Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pengembangan Produk Cinderamata dari Sisa Potongan Kayu Dan Kain Tenun sebagai Upaya Pemulihan Perekonomian Pasca Pandemi di Pasar Inpres Kota Balikpapan Eko Agung Syaputra; Olivia Febrianty Ngabito; Sasferi Yendra
Unri Conference Series: Community Engagement Vol 3 (2021): Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/unricsce.3.429-438

Abstract

The Covid-19 pandemic has impacted traders and craftsmen at the Inpres Market Vegetable Garden, West Balikpapan Regency, experiencing difficulties in obtaining and producing their merchandise. As one of the largest islands in Indonesia, Kalimantan stores various types of wood-producing plants, especially wood from tropical forests. In the process of harvesting wood, it produces small pieces of residue that are underutilized. In addition, most of the products sold at the Inpres Market are woven fabrics with typical Kalimantan motifs. With these resources, of course, it is highly expected to be developed as a typical regional product. The purpose of this activity is to ignite diversity and improve the quality of souvenir products produced by the people of the Inpres Market area, through a social entrepreneurship approach based on the capabilities and resources of the region. Assistance activities for creative product development with a combination of wood pieces and woven fabrics are needed to initiate independent communities in the pandemic era through knowledge and skills in producing superior products from waste materials. To achieve these objectives, the methods of preparation, implementation and evaluation are used. With community service in the form of training in making creative products, traders and craftsmen in the Pasar Inpres area are able to increase independence in producing superior products that can rebuild people's income during the pandemic.
Pengelolaan Galeri Seni Langgeng Art Space dan Cemeti Art House di Yogyakarta Olivia Febrianty Ngabito
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 6, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.161 KB) | DOI: 10.24821/jtks.v6i1.4114

Abstract

ABSTRAKBanyaknya galeri seni di Yogyakarta menjadi wadah berekspresi bagi seniman dan apresiasi bagi pengunjung galeri. Tentunya setiap galeri memiliki ciri khas dalam pengelolaannya, seperti halnya dengan Langgeng Art Space dan Cemeti Art House. Sama-sama galeri seni namun memiliki pengelolaan yang berbeda baik dari segi promosi, target, residensi, program, kolaborasi, SOP, kurator. Terdapat persamaan yang ada dalam kedua galeri tersebut yakni mereka tidak mengedepankan profit dalam hal jual beli karya yang dipamerkan melainkan, mengedepankan kualitas pada karya yang dipamerkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan data yang diperoleh melalui wawancara lalu dikoding untuk mengetahui jawaban pada penelitian. Langgeng Art Space merupakan galeri yang menerapkan sistem konsinasi dan untuk teknis pengaturannya mereka memiliki SOP sendiri sedangkan Cemeti Art House menggunakan sistem dalam operasionalnya melalui kerja sama antar sesama komunitas seni. Galeri ini tidak mempunyai acuan SOP serta tidak menyediakan kurator khusus. ABSTRACT A large number of art galleries in Yogyakarta is a place of expression for artists and appreciation for gallery visitors. Of course, each gallery has a characteristic in its management, as is the case with Langgeng Art Space and Cemeti Art House. Both art galleries but have different management both in terms of Promotion, Target, Residency, Program, Collaboration, SOP, Curator. There are similarities in the two galleries that they do not prioritize profit in terms of buying and selling the works on display but instead emphasizing the quality of the works on display. This study uses qualitative research methods with data obtained through interviews and then coded to find out the answers to the research. Langgeng Art Space is a gallery that implements a consensus system and for technical arrangements, they have their own SOPs while Cemeti Art House uses the system in its operations through collaboration between art communities. This gallery has no SOP references and does not provide special curators.
Sosialisasi Peningkatan Kesadaran Masyarakat Pusung Terhadap Kearifan Budaya Lokal Eko Agung Syaputra; Widya Sartika; Olivia Febrianty Ngabito
Jurnal KARINOV Vol 5, No 3 (2022): September
Publisher : Institute for Research and Community Service (LP2M), Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um045v5i3p218-223

