Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

TINJAUAN INTERAKSI OBAT DALAM TERAPI BRONKHITIS PADA PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILACAP Anjar Mahardian Kusuma; Tyas Adhyati Novica
Sainteks Vol 9, No 1 (2012): SAINTEKS
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/sainteks.v9i1.283

Abstract

Bronchitis is a kind of infection which comes from one or more infections that happens in bronchus and it’s caused by many factors. The infection may come from bacteria, allergy, etc. it needs much more medicine for bronchitis medical therapy and it enlarges the possibility for Drug Related Problems (DRPs) to happen. This study is aimed to find out Potential Drug Related Problems on pediatric bronchitis therapy in Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap especially drugs interaction. Identification of Potential DRPs adverse drugs reactions (ADR) or drugs interaction. It is a descriptive research that uses data collecting method retrospectively. The research resource is patient medical record. Data analysis is done by comparing the record with releven books (Drug Interaction Fact and Stockley;s Drugs interaction). The research result shows that DRPs happen ADR or drug interaction is 20% from 140 bronchitis cases. based on the result,it can be concluded that there is Potential DRPs on pediatric bronchitis therapy in RSUD Cilacap. It’s Esspesially adverse drugs reactions (ADR) or drugs interaction Keywords: Pediatric, Bronchitis Therapy, Potential DRPs, RSUD Cilacap, Drugs Interaction, Adverse Drugs Reaction
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU APOTEKER DALAM PEKERJAAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT DI WILAYAH KARESIDENAN BANYUMAS Yuni Asih Rustanti; Anjar Mahardian Kusuma
Sainteks Vol 11, No 2 (2014): SAINTEKS
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/sainteks.v11i2.139

Abstract

Sebagai akibat dari perubahan orientasi obat ke pasien (Pharmaceutical Care), apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam pelayanan kefarmasian. Sikap dan perilaku ini sangat menentukan keberhasilan dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan pengetahuan, sikap dan perilaku apoteker dalam pekerjaan kefarmasian di rumah sakit di wilayah Karesidenan Banyumas. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional. Data dikumpulkan menggunakan wawancara terstruktur, serta alat perekam suara dan alat perekam gambar (kamera) sebagai bukti atas jawaban yang diberikan oleh responden. Hasil dari penelitian ini, dari total 74 apoteker di rumah sakit di wilayah Karesidenan Banyumas hanya 32 apoteker yang bersedia menjadi responden yang didominasi oleh perempuan, berusia 20-40 tahun dan memiliki pengalaman kerja antara 1-20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% apoteker di rumah sakit sudah mengetahui dan memahami tentang skrining resep dan pelayanan informasi obat, 78,125% apoteker mampu menjawab dengan benar definisi dari konseling dan 100% apoteker mampu memahami tujuan dari monitoring efek samping obat. 100% apoteker setuju dengan kewajiban melakukan skrining resep, pelayanan informasi obat, konseling dan monitoring efek samping obat. 87,5% apoteker sering melakukan pemeriksaan kesesuaian resep, 84,3% apoteker sering memberikan informasi obat ke setiap pasien, 3,1% apoteker yang sering melakukan konseling dan 12,5% apoteker kadang-kadang melakukan monitoring efek samping obat. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagian besar apoteker di rumah sakit di wilayah Karesidenan Banyumas setuju dan sudah mengetahui serta memahami tentang skrining resep, pelayanan informasi obat, konseling dan monitoring efek samping obat. Skrining resep, pelayanan informasi obat sebagian besar sudah banyak dilakukan oleh apoteker di rumah sakit di wilayah Karesidenan Banyumas sedangkan konseling dan monitoring efek samping obat masih banyak yang belum melakukan. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku Apoteker, Pekerjaan Kefarmasian.
SWAMEDIKASI PADA MAHASISWA KESEHATAN DAN NON KESEHATAN Devi Tri Handayani; Sudarso Sudarso; Anjar Mahardian Kusuma
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 3, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.193

