Arry Supriyanto
Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Perbedaan Primer RAPD dan ISSR dalam Identifikasi Hubungan Kekerabatan Genetik Jeruk Siam (Citrus suhuniensis L. Tan) Indonesia Agisimanto, Dwi; Martasari, C; Supriyanto, Arry
Jurnal Hortikultura Vol 17, No 2 (2007): Juni 2007
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Jeruk siam Indonesia tersebar di berbagai sentra produksi dengan nama yang berbeda menurut lokasi adaptasi. Morfologi jeruk-jeruk tersebut terlihat sama, dengan beberapa karakter spesifik yang berbeda. Penelitian bertujuan membandingkan kemampuan primer RAPD dan ISSR dalam mendeteksi kekerabatan di antara jeruk siam. Sampel DNA dari 19 jenis jeruk siam telah diisolasi dari daun dan diamplifikasi dengan 5 buah primer tunggal RAPD dan ISSR. Produk amplifikasi RAPD dipisahkan dalam gel agarose, sedangkan produk ISSR dalam gel poliakrilamid. Statistik pita DNA dan data matriks setiap tipe primer dihitung dan dendogram terbangun berdasarkan analisis kluster menurut UPGMA menggunakan metode SHAN pada program NTSys-PC versi 2,10. Sebanyak 2.605 buah pita DNA dan 240 lokus telah dieksplorasi oleh primer ISSR, sedangkan dengan primer RAPD hanya 515 dan 38 buah. Dari jumlah pita tersebut lokus polimorfisme primer ISSR 90,08% lebih tinggi dibanding primer RAPD. Sebanyak 16 pita spesifik dijumpai pada jeruk siam Banyuwangi 1, siam Purworejo 1, siam Madu, dan siam Banjar 2 oleh primer ISSR, dan 6 pita pada siam Lumajang 1 dan siam Banjar 3 oleh primer RAPD. Perbedaan statistik pita DNA yang dieksplorasi tersebut berhubungan dengan akurasi kemiripan dan jarak genetik jeruk-jeruk siam pada dendogram yang terbangun. Dendogram yang terbangun oleh primer ISSR memperlihatkan keragaman jeruk siam yang lebih tinggi dengan jarak genetik yang lebih tinggi. Kedekatan hubungan di antara jeruk-jeruk siam ini terbanyak pada kisaran 84-100% (RAPD) atau 74-92% (ISSR). Fokus lebih jauh harus ditujukan kepada identifikasi keragaman siam berdasarkan primer dengan sekuen mikrosatelit yang sudah terpaut kepada sifat tertentu untuk lebih memastikan keragaman siam komersial tersebut.ABSTRACT. Agisimanto, D., C. Martasari, and A. Supriyanto. 2007. Differentiation Between RAPD and ISSR Primer on Genetic Diversity Identification of Siam (Citrus suhuniensis L. Tan) from Indonesia. siam was widely cultivated in several citrus growing areas with some local names. Their high adaptability to difference areas, create difficulties in deciding their original varieties. The objective of the research was to compare RAPD and ISSR primer on the genetics similarities identification among siam cultivars. DNA samples from 19 varieties were isolated and amplified by 5 RAPD and ISSR primers. Amplification products of RAPD were separated in agarose gel, while ISSR in PAGE. The DNA fragments from both primers were scored and dendogram were built based on UPGMA of NTSYS-PC version 2.10. About 2605 DNA fragments and 240 loci were scored from ISSR primers, while RAPD were 515 and 38 respectively. A total number of polymorphism loci of ISSRs were 90.08% higher than RAPDs. About 16 specific loci were identified from siam Banyuwangi 1, siam Purworejo 1, siam Madu, and siam Banjar 2 by ISSR primers, and 6 specific loci from siam Lumajang 1 and siam Banjar 3 by RAPD primers. Two dendogram were established from the primers. Coeficient similarity of siam cultivars revealed by ISSR was lower, ranging from 74 to 92%, than RAPD (84-100%). Future activities should be focused on diversity studies of siam by using primer based on microsatellite sequences which are link to specific characters.