Abstract

Semakin berkembangnya produk mebel di tanah air, baik lokal maupun impor, mengakibatkan industri mebel Jepara dituntut mampu bersaing dalam persaingan global yang tidak mudah. Menurut hasil survey, suatu produk mebel dipilih oleh konsumen berdasarkan pengamatan atas beberapa hal, yaitu kualitas bahan, ukuran, bentuk, warna, dan kesesuaian mebel dengan ruangan calon pembeli. Namun, proses pengamatan tersebut masih terbatas ketika membeli mebel kayu di pasar online, karena mayoritas masih menampilkan produk dalam bentuk 2D saja. Pengabdian masarakat ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pelatihan terkait visualisasi 3D dan Augmented Reality (AR) sebagai optimalisasi media informasi dan promosi produk mebel kayu Jepara di pasar online. Visualisasi 3D dengan QR Code yang dipindai oleh kamera smartphone digunakan untuk melihat produk mebel secara detail dari berbagai sisi, yaitu detail bahan, bentuk, warna, sambungan, dsb. Sedangkan teknologi AR digunakan untuk melihat visual 3D mebel ke dalam ruangan dunia nyata sehingga calon pembeli memperoleh pengalaman simulasi penempatan produk mebel di lokasi yang diinginkan. Hasil pengabdian masyarakat ini menunjukkan bahwa peserta 11 kali lebih memahami terkait implementasi visual 3D dan augmented reality bagi optimalisasi media promosi. Program pelatihan visualisasi 3D produk melalui AR ini dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pembangunan ekonomi nasional melalui optimalisasi produk daerah yang berdaya saing global. Selain itu, implementasi pengabdian masayarakat ini dapat diadopsi oleh produk daerah lain. Kata kunci— Augmented Reality, Jepara, Marketplace Online, Mebel Kayu, Visualisasi 3D Abstract Jepara's wood furniture industry is also required to be able to compete in the global competition. Before deciding to buy wooden furniture products, consumers need a direct experience to see the material, size, shape, color, and the suitability of the furniture with the room.  However, this experience still cannot be fulfilled when buying wooden furniture in the online marketplace, mostly just displaying products by 2-dimensional form. This community service aims to provide insight and training related to 3D visualization and Augmented Reality (AR) as an optimization of information media and promotion of Jepara wood furniture products in the online marketplace. 3-dimensional visualization with QR Code scanned by smartphone camera was used to products implementation. Customers can see product objects in detail from all sides, and perceive 3-dimensional visuals of furniture into the real world by AR technology. The results of this community service show that participants understand 11 times more about the implementation of 3D visuals and augmented reality for the optimization of promotional media. This 3D product visualization training program through AR can be a solution to improve national economic development through optimizing regional products with global competitiveness. Moreover, the implementation of this research can be adopted by other regions’s products. Keywords— Teach Augmented Reality, Jepara, Online Marketplace, Wood Furniture, 3D Visualization
PERANCANGAN VISUAL BRANDING BLASTERAN CAFFE SAMARINDA Fulkha Tajri M; Olivia Febrianty Ngabito; Sasferi Yendra
Jurnal Kreatif : Desain Produk Industri dan Arsitektur Vol. 11 No. 1 (2023): Vol.11, No. 1, April 2023
Publisher : Indonesian Society of Applied Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46964/jkdpia.v11i1.279