Abstract

Swamedikasi yang tidak sesuai aturan akan menyebabkan efek yang serius seperti timbulnya reaksi efek samping obat danresistensi antibiotik. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa kesehatandan non kesehatan dalam melakukan swamedikasi, dan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilakuswamedikasi.Jenis penelitian ini adalah observasional analisis menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Jumlah responden sebanyak 400 dipilih secara accidental samplingyang terdiri dari 200 responden jurusan kesehatan dan 200 responden jurusan non kesehatan di Perguruan Tinggi Purwokerto. Data diperoleh  melalui lembar kuesioner yang berisi masing-masing 10 pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku. Perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku dianalisis menggunakan uji chi square. Kemudian pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku dianalisis menggunakan ujikorelasi spearman dengan α = 0,05.Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku antara mahasiswa kesehatan dan non kesehatan terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,000 dimana pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa kesehatan lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa non kesehatan.  Pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap perilaku mahasiswa dalam melakukan swamedikasi. Hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku adalah signifikan namun sangat lemah (R=0,195), dan hubungan antara sikap terhadap perilaku adalah lemah (R=0,236).Kata kunci: swamedikasi, mahasiswa, pengetahuan, sikap, perilaku
AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN PADA MENCIT JANTAN DENGAN INDUKSI KAFEIN Anjar Mahardian Kusuma; Retno Wahyuningrum; Try Widyati
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 11 No. 01 Juli 2014
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v11i1.852

Abstract

ABSTRAK Hiperurisemia dapat didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh penumpukan kristal monosodium urat monohidrat di persendian meningkat. Di Indonesia, penyakit reumatik, gout atau hiperurisemia menduduki peringkat kedua terbanyak setelah osteoarthritis. Obat yang standar untuk hiperurisemia adalah allopurinol, tetapi penggunaan allopurinol dapat menimbulkan efek samping mual, muntah, dan diare dapat juga terjadi neuritis perifer, depresi unsur sumsum tulang belakang dan kadang-kadang anemia aplastika. Oleh karena itu agar terhindar dari efek samping dari allopurinol, maka peneliti mencari alternatif pengobatan yang lebih aman dengan menggunakan obat tradisional seperti herba pegagan. Dengan adanya flavonoid dalam pegagan yaitu kaemferol dan kuersetin yang terbukti dapat menghambat xanthine oxidase, maka dilakukan penelitian untuk membuktikan adanya efek penurunan kadar asam urat dalam darah dengan menggunakan ekstrak pegagan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efek ekstrak etanol pegagan pada mencit jantan hiperurisemia dan menentukan dosis dari ekstrak etanol pegagan yang paling efektif mempengaruhi kadar asam urat dalam darah pada mencit jantan hiperurisemia. Penelitian ini berjenis eksperimental dengan rancangan Post Test Only Controlled Group Design yaitu jenis penelitian yang hanya melakukan pengamatan terhadap kelompok kontrol dan perlakuan setelah diberi suatu tindakan. Hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol herba pegagan dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan 200 mg/kg BB mempunyai kemampuan menurunkan asam urat dalam darah mencit sebanding dengan allopurinol yang berperan sebagai obat hiperurisemia. Hal ini terjadi karena pegagan mengandung senyawa flavonoid, kaemferol dan kuersetin yang dapat menghambat xanthine oxidase sehingga kadar asam urat dalam darah berkurang. Kata kunci: hiperurisemia, pegagan, xanthine oxidase, kafein. ABSTRACT Hyperuricemia can be defined as a disease caused by a buildup of monosodium urate monohydrate crystals in the joints increases. In Indonesia, rheumatic disease, gout or hyperuricemia was ranked second only to osteoarthritis. Standard drug for hyperuricemia is allopurinol, but the use of allopurinol can cause side effects of nausea, vomiting and diarrhea may also occur peripheral neuritis, depression elements of the spinal cord and sometimes aplastic anemia. Therefore, in order to avoid the side effects of allopurinol treatment, the researchers seek safer alternatives to the use of traditional medicines such as herbs gotu kola. With the presence of flavonoids in Centella asiatica, namely kaempferol and quercetin were shown to inhibit xanthine oxidase, the research done to prove the effect of a decrease in uric acid levels in the blood by using extracts of Centella asiatica. This study was conducted to analyze the effect of ethanol extract of Centella asiatica in male mice hyperuricemia. Determine the dose of ethanol extract of Centella asiatica most effectively influence the levels of uric acid in the blood of male mice hyperuricemia. This research was the design of Post Experimental Test Only Controlled Group Design is the type of research that only observations of the control and treatment groups after being given an action. The results concluded that the ethanol extract of the herb gotu kola dosage of 50 mg/kg, 100 mg/kg, and 200 mg/kg have the ability to lower uric acid in the blood of mice is comparable with that role as a drug allopurinol hyperuricemia. This occurs because gotu kola contains flavonoids kaempferol and quercetin can inhibit xanthine oxidase so that the levels of uric acid in the blood was reduced. Key words: hyperuricemia, centella asiatica, xanthine oxidase, caffeine.
PROFIL DISOLUSI TERBANDING TABLET RIFAMPISIN MEREK DAN GENERIK Mutiara Poetri Nurtanti; Anjar Mahardian Kusuma; Agus Siswanto
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 07 No. 01 April 2010
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v7i1.546

