Githa Fungie Galistiani
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERUMUSAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA DENGAN ANALISIS SWOT Githa Fungie Galistiani; Lukman Hakim; Satibi Satibi
Majalah Farmaseutik Vol 7, No 1 (2011)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1105.675 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v7i1.24024

Abstract

Kualitas pelayanan rumah sakit berkaitan erat dengan kualitas pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan perencanaan strategi dalam upaya meningkatkan kepuasan pasien rawat yang sesuai dengan kondisi lingkungan IFRS Jasa Kartini Tasikmalaya.Rancangan penelitian bersifat non eksperimental, jenis deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif yang didapat dengan wawancara secara mendalam, kemudian sebagai data pendukung dilakukan penelitian secara kuantitatif menggunakan kuesioner untuk mengetahui kepuasan pasien rawat jalan, kondisi skala semangat kerja dan kepuasan kerja karyawan. Informasi dianalisis menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai dasar perumusan faktor-faktor strategis, yang selanjutnya dilakukan analisis menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).Hasil analisis gap kualitas pelayanan IFRS Jasa Kartini Tasikmalaya untuk kelima dimensi kualitas pelayanan adalah Responsiveness (-0,61); Emphaty (-0,23); Assurance (-0,17); Reliability (-0,11) dan Tangibles (-0,06). Hasil analisis kuesioner kepuasan karyawan (2,6) dan skala semangat kerja (2,9). Hasil analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal IFRS Jasa Kartini Tasikmalaya diperoleh posisi di kuadran I pada diagram analisis SWOT. Hasil analisis QSPM memprioritaskan strategi meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian, selalu mengikuti perkembangan ilmu kefarmasian, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta melengkapi sarana dan prasarana IFRS Jasa Kartini Tasikmalaya.
Evaluasi Penerapan Dokumentasi Patient Medication Record (PMR) Di Apotek Wilayah Kabupaten Banyumas Anjar Mahardian Kusuma; Rihan Basyiruddin Ahmad; Githa Fungie Galistiani
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 12 No. 01 Juli 2015
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pengobatan sendiri atau swamedikasi menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatannya yang bersifat sederhana dan umum di derita, dengan alasan lebih murah dan praktis. Pelayanan swamedikasi ini tentu akan menjadi baik apabila apoteker hadir di apotek serta melakukan catatan pengobatan pasien (PMR / Patient. Metode penelitian menggunakan pasien simulasi dan interview bersifat sukarela dengan jenis penelitian deskriptif observasional dan rancangan penelitian cross sectional. Hasil Penelitian terhadap 58 apoteker di apotek Wilayah Kabupaten Banyumas yang bersedia untuk di interview ada 36, dan 2 apotek masuk kategori ekslusi. Berdasarkan perpektif pasien simulasi apoteker yang membuat PMR ada 7, sedangkan berdasarkan perspektif apoteker yang selalu membuat PMR ada 10. Faktor pendukung dalam penerapan PMR berdasarkan hasil interview dengan apoteker adalah dari sumber daya keuangan dan sarana dan prasarana dengan pendapat bahwa dalam pengadaan lembar PMR tidak membutuhkan dana besar dan tidak membutuhkan ruangan khusus untuk menyimpan lembar PMR. Faktor penghambat dalam penerapan PMR adalah sumber daya manusia dan pasien. Hal ini dikarenakan sebagian besar apotek di Banyumas hanya memiliki 1 apoteker sehingga apoteker memiliki kendala dalam waktu. Sedangkan dari pasien dikarenakan pasien yang berkunjung ke apotek merupakan keluarga atau wali sehingga menyulitkan apoteker untuk menggali informasi, dan masalah waktu pasien yang datang dengan terburu-buru. Kata kunci: catatan pengobatan pasien, patient medication record, apotek, swamedikasi. ABSTRACT Self-medication becomes the choice of people to solve the common and simple health suffered because of the low expensive and easy use. This kind of medication will be even better if the pharmacist is present at pharmacy and records the patient medications. The subject of this research was the simulation patients, and the inteview was done voluntarily. The type of this research was observational descriptive with cross-sectional design. Result show for this research involved 58 pharmacist in Banyumas Regency were 36 voluntary pharmacists to be interview, and 2 pharmacies were exlusions. Based on the patients’ perspective, there were 7 pharmacists doing the documentation of PMR. Meanwhile, based on the pharmacist’ perspevtive, there were 10 pharmacists doing the documentation of PMR. The supporting factors in the implementation of documentation of PMR referring to the interview with pharmacists were the financial resources and facilities. It was said that the provision of PMR sheets did not take a large amount of expense and did not need a special room to keep the PMR documents. The obstacle faced in implementation of documentation of PMR came from the human resources and the patients. It was caused by the fact that most of pharmacies in Banyumas only had one pharmacist so that mostly it was difficult to manage the time. The other problem coming from the patient was that mostly it was not the patient who bought the medicine, but the relative or other family members, and most patients came in a hurry so that the pharmacy found it difficult to get the information further. Key words: PMR, patient medication record, pharmacy, self-medication.
COST EFFECTIVENESS ANALYSIS PENGOBATAN PASIEN DEMAM TIFOID PEDIATRIK MENGGUNAKAN CEFOTAXIME DAN CHLORAMPHENICOL DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Rima Fitriani Susono; Sudarso Sudarso; Githa Fungie Galistiani
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 11 No. 01 Juli 2014
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v11i1.854