Abstract

Abstrak Blasteran Caffe merupakan sebuah caffe yang berdiri sejak tahun 2017 di Samarinda. Proses perancangan visual branding ini dilakukan untuk memunculkan kembali identitas Blasteran Caffe yang memiliki menu yang berbeda dari kompetitor, memiliki brand selain makanan dan minuman yakni berupa sabun cair yang dipergunakan untuk mencuci piring/gelas dan pakaian (handmade) serta perluasan segmen pasar yang ada dilingkungan masyarakat sekitar yang mayoritas mahasiswa. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT guna mendapatkan visual yang sesuai dengan konsep Blasteran Caffe. Kegiatan tersebut meliputi : konsep visual (typografi, warna, elemen grafis), kemudian diaplikasikan dalam bentuk foto produk, buku menu, stiker dan penanda lokasi (signed). Visual branding yang dilakukan ini diharapkan mendapatkan efek lebih dalam mencitrakan indentitas baru dari Blasteran Caffe Samarinda dengan kesan yang simpel, elegan dan mudah diingat oleh konsumen khususnya dilingkungan Blasteran Caffe itu sendiri. Kata Kunci : Blasteran Caffe, Visual Branding, Indentitas,
PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS BUDAYA DI DESA PAMPANG SAMARINDA Olivia Ngabito Febrianty Ngabito; Eko Agung Syaputra; Sasferi Yendra
SPECTA Journal of Technology Vol. 6 No. 2 (2022): SPECTA Journal of Technology
Publisher : LPPM ITK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.247 KB) | DOI: 10.35718/specta.v6i2.485

Abstract

Desa Wisata Pampang adalah desa yang dihuni oleh masyarakat suku Dayak Kenyah. Desa ini disebut dengan desa budaya karena tata cara kehidupannya seperti bercocok tanam, adat istiadat hingga berkeseniannya masih menggunakan tata cara kehidupan dari nenek moyang suku Dayak Kenyah. Adanya desa budaya ini dapat menjadi suatu sarana pembelajaran sejarah suku Dayak Kenyah dan juga menjadi Desa Wisata berbasis Budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kembali sektor pariwisata yang tidak berjalan selama pandemi. Covid-19 yang melanda hampir di selurh belahan dunia khususnya Desa Pampang sebagai desa wisata berbasis Budaya. Pengembangan Desa Wisata Pampang harus di perhatikan dari segi pengelolaan desa wisata berbasis budaya hingga pelestarian Desa wisata berbasis Budaya tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif dengan analisis deskriptif dengan menggunakan tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengembangan Desa Wisata Pampang yang dapat dilakakukan pasca pandemi yaitu dengan cara menciptakan produk destinasi lebih unggul dari yang lain dan tampak unik dengan harga tinggi dan kualitas relatif tinggi.
Pengembangan Produk Kreatif dari Sisa Potongan Kayu dan Kain Tenun dalam Konteks Perancangan untuk Pengembangan Masyarakat berbasis Vernakular Pasar Inpres Kebun Sayur Kota Balikpapan Eko Agung Syaputra; Olivia Febrianty Ngabito; Sasferi Yendra
SPECTA Journal of Technology Vol. 6 No. 2 (2022): SPECTA Journal of Technology
Publisher : LPPM ITK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.912 KB) | DOI: 10.35718/specta.v6i2.489