Abstract

ABSTRAK Obat generik saat ini masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat karena alasan kualitas dari obat generik lebih rendah dibandingkan obat merek. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan profil disolusi rifampisin tablet merek (A, B, C) dengan tablet rifampisin generik (D, E). Parameter penting dalam menentukan mutu obat dalam bentuk tablet adalah penetapan kekerasan, penetapan waktu hancur dan uji disolusi. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan produk yang beredar di pasaran yaitu 3 sampel merek dan 2 sampel generik tablet rifampisin. Tablet rifampisin yang digunakan adalah tablet salut selaput dengan dosis 450 mg. Tablet diuji sifat fisik meliputi keseragaman bobot, kekerasan, waktu hancur dan uji disolusi. Uji disolusi tablet rifampisin dilakukan pada medium HCl 0,1 N sebanyak 900 ml dan digunakan alat disolusi tipe 2 dengan kecepatan putaran dayung 50 rpm. Berdasarkan hasil uji sifat fisik tablet yaitu keseragaman bobot, kekerasan dan waktu hancur tablet diperoleh bahwa tablet rifampisin merek dan generik memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Sedangkan untuk hasil uji disolusi tablet rifampisin merek dan generik memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan pada Farmakope Indonesia IV. Tablet rifampisin merek dan generik memiliki sifat fisik dan disolusi yang tidak berbeda pada taraf kepercayaan 95%. Kata kunci : tablet rifampisin, merek, generik. ABSTRACT This time many of people still to contemn of generic drugs because they regard as quality of generic drugs low more than trademark drugs. This research was proposed to compare dissolution profile of rifampicine tablets trademark (A, B, C) and generic (C, D). Parameter of principle to showed quality drugs in tablets form is hardness assay, disintegration assay and assay of dissolution test. Each from tablets trademark and generic taked as many three samples for tablets trademark and two samples for tablets generic from circulated market. Used rifampicine coated film tablets with 450 mg doses. It used to research of physical characteristic tablet and dissolution test. Dissolution test of rifampisin tablets trademark and generic was performed in 900 ml liquid dissolution medium of HCl 0.1 N and used dissolution insrument type two with 50 rpm. Based on research of physical characteristics such as uniformity of weight, tablets hardness and disintegration test get that all of physical characteristics rifampicine trademark and generic tablets full fill in prescript qualify. And result for dissolution test full fill in Pharmacopenia Indonesian of edition IV. And between of trademark and generic tablets have to sameness in physical characteristics and dissolution with confidence standart 95%. Keyword: rifampicine tablets, trademark, generic.
EFEK IMUNOSTIMULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN KATUK (Sauropus androgynus L Merr) TERHADAP AKTIVITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG Tresna Asih Santoso; Diniatik Diniatik; Anjar Mahardian Kusuma
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 10 No. 01 Juli 2013
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v10i1.786

