Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

FORMULASI PASTA GIGI GEL EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) DENGANNATRIUM CMC SEBAGAI GELLING AGENT DAN UJI KESTABILAN FISIKNYA DEWI MARLINA; NILMA ROSALINI
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 12 No 1 (2017): JPP Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (573.716 KB)

Abstract

Daun sukun (Artocarpus Altilis) memiliki aktivitas antibakteri karena mengandung tannin, saponin dan flavonoid. Menurut Lestari, Fatimawali dan Graldine (2016) daun sukun mampu menghambat bakteri Streptococcusmutans penyebab karies gigi. Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental.Ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus Altilis) diformulasikan menjadi sediaan pasta gigi gel dengan memvariasikan konsentrasi Natrium CMC. Konsentrasi zat aktif yang digunakan dalam setiap formula adalah 7,5% serta konsentrasi Natrium CMC yang digunakan adalah 3,5% pada formula kontrol, 3% pada formula I, 3,5% pada formula II, dan 4% pada formula III. Kemudian dilakukan uji kestabilan fisik terhadap sediaan pasta gigi gel tersebut yang terdiri dari homogenitas, viskositas, pH, tinggi busa, warna, bau dan rasa. Pengujian dilakukan selama 28 hari penyimpanan. Selama 28 hari penyimpanan semua formula stabil homogenitasnya, viskositasnya mengalami kenaikan setiap minggunya dikarenakan perbedaan konsentrasi Natrium CMC yang digunkan pada setiap formula, semakin tinggi konsentrasi Natrium CMC yang digunakan maka semakin meningkat pula viskositas sediaannya, pH dan tinggi busa sediaan stabil dan memenuhi standar. Partikel terdistribusi secara merata sehingga sediaan memiliki warna, bau dan rasa yang stabil. Ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus Altilis) dapat diformulasikan menjadi sediaan pasta gigi gel yang stabil dan memenuhi persyaratan. Formula yang paling stabil adalah formula II dengan konsentrasi Natrium CMC sebesar 3,5%.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe TErhadap Kadar Ureum dan Kreatinin Ginjal Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Norvegicus) Dengan Pemberian Paracetamol Dosis Toksik Dewi Marlina
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 11 (2012): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.13 KB)

Abstract

Background: Tempe contained 6,7,4-trihydroxy isoflavone antioxidant that has the most powerful antioxidant properties as compared to isoflavones in soy, which may counteract free radicals and reduce the formation of NAPQI (N-acetyl-Parabenzoquinoneimine) resulting from the metabolism of paracetamol. This study was to determine the effect of tempe extract on levels of urea and creatinine renal wistar strain male white rats (Rattus norvegicus) by administering toxic dose of paracetamol. Methods: An experimental laboratory with controlled group post test only design. Test animals used were male white rats of wistar strain (Rattus norvegicus), aged 2.5 months with a weight of 180-200 grams, a total of 30 individuals. Subjectswere divided into 5 groups by randomization group and each group of subjects consisted of 6 male mice. The first group was the control group were given distilled water and NaCMC and the other group is the treatment group were given a dose of tempe extract 160, 320 and 640mg/kgBB for 14 days. In all groups at days 12, 13, and 14 are given toxic doses of paracetamol. On day 15 blood sampling done through the heart of male white rats. Parameter measurements is elevated levels of urea and creatinine rat kidney cells. Analysis of the data in the form of urea and serum creatinine levels were statistically analyzed by t-tests, analysis of variance and Pearson correlation one way with a significance level of p <0.05. Results: The results showed that the tempe extract at a dose of 160 and 320mg/kgBB for 14 days by administering toxic dose of paracetamol 900mg/kgBB on day 12, 13 and 14, leading to increased levels of urea and creatinine levels, while the tempe extract at a dose 640mg/kgBB not lead to increased levels of urea and creatinine compared with the treatment group before treatment. Conclusion: Tempe extract can prevent damage to kidney function of white male Wistar rats (Rattus norvegicus), which follows the pattern dependent manner.
FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN SENDUDUK (Melastoma malabathricum L.) TERHADAP UJI KESTABILAN FISIK DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI PADA STAPHYLOCOCCUS AUREUS Dewi Marlina
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 15 No 2 (2020): JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jpp.v15i2.557