Abstract

ABSTRAK Di Indonesia insiden demam tifoid banyak dijumpai pada populasi yang berusia 3-19 tahun. Resistensi luas antibiotik aktif terhadap Salmonella typhi banyak ditemui salah satunya chloramphenicol. Chloramphenicol adalah antibiotik pilihan pertama untuk tifoid pediatrik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Telah dilakukan penelitian cost effectiveness analysis menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan cross sectional, pengambilan data menggunakan pendekatan retrospektif melalui penelusuran rekam medik pasien. Terdapat 87 pasien yang masuk dalam penelitian ini, 64 pasien mendapatkan chloramphenicol dan 23 pasien mendapatkan cefotaxime. Total biaya rata-rata pasien demam tifoid pediatrik yang mendapat chloramphenicol sebesar Rp1.453.618,00 sedangkan pada pasien yang mendapat cefotaxime sebesar Rp1.319.413,00. Berdasarkan waktu bebas demam pasien, nilai ACER chloramphenicol sebesar Rp983.969,00 per hari bebas demam, sedangkan cefotaxime sebesar Rp761.917,00 per hari bebas demam dengan nilai ICER sebesar Rp-527.535,00 per hari bebas demam. Untuk lama rawat pasien, nilai ACER chloramphenicol sebesar Rp299.098,00 per hari rawat sedangakan cefotaxime sebesar Rp297.835,00 per hari rawat dengan nilai ICER sebesar Rp312.104,00 per hari pengurangan lama rawat. Sehingga cefotaxime lebih cost effective dibandingkan dengan chloramphenicol. Kata kunci: demam tifoid pediatrik, cefotaxime, chloramphenicol. ABSTRACT In Indonesia, incidences of typhoid fever were commonly identified among the population of 3 to 19 years. There is a wide resistance of active antibiotics to Salmonella Typhi, one of which is chloramphenicol. The first option of antibiotics for pediatric typhoid in a local hospital of Purwokerto is chloramphenicol. The method applied was analytical observation using cross-sectional design. The data collection was done using retrospective approach through examining patient’s medical record. Among 87 patients taken as the data, 64 patients were given chloramphenicol and 23 patients took cefotaxime. The average cost of chloramphenicol medication was Rp1.453.618,00, and that of cefotaxime was Rp1.319.413,00. Based their fever –free time, the value of ACER among the patients treated with chloramphenicol was Rp983.969,00 at the fever-free day, that of cefotaxime was Rp761.917,00 at the fever-free day, with ICER value of Rp-527.535,00 per fever-free day. In terms of their treatment period, ACER value of chloramphenicol was Rp299.098,00 per day in hospitalization. Meanwhile, the value of cefotaxime was Rp297.835,00 per day in hospitalization with ICER value of Rp312.104,00 per day of reduction in hospitalization. So cefotaxime more cost effective than chloramphenicol. Key words: pediatric typhoid fever, cefotaxime, chloramphenicol.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ORGANIZATIONAL CAPITAL: STUDI KASUS INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Githa Fungie Galistiani; Satibi Satibi
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 10 No. 02 Desember 2013
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v10i2.804

Abstract

ABSTRAK Kontribusi pendapatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) ke Rumah Sakit (RS) mencapai 40-60%, sehingga mejadi salah satu revenue center RS. Namun untuk pelayanan farmasi RS di Indonesia masih banyak kekurangannya, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya kemampuan manajemen rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, dan terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Kondisi semacam itu harus dilakukan upaya perubahan, salah satunya dengan menggunakan Balanced Score Card (BSC) melalui evaluasi perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, karena faktor tersebut (human capital, organizational capital dan information capital) dan pengelolaannya yang efektif merupakan sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran umum kondisi perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terutama difokuskan pada organizational capital di IFRS wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jenis penelitian adalah penelitian non eksperimental bersifat deskriptif. Alat penelitian berupa kuesioner yang memuat indikator-indikator organizational capital. Subyek penelitian adalah kepala IFRS di RS wilayah DIY. Hasil yang diperoleh dari perhitungan statistik memperlihatkan bahwa gambaran secara umum kondisi organizational capital dalam Instalasi Farmasi Rumah Sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta tergolong kategorisasi tinggi. Sebagian besar Instalasi Farmasi Rumah Sakit telah memiliki budaya organisasi yang baik, kepemimpinan yang baik, mengaplikasikan kerjasama, dan memahami arti keselarasan organisasi dalam mencapai tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Kata kunci: Balanced Score Card, pembelajaran dan pertumbuhan, organizational capital, instalasi farmasi rumah sakit ABSTRACT Hospital pharmacy installation (IFRS) revenue contribution to the hospital reached 40-60%, it became one of the hospital revenue center. However, pharmacy services in Indonesia still have many weaknesses, such as pharmacists ability, hospital management capability, hospital management policy and the lack of knowledge about hospital pharmacy services. Such conditions should be efforts to change, using the Balanced Score Card ( BSC ) through the evaluation of learning and growth perspective, because these factors (human capital , information capital and organizational capital ) and effective management is a source of sustainable competitive advantage . The purpose of the study was to determine the general condition of the learning and growth perspective is mainly focused on organizational capital in IFRS Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) . Type of the research is descriptive non-experimental. Research tool is a questionnaire that contains indicators of organizational capital. Subjects were the heads of IFRS in DIY. The results obtained from statistical calculations showed that the general condition of organizational capital in IFRS DIY relatively high categorized. Most of IFRS has had a good organizational culture , good leadership, applying teamwork, and understanding the meaning of organization alignment in achieving IFRS objectives. Key words: Balanced Score Card, learning and growth perspective, organizational capital, hospital pharmacy installation