Keragaman Genetik Pamelo Indonesia berdasarkan Primer Random Amplified Polymorphic DNA Agisimanto, D; Supriyanto, Arry
Jurnal Hortikultura Vol 17, No 1 (2007): Maret 2007
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Analisis keragaman genetik diperlukan untuk mengetahui hubungan kekerabatan 18 varietas jeruk pamelo Indonesia. Penelitian bertujuan mengetahui keragaman genetik beberapa varietas pamelo berdasarkan primer RAPD. Daun dari tunas muda berumur 20-25 hari diekstrak untuk mendapatkan bulk DNA. Setiap sampel DNA dari setiap varietas diamplifikasi menggunakan 15 primer RAPD dan diseparasi menurut metode elektroforesis. Hasil visualisasi fragmen pita DNA dihitung berdasarkan ada dan tidaknya pita DNA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 primer RAPD, yaitu OPN14 dan OPN16 membedakan varietas pamelo yang dianalisis. Tiga kelompok besar pamelo telah terkelompok dan menunjukkan kekerabatan yang dekat serta memperlihatkan kesamaan yang tinggi menurut daerah asal dan karakter buah.ABSTRACT. Agisimanto, D. and A. Supriyanto. 2007. Genetic Diversity of Pummelo Based on Primer Random Amplified Polymorphic DNA. Genetic variablitiy is needed to understand relationship among 18 pummelo varieties in Indonesia. The objective of the research was to characterize genetic diversity of some pummelo varieties in Indonesia based on RAPD primer. Leaves from young flush, 20-25 days, were extracted and amplified by 15 RAPD primers. Bands of DNA were scored based on their presence and absence. Two primers of OPN 14 and OPN 16 were selected to visualize band pattern of pummelo varieties. At least, 3 groups of pummelos were clustered that showed closely relationship and highly similarity by place of origin and fruit characteristics.
Analisis Genotip Pohon Induk Jeruk Bebas Penyakit Hasil Perbanyakan Tunas Pucuk dengan Primer RAPD Supriyanto, Arry; Agisimanto, Dita; Purbiati, T; Devy, Nirmala Friyanti; Dwiastuti, Mutia Eti
Jurnal Hortikultura Vol 16, No 1 (2006): Maret 2006
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Uji tepat varietas untuk pohon induk jeruk bebas penyakit diperlukan untuk memastikan kebenaran genotip tanaman yang diperbanyak secara vegetatif. Percobaan dilakukan untuk menganalisis kesamaan genotip pohon induk jeruk bebas penyakit (benih penjenis) hasil perbanyakan vegetatif melalui penyambungan tunas pucuk dari pohon induk tunggalnya menggunakan penanda DNA RAPD. Daun dari tunas muda berumur 20-25 hari diekstrak untuk mendapatkan bulk DNA. Setiap sampel DNA dari setiap varietas diamplifikasi menggunakan 2 primer RAPD dan diseparasi menurut metode elektroforesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 primer RAPD OPN14 dan OPN16 mampu memperlihatkan keseragaman pita DNA benih-benih penjenis dengan  induknya. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa tidak ada perbedaan genotip antara tanaman yang diperoleh dari protokol pembuatan benih penjenis dengan pohon induk tunggalnya.True variety testing is needed to proof the genotype truth fulness of virus free mother plant that vegetatively multiplied. Study was done to analyze the genotype similarity of virus free mother plant that vegetatively multiplied through shoot tip grafting from the single mother plant using DNA RAPD marker. Leaves from young flush of 20-25 days were extracted in order to find out the bulk DNA. Each DNA sample from each variety was amplified by 2 RAPD primer and separated electrophoretically. The results indicated that 2 RAPD OPN14 and OPN16 primer revealed the uniformity of DNA band of the breeder seeds and the mother plant. The results strongly confirm that there was no genotype differences among the plant generated from standard protocol of producing virus free of citrus breeder seeds and the single mother plant.
