Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Embrio : Jurnal Kebidanan

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 3 BULAN (DPMA) DENGAN KEJADIAN FLOUR ALBUS PATOLOGIS DI BPS ENDANG, Amd.Keb supartini, supartini
EMBRIO Vol 7 (2015): EMBRIO (AGUSTUS 2015)
Publisher : Program Studi S1 Kebidanan - Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/embrio.vol7.no.a44

Abstract

Paradigma KB Nasional telah di ubah Visi dan NKKBS menjadi keluarga berkualitas 2015dengan 6 misi yaitu memperdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas,menggalang kemitraan kesejahtraan, kemandirian dan ketahanan keluarga,meningkatkan kualitas pelayanan KB, meningkatkan promosi,perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi, meningkatkan upaya perempuan untuk mewujudkan kesejahtraan dan keadilan gender melalui program KB. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisisHubungan antara lama pemakaian KB suntik 3 bulan ( DMPA) dengan kejadian flour albus patologis. Jenis penelitiananalitic cross sectional,teknik simple random sampling. Besarnya Sampel adalah semua akseptor KB suntik 3 bulan di BPS Ny Endang,Surabaya.Pada bulan Juni -September 2011 yaitu sebesar 25 akseptor. Hasil penelitian dari hubungan antara lama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan kejadian flour albus patologis menunjukan bahwa dari 25 akseptor KB suntik 3 bulan terdapat 21 akseptor (0,84%) yang mengalami flour albus patologis dan 4 akseptor (0,16%) tidak mengalami flour albus patologis. Hasil perhitungan chi square, nilai c2 hitung (0,009) >c2 tabel (3,841) berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya ada hubungan antara lama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan kejadian flour albus patologis,untuk itu diharapkan pada petugas kesehatan(bidan) agar memberikan penyuluhan/informasi yang jelas, yang berhubungan dengan kejadian flour albus patologis dan cara penanganannya agar responden dapat memahami dengan baik.
Karakteristik Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea (Di Ruang Merpati Rsud Dr. Soetomo Surabaya ) Supartini, Supartini
EMBRIO Vol 2 (2013): EMBRIO (JANUARI 2013)
Publisher : Program Studi S1 Kebidanan - Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/embrio.vol2.no0.a1137

Abstract

Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan. Berdasarkan data yang didapatkan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2010 jumlah pasien yang mengalami tindakan Sectio Caesarea sejumlah 798 pasien, sedangkan pada tahun 2011 berjumlah 983 pasien mengalami peningkatan sebesar 2,3%. Tujuan dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu nifas Post Sectio Caesarea di Ruang Merpati RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas dengan Sectio Caesarea yang dirawat di Ruang Merpati RSUD Dr. Soetomo Surabaya sejumlah 50 pasien. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah quota sampling. Sampel dalam penelitiansejumlah 30ibu nifas post Sectio Caesarea dengan menggunakan kuesioner dan observasi.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa dari 30 responden mobilisasi dini dilakukan cenderung dengan baik pada ibu dengan tingkat pendidikan SD sebesar 87,5%, sedangkan berdasarkan umur mobilisasi dini cenderung dilakukan dengan baik pada umur >35 tahun, sebesar 66,7%,dan berdasarkan paritas multipara sebesar 71,4%.Karakteristik yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea di Ruang Merpati RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2012 ibu dapat melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea yang dilatar belakangi tingkat pendidikan SD, umur >35 tahun, multipara, sedangkan pada ibu primipara dan grandemulti mobilisasinya lebih banyak mengalami gangguan.
Hubungan ibu bekerja dengan perkembangan balita usia 4-5 tahun di TK Dharma Wanita Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo Muntiani, Muntiani; Supartini, Supartini
EMBRIO Vol 3 (2013): EMBRIO (AGUSTUS 2013)
Publisher : Program Studi S1 Kebidanan - Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/embrio.vol3.no0.a1167