Abstract

ABSTRAK Phyllantus niruri (L) yang merupakan famili dari Euphorbiaceae diketahui memiliki efek imunostimulator. Tanaman katuk dan meniran merupakan anggota famili Euphorbiaceae, sehingga dimungkinkan memiliki kandungan senyawa yang hampir mirip. Daun katuk mengandung senyawa flavonoid yang dimungkinkan memiliki efek imunostimulator. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) memiliki efek imunostimulator terhadap aktivitas makrofag. Metode yang digunakan adalah metode fagositosis makrofag. Penelitian ini menggunakan mencit jantan galur swiss umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 g dibagi menjadi 6 kelompok dan diberi ekstrak etanol daun katuk dengan dosis 35 mg/kg BB, dosis 70 mg/kg BB, 140 mg/kg BB, levamisol 2,5 mg/kg BB, stimuno 9,1 mg/kg BB dan kontrol negatif Na CMC 1% selama 7 hari. Pada hari ke-8 diinfeksi secara intraperitoneal dengan bakteri Staphylococus aureus 105. Analisis dilakukan menggunakan ANAVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Dari 100 sel makrofag yang memfagosit latex pada dosis 35 mg/kg BB rata-rata adalah 37,00, dosis 70 mg/kgBB rata-rata adalah 44,00, dosis 140 mg/kg BB rata-rata 49,67, stimuno 9,1 mg/kg BB rata-rata 57,67, dan levamisol 2,5 mg/kg BB rata-rata 62,00. Pada 100 sel jumlah latex yang difagosit makrofag pada dosis 35 mg/kg BB rata-rata adalah 73,00, dosis 70 mg/kg BB rata-rata 78,00, dosis 140 mg/kg BB rata-rata 84,33, stimuno 9,1 mg/kg BB rata-rata (91,67), dan levamisol 2,5 mg/kg BB rata-rata 93,00. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun katuk dosis 140 mg/kg BB memiliki efek imunostimulator. Kata kunci: ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr), fagositosis, makrofag, imunostimulator. ABSTRACT Phyllantus niruri (L) of Euphorbiaceae has stimulator effect. Katuk and meniran plants are the family of Euphorbiaceae so that it is possible to contain similiar coumpound. Katuk leaf contain flavonoid compound it is likely to have imunostimulator. The study was to determine if the ethanol extract of katuk leaf (Sauropus androgynus (L) Merr) has the imunostimulator towards macrophage activites. This is an experimental research used 2-3 month male mice of swiss type with 20-30 g. They were diveded into six groups and given ethanol extract of katuk leaf with certain dosages 35 mg/kg BB, 70 mg/kg BB, 140 mg/kg BB, levamisol 2.5 mg/kg BB, stimuno 9.1 mg/kg BB and negative control of Na CMC 1% in seven days. On the 8th day, they were infected intraperitoneally by giving 105 Staphylococus aureus bacteria. From 100 cel macrophage cell which latex was phagocytosis on dosage 35 mg/kg BB (37.00), dosage 70 mg/kg BB (44.00), dosage 140 mg/kg BB (49.67), stimuno 9.1 mg/kg BB (57.67), levamisol 2.5 mg/kg BB ( 62.00). The result from 100 cell of latex which was phagocyt dosage 35 mg/kg BB (73.00), dosage 70 mg/kg BB (78.00), 140 mg/kg BB (84.33) levamisol 2.5 mg/kg BB (93.00), stimuno 9.1 mg/kg BB (91.67). The result showed that on dosage 140 mg/kg BB have imunostimulator effect. Key words: ethanolic extract of leaf (Sauropus androgynus (L) Merr), phagocytosis macrophage, imunostimulator cream.
FORMULASI SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT ASPIRIN DENGAN ETIL SELULOSA AQUALON T10 SEBAGAI MATRIK Dodit Ari Wibowo; Agus Siswanto; Anjar Mahardian Kusuma
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 08 No. 01 April 2011
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v8i1.599