Eksplorasi, Karakterisasi, dan Evaluasi Beberapa Klon Bawang Putih Lokal Hardiyanto, -; Devy, Nirmala Friyanti; Supriyanto, Arry
Jurnal Hortikultura Vol 17, No 4 (2007): Desember 2007
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Bawang putih lokal saat ini sangat sulit dijumpai di pasaran setelah membanjirnya bawang putih impor ke Indonesia. Hal ini tentunya diperlukan upaya perbaikan produktivitas dan kualitas bawang putih lokal sekaligus sebagai konservasi. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai karakter morfologi beberapa klon bawang putih lokal dan mendapatkan klon-klon bawang putih lokal hasil evaluasi yang potensial dan prospektif yang dapat bersaing dengan bawang putih impor. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Banaran, Batu pada ketinggian 900 m dpl. mulai bulan Juli sampai Oktober 2005. Eksplorasi dilakukan di beberapa daerah sentra produksi bawang putih. Karakterisasi dan evaluasi dilakukan berdasarkan descriptor lists dari IPGRI yang meliputi morfologi tanaman, produksi, dan kualitas umbi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok terdiri dari 10 klon diulang 3 kali. Hasil eksplorasi diperoleh 3 klon bawang putih baru, yaitu Teki, Ciwidey, dan Lumbu Kayu. Daya tumbuh 10 klon bawang putih yang ditanam di KP Banaran, Batu umumnya tinggi yaitu sekitar 95%. Dilihat dari umur panen, klon dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu umur panen pendek (90-110 hari setelah tanam) meliputi NTT, Teki, Sanggah, dan Lumbu Kuning, umur panen sedang (111-131 hari setelah tanam) meliputi Saigon, Lumbu Hijau, Krisik, Tawangmangu, dan Ciwidey, dan umur panen dalam (di atas 131 hari), yaitu Tiongkok. Tinggi batang semu bervariasi antara 9-26 cm. Klon Ciwidey dan Tiongkok terlihat paling pendek dibandingkan dengan klon lainnya. Diameter batang semu klon Tawangmangu terlihat paling besar dibandingkan klon lainnya meskipun tidak berbeda nyata dengan klon Teki. Terhadap jumlah daun, klon Ciwidey paling sedikit (9 helai) dibandingkan klon lainnya (11-15 helai). Hasil dan komponen hasil terlihat bahwa klon Tawangmangu dan Krisik memiliki bobot umbi yang paling tinggi, yaitu masing-masing 66,67 g dan 58,33 g/tanaman dibandingkan 8 klon lainnya. Sedangkan klon Sanggah dan NTT memiliki bobot umbi terendah, yaitu hanya 23,67 g dan 24,33 g/tanaman. Adapun produksi total tertinggi dicapai oleh klon Tawangmangu dan Lumbu Hijau masing-masing mencapai 33,21 t/ha dan 29,49 t/ha.ABSTRACT. Hardiyanto, N.F. Devy, and A. Supriyanto. 2007. Exploration, Characterization, and Evaluation of Several Local Garlic Clones. Currently local garlics were rarely found in the market due to the flooding of imported garlic to Indonesia. Therefore, some efforts are needed to improve the productivity and quality as well as the conservation of local garlic clones. The aim of this research was to obtain some information on morphological characteristics of local garlic clones and the potential and prospective of local garlic clones which can compete with imported garlic. This research was conducted in Banaran Experimental Garden, Batu (900 m asl) from July to October 2005. Exploration was carried out in several centers of local garlic production. Characterization and evaluation were based on descriptor lists published by IPGRI such as morphology, yields, and quality. Randomized block design was used in this research consisted of 10 clones with 3 replications. Three new garlic clones were collected through exploration, those were Teki, Ciwidey, and Lumbu Kayu. Growth percentage of 10 local garlic clones grown in Banaran Experimental Garden, Batu was relatively high, it was 95%. Based on harvesting time, clones were classified into 3 groups, those were short period (90-110 days after planting) i.e: NTT, Teki, Sanggah, and Lumbu Kuning; medium period (111-131 days after planting) i.e.: Saigon, Lumbu Hijau, Krisik, Tawangmangu, and Ciwidey; and long period (more than 131 days after planting) i.e. Tiongkok. Plant height was varied between 9-26 cm. Plant height of Ciwidey and Tiongkok were relatively shorter than others, whereas diameter of Tawangmangu and Teki were relatively bigger than others. Total leaf number of Ciwidey (9 leaves) was lower than others (11-15 leaves). Based on yields and yield components, bulb weight of Tawangmangu and Krisik were higher than others, i.e. 66.67 g and 58.33 g/plant respectively, whereas Sanggah and NTT were lower than others, i.e. 23.67 g and 24. 33 g/plant. The high yield were performed by Tawangmangu and Lumbu Hijau, it reached 33.21 t/ha and 29.49 t/ha, respectively.
