Antonius Sad Budianto
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Hidup Sebagai Anak-Anak Allah Yang Terkasih Sebuah Contoh Katekese Calon Baptis1 Antonius Sad Budianto
Seri Filsafat Teologi Vol. 28 No. 27 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bagaimana hidup saya selama ini? Apakah saya puas dan mensyukuri hidup saya? Apakah saya hidup sehat dan bahagia? Apa makna pembaptisan dalam hidup saya? Adakah yang berubah dalam diri saya dengan menerima pembaptisan? Apa yang sebenarnya Tuhan inginkan dengan hidup saya? (panggilan dan tujuan hidup saya)
Arah Katekese Di Indonesia Antonius Sad Budianto
Seri Filsafat Teologi Vol. 28 No. 27 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kalau kita mau berbicara tentang Pembaharuan Gereja di Bidang Katekese, tentu kita perlu tahu arah katekese Gereja di Indonesia selama ini. Sebuah buku dengan judul “Arah Katekese di Indonesia???”1 merupakan laporan dan makalah yang disampaikan pada Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se Indonesia (PKKI) pertama yang diselenggarakan 10-16 Juli di Wisma Syalom Sindanglaya, Jawa Barat. Pertemuan tersebut merupakan tonggak sejarah penting Gereja Katolik Indonesia, terutama di bidang katekese. Tiga tahun kemudian diselenggarakan PKKI yang kedua di Wisma Samadi Klender, Jakarta. Kemudian rupanya disepakati pertemuan tiap 4 tahun hingga yang terakhir PKKI XI, Makssar 2016.
Membangun Gereja Yang Berbelaskasih: Belajar Dari Santo Vinsensius Depaul Antonius Sad Budianto
Seri Filsafat Teologi Vol. 25 No. 24 (2015)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sejak agama kristen katolik diakui kekaisaran romawi pada abad ke empat, Gereja semakin berkembang dan semakin berpengaruh. Dari para rasul yang rakyat jelata pengikut Gereja semakin menjangkau para bangsawan, bahkan kaisar dan raja juga katolik. Pada abad pertengahan bahkan raja raja Eropa harus mendapat pengakuan dari atau dimahkotai oleh Paus. Mau tak mau Gereja masuk dalam lingkaran kekuasaan politik, bahkan juga ekonomi. Pejabat Gereja bekerja sama dengan pejabat politik dan para bangsawan yang kaya raya. Sementara orang miskin semakin jauh dari perhatian Gereja. Dalam keadaan seperti ini tidak mengherankan bila banyak orang menjadi pejabat Gereja untuk melestarikan atau meningkatkan status kebangsawanannya. Bagi mereka yang berasal dari kelas menengah bawah menjadi pejabat Gereja adalah sarana untuk menaikkan status sosial, ekonomi, politik dirinya maupun keluarganya. Sejak pertobatannya Vinsensius Depaul membangun wajah Gereja yang berbelaskasih berdasarkan Kristus yang diakrabinya dalam injil. Vinsensius meninggalkan cita-citanya sendiri, dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan untuk menyatakan belaskasihNya terutama kepada orang miskin, mengikuti Tuhan Yesus pewarta kabar sukacita kepada kaum miskin (Luk 4:18). Selanjutnya ia mengikuti bimbingan Penyelenggaraan Ilahi yang menunjukkan kepadanya kebutuhan orang miskin dan bagaimana dia dapat menanggapinya, termasuk dengan menggerakkan seluruh Gereja umat Allah, imam maupun awam, bangsawan bahkan hingga ratu maupun rakyat jelata. Ia sungguh telah mengubah wajah Gereja yang menampakkan kekuasaan menjadi Gereja yang berbelaskasih dan melayani, dari umat Al- lah yang pasif menjadi umat Allah yang peduli dalam pelayanan nyata. Memang pengaruh Vinsensius tidak mencegah, walau mungkin memperlambat- meletusnya Revolusi Prancis se abad setelah wafatnya, ketika rakyat memberontak melawan monarki kerajaan dan melawan Gereja yang dianggap rakyat ada di pihak penguasa dan menyengsarakan mereka. Namun pengaruh Vinsensius yang sangat besar dalam membangun Gereja belaskasih terus terasa dalam Gereja lebih-lebih di abad 19 ketika kemiskinan merajalela akibat Revolusi Industri. Ratusan tarekat dan serikat awam didirikan dengan tujuan melayani orang miskin menurut kharisma santo Vinsensius. Gereja mengangkatnya sebagai Santo Pelindung dan Model(Patron) Karya Belaskasih.
Manusia Bahagia Belajar Dari Stephen Robert Covey Antonius Sad Budianto
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Krisis terbesar bangsa kita pada hemat saya adalah krisiskepemimpinan. Dengan kepemimpinan saya maksudkan bukan terutamaberhubungan dengan jabatan pemimpin, namun model panutan yang diikutioleh manusia untuk hidup bermoral. Bangsa kita dewasa ini kehilangan figurmanusia bermoral yang bisa dijadikan model panutan. Rakyat tidak melihatpemimpin bangsa ini sebagai figur manusia bermoral, mereka juga muakdengan para wakilnya di DPR dan DPRD yang sama sekali tidak mewakilirakyat. Namun krisis itu lebih mendalam dan meluas dalam hidup seharihari: banyak murid tidak menemukan figur moral pada diri gurunya, demikianpula banyak anak tidak melihat orang tuanya sebagai figur panutan.