Abstract

ABSTRAK Aspirin berfungsi sebagai obat analgetik, dapat juga berfungsi sebagai obat antiplatelet. Aspirin sebagai antiplatelet digunakan pada dosis rendah 40 mg/hari. Obat ini memilikiwaktu paro eliminasi yang pendek yaitu sekitar 2-3 jam sehingga harus sering diberikan untuk mempertahankan kadar terapi dalam plasma. Bentuk sediaan lepas lambat dirancang untuk melepaskan suatu dosis tarapetik awal obat yang diikuti oleh suatu pelepasan obat yang lebih lambat dan konstan. Dalam penelitian ini telah dilakukan untuk membuat tablet sediaan lepas lambat aspirin dengan etil selulosa sebagai matrik. Etil selulosa merupakan polimer tidak larut yang bersifat inert yang dapat digunakan sebagai matrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan etil selulosa dapat digunakan sebagai matrik sediaan lepas lambat aspirin. Sediaan lepas lambat aspirin dibuat dengan metode cetak langsung menggunakan tiga formula konsentrasi etil selulosa yang berbeda yaitu 10%, 15%, dan 20%. Pelepasan aspirin ditentukan melalui uji disolusi dalam medium akuades pada suhu 37° C, dengan kecepatan 30 rpm.Sampel diukur serapannya dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 265nm. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi etil selulosa maka kekerasan tablet semakin meningkat, kerapuhan semakin menurun, dan waktu hancurnya semakin lama. Profil pelepasan aspirin dari matrik etil selulosa mengikuti kinetika orde nol, dengan mekanisme pelepasan difusi. Kata Kunci : aspirin, etil selulosa Aqualon T10, matrik, tablet lepas lambat. ABSTRACT Aspirin works as an analgesic drug, can also serve as an antiplatelet drug. Aspirin as an antiplatelet agent used in low doses 40 mg / day. This drug is a short elimination half memilikiwaktu that is about 2-3 hours and should often be given to maintain therapeutic levels in plasma. Off slow dosage forms designed to release an initial dose of drug tarapetik followed by a slower drug release and constant. In this research has been done to make the tablet dosage form of aspirin with slow off the ethyl cellulose as the matrix. Ethyl cellulose is an insoluble polymer that is inert which can be used as the matrix. This study aims to determine the ability of ethyl cellulose can be used as the matrix off slow aspirin dosage. Preparations made with aspirin sustained release off the direct compresion method using three formulas different concentrations of ethyl cellulose is 10%, 15%, and 20%. The release of aspirin was determined through the medium of dissolution test in distilled water at a temperature of 37 ° C, with 30rpm. Sampel velocity measured by UV absorbance at 265nm wavelength. The results showed that the greater the concentration of ethyl cellulose increased the tablet hardness, friability progressively decreasing, and the destruction of the longer time. Release profile of aspirin from ethyl cellulose matrix followed zero order kinetics, with a diffusion release mechanism. Keywords: aspirin, ethyl cellulose Aqualon T10, matrix, the tablet off slow.
Evaluasi Penerapan Dokumentasi Patient Medication Record (PMR) Di Apotek Wilayah Kabupaten Banyumas Anjar Mahardian Kusuma; Rihan Basyiruddin Ahmad; Githa Fungie Galistiani
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 12 No. 01 Juli 2015
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pengobatan sendiri atau swamedikasi menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatannya yang bersifat sederhana dan umum di derita, dengan alasan lebih murah dan praktis. Pelayanan swamedikasi ini tentu akan menjadi baik apabila apoteker hadir di apotek serta melakukan catatan pengobatan pasien (PMR / Patient. Metode penelitian menggunakan pasien simulasi dan interview bersifat sukarela dengan jenis penelitian deskriptif observasional dan rancangan penelitian cross sectional. Hasil Penelitian terhadap 58 apoteker di apotek Wilayah Kabupaten Banyumas yang bersedia untuk di interview ada 36, dan 2 apotek masuk kategori ekslusi. Berdasarkan perpektif pasien simulasi apoteker yang membuat PMR ada 7, sedangkan berdasarkan perspektif apoteker yang selalu membuat PMR ada 10. Faktor pendukung dalam penerapan PMR berdasarkan hasil interview dengan apoteker adalah dari sumber daya keuangan dan sarana dan prasarana dengan pendapat bahwa dalam pengadaan lembar PMR tidak membutuhkan dana besar dan tidak membutuhkan ruangan khusus untuk menyimpan lembar PMR. Faktor penghambat dalam penerapan PMR adalah sumber daya manusia dan pasien. Hal ini dikarenakan sebagian besar apotek di Banyumas hanya memiliki 1 apoteker sehingga apoteker memiliki kendala dalam waktu. Sedangkan dari pasien dikarenakan pasien yang berkunjung ke apotek merupakan keluarga atau wali sehingga menyulitkan apoteker untuk menggali informasi, dan masalah waktu pasien yang datang dengan terburu-buru. Kata kunci: catatan pengobatan pasien, patient medication record, apotek, swamedikasi. ABSTRACT Self-medication becomes the choice of people to solve the common and simple health suffered because of the low expensive and easy use. This kind of medication will be even better if the pharmacist is present at pharmacy and records the patient medications. The subject of this research was the simulation patients, and the inteview was done voluntarily. The type of this research was observational descriptive with cross-sectional design. Result show for this research involved 58 pharmacist in Banyumas Regency were 36 voluntary pharmacists to be interview, and 2 pharmacies were exlusions. Based on the patients’ perspective, there were 7 pharmacists doing the documentation of PMR. Meanwhile, based on the pharmacist’ perspevtive, there were 10 pharmacists doing the documentation of PMR. The supporting factors in the implementation of documentation of PMR referring to the interview with pharmacists were the financial resources and facilities. It was said that the provision of PMR sheets did not take a large amount of expense and did not need a special room to keep the PMR documents. The obstacle faced in implementation of documentation of PMR came from the human resources and the patients. It was caused by the fact that most of pharmacies in Banyumas only had one pharmacist so that mostly it was difficult to manage the time. The other problem coming from the patient was that mostly it was not the patient who bought the medicine, but the relative or other family members, and most patients came in a hurry so that the pharmacy found it difficult to get the information further. Key words: PMR, patient medication record, pharmacy, self-medication.
PENGARUH ANTARA JARAK TINGGAL DENGAN SUMBER PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP POLA PENGOBATAN SENDIRI PADA PENYAKIT FLU DI KABUPATEN BANYUMAS Kristianingrum Kristianingrum; Sudarso Sudarso; Anjar Mahardian Kusuma
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 09 No. 02 Agustus 2012
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v9i2.713