Abstract

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses kematangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ada 10, yaitu faktor genetik / herediter faktor lingkungan, nutrisi, lingkungan budaya,keluarga, status sosial dan ekomomi keluarga, iklim / cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga, status kesehatan,dan faktor hormonal, selain itu ibu juga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak khususnya balita yang usia 4-5 tahun. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu yang bekerja atau ibu yang tidak bekerja yang memiliki balita usia 4-5 tahun di TK Dharma Wanita Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo dengan sampel 55 orang ibu yang sebagai responden secara random sampling. Intrumen penelitian menggunakan KPSP dan kuesioner sebagai data primer. Dalam penelitian ini variabel independet adalah Ibu bekerja dan variabel dependent adalah perkembangan balita usia 4-5 tahun. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square (x2 test) dengan α = 0,05 dan diperoleh perhitungan chi quadrat lebih besar dari pada tabel (10,3> 5,99)dengan signifikasi p = 0,000<α. Hasil penelitian perkembangan balita usia 4-5 tahun dengan asuhan ibu bekerja sebanyak 24 balita(68,6%) perkembangannya meragukan, sebanyak 2 balita (5,7%) perkembangannya penyimpangan dan sebanyak 9 balita (25,7%) perkembangan sesuai. Perkembangan balita usia 45 tahun dengan asuhan ibu tidak bekerja sebanyak 5 balita (25,0%) perkembangannya meragukan, sebanyak 1balita (5,0%) perkembangannya penyimpangan dan sebanyak 14 balita (70,0%) perkembangan sesuai. Saran yang diberikan bagi para petugas kesehatan dan para ibu baik yang bekerja dan tidak bekerja untuk selalu memantau perkembangan anaknya dengan selalu memberikan rangsangan serta kualitas interaksi dengan anak agar ibu mengetahui bagaimana perkambangan anaknya.
HUBUNGAN ANTARA USIA DAN PARITAS DENGAN LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN Supartini, Supartini; Mudzolifah, Siti
EMBRIO Vol 1 (2012): EMBRIO (APRIL 2012)
Publisher : Program Studi S1 Kebidanan - Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/embrio.vol1.no0.a1237

Abstract

Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri. Menurut Manuaba (2001), kejadian letak sungsang sekitar 3-4 %, tetapi mempunyai angka morbiditas dan mortalitas janin yang tinggi. Di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya kejadian persalinan letak sungsang sebanyak 5%.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia dan paritas dengan letak sungsang pada ibu bersalin di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya.Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan teknik Simple Random Sampling, mengambil 255 sampel dari populasi sebanyak 1400 ibu bersalin di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya. Analisis data menggunakan tabulasi silang dengan uji chi-squaer.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 255 ibu bersalin di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya, sebanyak 63 orang (24,70 %) mengalami letak sungsang, ibu bersalin mayoritas usia tidak beresiko (20-35 tahun), dan ibu bersalin mayoritas nonprimi (multipara atau grandemultipara).Setelah dilakukan uji chi-square dengan α = 0,05 didapatkan Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia dan paritas dengan letak sungsang pada ibu bersalin di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya.
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA 6-36 BULAN Supartini, supartini
EMBRIO Vol 6 (2015): EMBRIO (MARET 2015)
Publisher : Program Studi S1 Kebidanan - Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/embrio.vol6.no.a1287

Abstract

ASI eksklusif merupakan makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena didalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkanoleh bayi. Sesuai keputusan Kep Men.Kes No. 450/Menkes/SK/IV/2004 ditetapkan pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan yang berarti bahwa bayi itu diberi ASI saja tanpa pemberian makanan lain sampai usia 6 bulan dan dianjurkan terus dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun. Hal tersebut sesuai dengan target sebesar 80% yang diamanatkan oleh Propenas (Program Pembangunan Nasional), karena banyak keuntungan dari pemberian ASI eksklusif yaitu anak akan cenderung mengalami perkembangan motorik kasar yang lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 6-36 bulan di RW IV Kelurahan Simomulyo Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya. Dalam penelitian ini digunakan metode analitik dengan desain penelitian Cross sectional yang pengambilan sampelnya dilakukan secara simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 58 anak usia 6-36 bulan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara serta observasi. Teknik analisis dengan perhitungan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 58 responden, yang diberi Asi eksklusif sebanyak 26(44,83%),sedangkan yang tidak diberi ASI eksklusif sebanyak 32(55,17%), berkembang sesuai umur sebanyak 46 anak(79,31%), sedangkan yang tidak berkembang sesuai umur sebanyak 12 anak (20,69%). Dari hasil uji chi-square didapatkan Ho ditolak.Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 6-36 bulan. Oleh sebab itu, perlu adanya penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif secara terus menerus.