Analisis Genotip Pohon Induk Jeruk Bebas Penyakit Hasil Perbanyakan Tunas Pucuk dengan Primer RAPD Supriyanto, Arry; Agisimanto, Dita; Purbiati, T; Devy, Nirmala Friyanti; Dwiastuti, Mutia Eti
Jurnal Hortikultura Vol 16, No 1 (2006): Maret 2006
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v16n1.2006.p%p

Abstract

Uji tepat varietas untuk pohon induk jeruk bebas penyakit diperlukan untuk memastikan kebenaran genotip tanaman yang diperbanyak secara vegetatif. Percobaan dilakukan untuk menganalisis kesamaan genotip pohon induk jeruk bebas penyakit (benih penjenis) hasil perbanyakan vegetatif melalui penyambungan tunas pucuk dari pohon induk tunggalnya menggunakan penanda DNA RAPD. Daun dari tunas muda berumur 20-25 hari diekstrak untuk mendapatkan bulk DNA. Setiap sampel DNA dari setiap varietas diamplifikasi menggunakan 2 primer RAPD dan diseparasi menurut metode elektroforesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 primer RAPD OPN14 dan OPN16 mampu memperlihatkan keseragaman pita DNA benih-benih penjenis dengan  induknya. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa tidak ada perbedaan genotip antara tanaman yang diperoleh dari protokol pembuatan benih penjenis dengan pohon induk tunggalnya.True variety testing is needed to proof the genotype truth fulness of virus free mother plant that vegetatively multiplied. Study was done to analyze the genotype similarity of virus free mother plant that vegetatively multiplied through shoot tip grafting from the single mother plant using DNA RAPD marker. Leaves from young flush of 20-25 days were extracted in order to find out the bulk DNA. Each DNA sample from each variety was amplified by 2 RAPD primer and separated electrophoretically. The results indicated that 2 RAPD OPN14 and OPN16 primer revealed the uniformity of DNA band of the breeder seeds and the mother plant. The results strongly confirm that there was no genotype differences among the plant generated from standard protocol of producing virus free of citrus breeder seeds and the single mother plant.
Perbedaan Primer RAPD dan ISSR dalam Identifikasi Hubungan Kekerabatan Genetik Jeruk Siam (Citrus suhuniensis L. Tan) Indonesia Agisimanto, Dwi; Martasari, C; Supriyanto, Arry
Jurnal Hortikultura Vol 17, No 2 (2007): Juni 2007
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v17n2.2007.p%p

Abstract

ABSTRAK. Jeruk siam Indonesia tersebar di berbagai sentra produksi dengan nama yang berbeda menurut lokasi adaptasi. Morfologi jeruk-jeruk tersebut terlihat sama, dengan beberapa karakter spesifik yang berbeda. Penelitian bertujuan membandingkan kemampuan primer RAPD dan ISSR dalam mendeteksi kekerabatan di antara jeruk siam. Sampel DNA dari 19 jenis jeruk siam telah diisolasi dari daun dan diamplifikasi dengan 5 buah primer tunggal RAPD dan ISSR. Produk amplifikasi RAPD dipisahkan dalam gel agarose, sedangkan produk ISSR dalam gel poliakrilamid. Statistik pita DNA dan data matriks setiap tipe primer dihitung dan dendogram terbangun berdasarkan analisis kluster menurut UPGMA menggunakan metode SHAN pada program NTSys-PC versi 2,10. Sebanyak 2.605 buah pita DNA dan 240 lokus telah dieksplorasi oleh primer ISSR, sedangkan dengan primer RAPD hanya 515 dan 38 buah. Dari jumlah pita tersebut lokus polimorfisme primer ISSR 90,08% lebih tinggi dibanding primer RAPD. Sebanyak 16 pita spesifik dijumpai pada jeruk siam Banyuwangi 1, siam Purworejo 1, siam Madu, dan siam Banjar 2 oleh primer ISSR, dan 6 pita pada siam Lumajang 1 dan siam Banjar 3 oleh primer RAPD. Perbedaan statistik pita DNA yang dieksplorasi tersebut berhubungan dengan akurasi kemiripan dan jarak genetik jeruk-jeruk siam pada dendogram yang terbangun. Dendogram yang terbangun oleh primer ISSR memperlihatkan keragaman jeruk siam yang lebih tinggi dengan jarak genetik yang lebih tinggi. Kedekatan hubungan di antara jeruk-jeruk siam ini terbanyak pada kisaran 84-100% (RAPD) atau 74-92% (ISSR). Fokus lebih jauh harus ditujukan kepada identifikasi keragaman siam berdasarkan primer dengan sekuen mikrosatelit yang sudah terpaut kepada sifat tertentu untuk lebih memastikan keragaman siam komersial tersebut.ABSTRACT. Agisimanto, D., C. Martasari, and A. Supriyanto. 