Abstract

ABSTRAK Pengobatan sendiri adalah upaya untuk mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotek atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dari dokter. Perilaku penggunaan obat oleh pasien sangat dipengaruhi oleh tingkat informasi yang diterima oleh pasien mengenai obat-obat yang digunakannya. Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh jarak tinggal dengan sumber informasi obat berpengaruh terhadap pola pengobatan sendiri pada penyakit flu di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional (deskriptif analitik) dengan rancangan penelitian cross sectional dan data diambil secara retrospektif. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas jarak tinggal dengan sumber informasi obat sejauh 1 - < 3 km sebanyak 35.8% dan perilaku pengobatan sendiri responden sebagian besar sebesar 42.0% . Ada pengaruh jarak tinggal dengan sumber informasi obat terhadap pola pengobatan sendiri penyakit flu di Kabupaten Banyumas (p
ANALISIS CEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM DAUN CAISIN (Brassica juncea L.) DITANAM DI LOKASI RAMAI DAN SEPI LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR Mulyani Nur Atikah; Sabikis Sabikis; Anjar Mahardian Kusuma
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 09 No. 02 Agustus 2012
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pharmacy.v9i2.695

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan uji cemaran logam berat Timbal (Pb) pada tanaman caisin yang ada di lokasi ramai (Pratin, Karangreja, Purbalingga) dan lokasi sepi (Gombong, Belik, Pemalang). Analisis dilakukan dengan metode destruksi kering menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 283,3 nm. Dari hasil analisis tanaman caisin didapatkan cemaran Pb pada lokasi ramai 4,88 ppm dan lokasi sepi 4,79 ppm. Kadar tersebut melebihi nilai yang ditetapkan oleh BPOM yaitu 2 ppm. Hasil validasi metode analisis yang dilakukan pada uji linearitas (r) sebesar 0,9952. Dengan harga standar Deviasi (SD) dan relatif standar deviasi (RSD), adalah sebesar 2,93x10-4 dan 2,74%. Pada uji batas deteksi dan batas kuantitasidiperoleh nilai sebesar 0,33ppm dan 1,11 ppm. Kata kunci : timbal (Pb), spektrofotometri serapan atom, caisin ABSTRACT Test contaminans of heavy metal Lead (Pb) have been done to the caisin plant in crowded location (Pratin, Karang Reja, Purbalingga) and quiet location (Gombong, Belik, Pemalang). Analysis done with dry destruction method used Atomic Absorption Spektrofotometry (AAS) instrument at wave length 283,3 nm. From result analysis of caisin plant gets contaminant Lead (Pb) in crowded location 4,88 ppm and quiet location 4,79 ppm. The level is over the number which has been determined by BPOM that is 2 ppm. The result of validation method analysis performed on the test that the linearity obtained for (r) 0,9952, with value Standar Deviation (SD) and Relative Standart Deviation (RSD) in presision test are 2,93x10-4 and 2,74%. And to test limit of detection (LOD) and limit of quantitation (LOQ) with value 0,33 ppm and 1,11 ppm. Keyword: lead (Pb), atomic absorption spectrophotometry, caisin