Seri FilsafatTeologi Widya Sasana
Vol. 25 No. 24 (2015)

Membangun Gereja Yang Berbelaskasih: Belajar Dari Santo Vinsensius Depaul

Antonius Sad Budianto (Unknown)



Article Info

Publish Date
27 Nov 2020

Abstract

Sejak agama kristen katolik diakui kekaisaran romawi pada abad ke empat, Gereja semakin berkembang dan semakin berpengaruh. Dari para rasul yang rakyat jelata pengikut Gereja semakin menjangkau para bangsawan, bahkan kaisar dan raja juga katolik. Pada abad pertengahan bahkan raja raja Eropa harus mendapat pengakuan dari atau dimahkotai oleh Paus. Mau tak mau Gereja masuk dalam lingkaran kekuasaan politik, bahkan juga ekonomi. Pejabat Gereja bekerja sama dengan pejabat politik dan para bangsawan yang kaya raya. Sementara orang miskin semakin jauh dari perhatian Gereja. Dalam keadaan seperti ini tidak mengherankan bila banyak orang menjadi pejabat Gereja untuk melestarikan atau meningkatkan status kebangsawanannya. Bagi mereka yang berasal dari kelas menengah bawah menjadi pejabat Gereja adalah sarana untuk menaikkan status sosial, ekonomi, politik dirinya maupun keluarganya. Sejak pertobatannya Vinsensius Depaul membangun wajah Gereja yang berbelaskasih berdasarkan Kristus yang diakrabinya dalam injil. Vinsensius meninggalkan cita-citanya sendiri, dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan untuk menyatakan belaskasihNya terutama kepada orang miskin, mengikuti Tuhan Yesus pewarta kabar sukacita kepada kaum miskin (Luk 4:18). Selanjutnya ia mengikuti bimbingan Penyelenggaraan Ilahi yang menunjukkan kepadanya kebutuhan orang miskin dan bagaimana dia dapat menanggapinya, termasuk dengan menggerakkan seluruh Gereja umat Allah, imam maupun awam, bangsawan bahkan hingga ratu maupun rakyat jelata. Ia sungguh telah mengubah wajah Gereja yang menampakkan kekuasaan menjadi Gereja yang berbelaskasih dan melayani, dari umat Al- lah yang pasif menjadi umat Allah yang peduli dalam pelayanan nyata. Memang pengaruh Vinsensius tidak mencegah, walau mungkin memperlambat- meletusnya Revolusi Prancis se abad setelah wafatnya, ketika rakyat memberontak melawan monarki kerajaan dan melawan Gereja yang dianggap rakyat ada di pihak penguasa dan menyengsarakan mereka. Namun pengaruh Vinsensius yang sangat besar dalam membangun Gereja belaskasih terus terasa dalam Gereja lebih-lebih di abad 19 ketika kemiskinan merajalela akibat Revolusi Industri. Ratusan tarekat dan serikat awam didirikan dengan tujuan melayani orang miskin menurut kharisma santo Vinsensius. Gereja mengangkatnya sebagai Santo Pelindung dan Model(Patron) Karya Belaskasih.

Copyrights © 2015






Journal Info

Abbrev

serifilsafat

Publisher

Subject

Religion Arts Humanities Education Social Sciences

Description

Seri Filsafat Teologi Widya Sasana focuses on philosophical and theological studies based on both literary and field researches. The emphasis of study is on systematic attempt of exploring seeds of Indonesian philosophy as well as contextualization and inculturation of theology in ...