2007. Differentiation Between RAPD and ISSR Primer on Genetic Diversity Identification of Siam (Citrus suhuniensis L. Tan) from Indonesia. siam was widely cultivated in several citrus growing areas with some local names. Their high adaptability to difference areas, create difficulties in deciding their original varieties. The objective of the research was to compare RAPD and ISSR primer on the genetics similarities identification among siam cultivars. DNA samples from 19 varieties were isolated and amplified by 5 RAPD and ISSR primers. Amplification products of RAPD were separated in agarose gel, while ISSR in PAGE. The DNA fragments from both primers were scored and dendogram were built based on UPGMA of NTSYS-PC version 2.10. About 2605 DNA fragments and 240 loci were scored from ISSR primers, while RAPD were 515 and 38 respectively. A total number of polymorphism loci of ISSRs were 90.08% higher than RAPDs. About 16 specific loci were identified from siam Banyuwangi 1, siam Purworejo 1, siam Madu, and siam Banjar 2 by ISSR primers, and 6 specific loci from siam Lumajang 1 and siam Banjar 3 by RAPD primers. Two dendogram were established from the primers. Coeficient similarity of siam cultivars revealed by ISSR was lower, ranging from 74 to 92%, than RAPD (84-100%). Future activities should be focused on diversity studies of siam by using primer based on microsatellite sequences which are link to specific characters.
Kajian Dampak Iklim Ekstrim Curah Hujan Tinggi (La-Nina) Pada Jeruk Siam (Citrus Nobilis var. Microcarpa) Di Kabupaten Banyuwangi, Jember Dan Lumajang Ashari, Hasim; Hanif, Zainuri; Supriyanto, Arry
PLANTA TROPIKA: Jurnal Agrosains (Journal of Agro Science) Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/pt.2014.023.49-55

Abstract

Tangerine (Citrus nobilis var. microcarpa) is most widely cultivated Citrus in Indonesia, it’s around 80% of all population of Citrus. Citrus can growth and cultivated in low land or upland (0-1500 m above sea level). Indonesia has extreme climate change (La Nina) in 2009 and 2010. Extreme climate change is one of the factors that affect the growth and productivity of citrus both in quality and quantity. Tangerine require 6-9 months of wet season and 3-6 months of dry season, although need enough water in dry season.  This research aims to study the effect of extreme climate change with high rainfall on phenology, productivity and quality of Tangerine in Banyuwangi, Jember and Lumajang. This Research was conducted at Tangerine center from 2005 until 2011 using observation method, the tangerine that use was from 5 years after planted until 12 years after planted. The Result showed that high precipitation occurred in 2010 (without dry season) affect the phenology cycle from 1-3 times in a year until 4-6 times in a year, but not become a fruit due high flower drop. It’s cause a decrease in Productivity form 20-30 ton/h until 5-10 ton/h and also a decrease in quality (color, flavor and total dissolved solid). The result also showed that PJTKS system (Integrated Management for Healthy Tangerine) can prevent a decrease in Tangerine Productivity (10-12 ton/h). This Research also obtained that dry land and sandy land has potential for cultivation of tangerine that originally grown in paddy field.