ini peserta didik  dalam masa golden age. Di mana masa yang sangat tepat untuk melatih berbagai segi kecakapan untuk kebermaknaan hidup di masa yang akan datang. Maka dari itu artikel ini dikaji sebagai bahan pengetahuan bagaimana kepempimpinan Kepala Sekolah untuk meningkatkan kecakapan multiliterasi di masa yang akan datang. Demi tercapainya generasi emas tahun 2045.
Design of Elementary School Inclusive Education in Garut Regency Angga; Cucu Suryana; Ima Nurwahidah; Nenden Ineu Herawati
International Conference on Elementary Education Vol. 5 No. 1 (2023): Proceeding The 5th International Conference in Elementary Education
Publisher : Elementary Education Study Program School of Postgraduate Studies Universitas Pendidikan Indonesia in collaboration with UPI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Inclusive education is an innovative approach to accommodate the learning needs of children with special needs. In the broader context, inclusive education can be interpreted as a step in education services in completing compulsory education for all Indonesians. This inclusive education provides insight and knowledge to the community to be able to facilitate the learning needs of children with special conditions. Inclusive education can be one of the efforts in creating educational programs for all walks of life, without being hindered by the conditions that the person has. This study aims to analyze the extent of the design of inclusive education that can be implemented in elementary schools in Garut Regency. The method used in this study is Literature Method. The results showed that there were quite a lot of children with special needs of elementary school age in the Garut Regency. Meanwhile, the distance to the Extraordinary School is quite far. This is because, the Garut area is divided into North Garut, Garut Kota, and South Garut. Not all sub-districts have Extraordinary Schools, even if there are only for certain types of Extraordinary Schools, so this Inclusive Education needs to be organized for the elementary school level in Garut Regency. Thus, the implementation of an Inclusive Education at the elementary school level in Garut Regency requires cooperation and careful design, starting from the preparation stage to the evaluation of education implementation. In addition, appropriate action is needed from various parties, starting from the school ecosystem, such as teachers, principals, supervisors, parents, and policymakers, including the Education Office in the Garut and West Java regencies.