Abstract

Pasar Inpres Kebun Sayur Kota Balikpapan merupakan wadah bagi para pelaku usaha untuk mengenalkan dan mendistribusikan produk-produk kerajinan kreatif khas Kalimantan Timur sebagai sarana melestarikan produk khas budaya lokal. Sebagian besar produk yang dijual di Pasar Inpres adalah kain tenun dengan motif khas Kalimantan Timur. Di sisi lain, sebagai kota yang terletak di Kalimantan Timur, Kota Balikpapan memiliki kekayaan sumber daya alam berupa keanekaragaman jenis tumbuhan penghasil kayu, terutama kayu dari hutan tropis. Dalam proses pemanenan kayu tersebut menghasilkan sisa-sisa potongan kayu yang belum termanfaatkan secara optimal yaitu berkisar antara 0,548 – 0,664 m3/pohon atau rata-rata 0,564 m3/pohon. Secara umum, sisa potongan penebangan berupa kayu yang cacat sebesar (65,1%), pecah (23,3%), dan paling rendah adalah sisa potongan yang kondisinya masih baik (11,6%). Penelitian ini bertujuan untuk merespon sumber daya lokal yang berpotensi untuk dikembangkan dalam ranah produk kreatif sebagai upaya untuk memantik inovasi keragaman produk budaya khas daerah di masyarakat, terutama mengenai aspek desain produk, budaya visual, dan budaya. secara umum, dengan tujuan untuk mempertahankan unsur-unsur kearifan budaya lokal yang ada di daerah. Penelitian ini menghasilkan produk dengan bahan utama sisa potongan kayu dan kain tenun khas Kalimantan Timur. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menghasilkan produk unggulan khas daerah serta memberikan nilai tambah pada sisa potongan kayu dan kain tenun Kalimantan Timur
PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA BUATAN PADA KAWASAN DANAU WANA TIRTA KOTA BALIKPAPAN Olivia Febrianty Ngabito; Sasferi Yendra; Fulkha Tajri M
MADANI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 9 No 1 (2023): Madani : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM UPN Veteran Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53834/mdn.v9i1.5180

Abstract

Danau Wana Tirta yang terletak di Jalan Giri Mulyo, Km. 14 RT 25 Kelurahan Karang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara, memiliki permasalahan berupa memperindah kawasan sekitar danau, belum terkelolanya Danau Wana Tirta dengan baik dan dinilai masih belum layak dijadikan sebagai tempat destinasi wisata, karena belum terdapat sarana dan prasarana yang memadai pada lokasi Danau Wana Tirta. Adapun solusi yang dapat diberikan untuk memecahkan permasalahan- permasalahan yang terdapat pada lokasi Danau Wana Tirta, yaitu dengan melakukan branding kawasan Danau Wana Tirta, membuat taman bunga sebagai salah satu destinasi wisata pada Danau Wana Tirta. Adapun target pada pengembangan destinasi wisata buatan Danau Wana Tirta yaitu pengembangan pada Danau Wana Tirta diharapkan dengan pembuatan taman sebagai salah satu daya tarik. Dengan adanya pengembangan pada Danau Wana Tirta diharapkan pembuatan taman bunga dapat di direalisasikan dengan tepat waktu pada Danau Wana Tirta. Dengan adanya pengembangan pada Danau Wana Tirta diharapkan mampu membuat destinasi wisata buatan seperti taman bunga yang dapat dijadikan sebagai objek utama wisata pada Danau Wana Tirta.Kata kunci: Danau Wana Tirta, Destinasi Wisata Buatan, Taman Bunga
City Branding Design from the Identification of Local Values of Penajam Paser Utara Regency Fulkha Tajri M; Olivia Febrianty Ngabito; Denny Huldiansyah; Sherlia; Sasferi Yendra
VCD Vol. 8 No. 2 (2023): Journal of Visual Communication Design VCD
Publisher : Universitas Ciputra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/vcd.v8i2.4238

Abstract

Penajam Paser Utara Regency is in a strategic location to improve its brand identity. Its existence adjacent to the new State Capital (IKN) is an opportunity with great potential for developing all Penajam Paser Utara Regency (PPU) sectors. The natural wealth in the form of the sea, endemic fauna in the form of sambar deer, Mastogok traditional motifs and some rice-producing areas that can be said to be the granary of IKN food security are local values that will be visualized in the form of a logo that characterizes Penajam Paser Utara Regency, plus a location that can be said to be "Serambi Nusantara" which means that PPU is the front porch / front page of IKN. The method in designing the city branding logo of Penajam Paser Utara Regency is practice-based (Practice-based research) because the foundation at the beginning is the experience of directly observing and obtaining data directly from the community, regional officials, and local customary leaders. The stages in this method include observation, improvisation, and realization. Ultimately, this paper shows a comprehensive design process for creating a visual identity for a city/district, which begins with research, visual enrichment, and visual design finalization.