Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

CITRA PARTAI ISLAM DALAM FRAGMENTASI POLITIK DI AJANG PEMILU 2019 Yusa Djuyandi; Mohammad Ikhsan Kurnia; Arief Hidayat
Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora Vol 6, No 2 (2022): Agustus, 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jim.v6i2.2022.495-507

Abstract

Partai-partai Islam jelang Pemilu 2019 terbagi menjadi dua kubu besar yang terfragmentasi dalam dukung-mendukung petahana versus oposisi. Konflik diametral antara dua kubu tersebut semakin menguat terutama sejak Pilkada DKI Jakarta 2017. Hal ini menyebabkan citra (image) partai Islam yang kerapkali mengalami konflik sejak zaman Orde Lama semakin mendapatkan konfirmasi. Penelitian ini ingin mengelaborasi brand personality dari partai-partai Islam dalam situasi fragmentasi politik yang terjadi antara partai-partai pendukung pemerintah versus partai-partai oposisi dalam Pemilu 2019. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan behaviorisme yang mencoba memahami perilaku partai-partai Islam dari perspektif pemilih. Berdasarkan pada analisa psikografis konstituen partai-partai Islam yang berbasis pada komunitas muslim, diperoleh 8 tipologi yang berbeda namun memiliki irisan. Penelitian ini memandang bahwa citra partai-partai Islam ditentukan oleh perspektif pemilih dari 8 tipologi tersebut.Kata kunci: partai Islam, brand image, fragmentasi politik, perilaku pemilih. 
Mengadvokasi Ketidaksetaraan Gender (Peran Negara dan Hegemoni Budaya Patriarki): Study pada Rifka Annisa Woman Crisis Centre (WCC) Yogyakarta Arief Hidayat; Adi Chandra Kumala
Jurnal PolGov Vol 2 No 2 (2020): Jurnal PolGov Volume 2 No. 2 Tahun 2020
Publisher : Departemen Politik dan Pemerintahan, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1156.634 KB) | DOI: 10.22146/polgov.v2i2.1864

Abstract

Artikel ini mengelaborasi dvokasi ketidaksetaraan gender yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat Riska Annisa. Ketidaksetaraan tersebut tentang adanya perilaku diskriminasi negara dalam proses menangani persoalan domestik dalam keluarga, yang sudah menjadi urusan publik. Salah satunya adalah terkait isu penanganan perilaku kekerasan yang diterima kaum perempuan, urusan penyembuhan trauma bagi perempuan yang mendapatkan kekerasan, penyediaan rumah aman sampai pada advokasi dalam bentuk bantuan hukum. Persoalan yang semula diambil alih oleh negara secara yuridis, namun dalam pelaksanaannya tidak sesuai, bahkan luput dari perhatian negara. Padahal dalam konsep civil rights, seluruh warga negara mendapatkan pelayanan yang sama tanpa membedakan ras, agama, jenis kelamin, dan sebagainya. Pola diskriminasi yang berkelindan dengan ketiadaan pemihakan negara menjadi pokok persoalan yang sulit untuk diatasi. Diperlukan dukungan berbagai pihak, khususnya organ civil society sebagai motor penggerak yang mengatasi persoalan ini sehingga tidak berlarut dalam sengkarut yang tidak berujung. Secara praktis, tujuan riset ini mencakup bahasan mengenai minimnya peran negara dalam isu ketidaksetaraan gender, khususnya ketidakberdayaan perempuan dalam budaya patriarki, serta upaya yang dilakukan oleh Rifka Annisa dalam mengadvokasi ketidaksetaraan gender tersebut. Riset ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif dan untuk mempertajam kajiannya ditopang dengan kajian pustaka yang relevan. Hasil dari riset membuktikan bahwa stereotip gender terhadap perempuan masih menjadi bagian domestifikasi bagi sebagian besar masyarakat. Minimnya peran negara tercermin dari tidak opersionalnya perlindungan hukum bagi perempuan. Belum ada kerja-kerja teknis yang dilakukan oleh aparat negara. Menindaklanjuti hal ini, Rifka Annnisa bergerak untuk memberikan berbagai jenis bantuan mulai dari pendampingan, konsultasi, pemeriksaan psikologi sampai pada bantuan hukum. Implikasi dari adanya aksi Rifka Annisa membuka aras baru dalam persoalan patriarki yang dulu menjadi ranah domestik, kemudian bergeser ke ranah publik dengan perlakuan yang lebih seimbang.
Habituasi Subkultur Tionghoa di tengah Dominasi Melayu Bangka: Politik Berbagi Peran Ibrahim Ibrahim; Arief Hidayat; Herza Herza
Society Vol 10 No 2 (2022): Society
Publisher : Laboratorium Rekayasa Sosial FISIP Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.854 KB) | DOI: 10.33019/society.v10i2.424

Abstract

Ethnic Chinese is an ethnic group that has long been part of the people of Bangka Island. The harmonious relationship between the ethnic Chinese and the indigenous population shows that the habituation process is going well so that their existence is accepted as a social reality. This study uses descriptive qualitative methods to collect data from interviews and observations in regencies/municipalities within Bangka Island. This research finds that the existence of the Chinese ethnicity has been processed by strengthening the four main capitals of the Chinese ethnicity (Bourdieu’s view): economic capital, social capital, cultural capital, and symbolic capital. Capital control has encouraged good role-sharing politics because capital control is carried out transformatively. It is not surprising that the Chinese minority subculture, although in many ways it feels dominant, can still be accepted as a social reality that forms intercultural harmony on Bangka island.