Abstract

Telah dilakukan penelitian tetang Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Uji Kestabilan Fisik dan Uji Aktivitas Antibakteri Pada Staphylococcus Aureus. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan membuat 3 jenis formula gel yang mengandung ekstrak etanol daun senduduk (Melastoma malabathricum L.) 4% dengan memvariasikan HPMC sebagai gelling agent pada konsentrasi 3%, 3,5% dan 4%. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Sediaan disimpan selama 28 hari dan dievaluasi pH, viskositas, homogenitas, intensitas warna dan bau serta iritasi kulit pada hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28. Metode: Data uji kestabilan fisik yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik lalu diinterprestasikan. Sedangkan untuk uji aktivitas antibakteri cara pengolahan dan analisis datanya yaitu menggunakan analisa statistika One Way ANOVA yang dilakukan dengan cara mengukur diameter zona hambat. Hasil: menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi HPMC (gelling agent) maka semakin tinggi viskositas dan semakin rendah daya sebar dan pH, namun tidak berpengaruh terhadap homogenitas, warna, bau dan iritasi kulit. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa pada formula ekstrak I zona hambat berkisar 11 – 16,5 mm, formula II zona hambat berkisar 10 – 16 mm dan pada formula III zona hambat berkisar 10 – 14,5 mm. Uji statistik oneway anova (p<0,05) untuk membandingkan zona hambatan pada sediaan pada hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28, didapatkan signifikasi 0,412 (p>0.05). Kesimpulan: Sediaan gel yang mengandung Ekstrak etanol daun senduduk pada Formula I mempunyai kestabilan fisik yang memenuhi persyaratan untuk dibuat sediaan gel.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Tempe Terhadap Gambaran Hispatologi Ginjal Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Ratus Norvegicus) Dengan Pemberian Parasetamol Dosis Toksik Dewi Marlina
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 12 (2013): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada tempe terdapat antioksidan 6,7,4-trihidroksi isoflavon yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai, yang dapat menangkal radikal bebas dan mengurangi terbentuknya NAPQI (N-acetyl-parabenzoquinoneimine) yang dihasilkan dari metabolisme parasetamol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tempe terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) dengan pemberian parasetamol dosis toksik. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan post test only controlled group design. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus), berumur 2,5 bulan dengan berat 180-200 gram, sebanyak 30 ekor. Subjek dibagi dalam 5 kelompok dengan randomisasi kelompok subjek dan tiap kelompok terdiri dari 6 tikus putih jantan. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol yang diberi air suling dan NaCMC dan kelompok yang lain adalah kelompok perlakuan yang diberi ekstrak tempe dengan dosis 160, 320 dan 640mg/kgBB selama 14 hari. Pada semua kelompok pada hari ke 12, 13, dan 14 diberikan parasetamol dosis toksik. Pada hari ke 15 dilakukan pengambilan ginjal tikus putih jantan. Parameter pengukuran melihat gambaran histopatologi sel ginjal tikus. Analisis data dari hasil histopatologi dinilai perubahan struktur yang terjadi pada sel epitel tubulus ginjal tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus). Hasil: Dari gambaran histopatologi, dosis toksik parasetamol menyebabkan kerusakan sel epitel tubulus ginjal tikus, namun nampak perbaikan pada pemberian ekstrak tempe dosis 640mg/kgBB. Kesimpulan: Ekstrak tempe dapat mencegah kerusakan sel ginjal tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) dilihat dari hasil histopatologi yang mengikuti pola dependent manner.
FORMULA DAN UJI ANTIBAKTERI SABUN KERTAS EKSTRAK ETANOL DARI DAUN LIDAH MERTUA (SANSEVIERIA TRIFASCIATA P.) DAN DAUN LIDAH BUAYA (ALOE VERA L.) Dewi Marlina; Minda Warnis; Fadly Fadly; Ade Agustianingsih; Tedi Tedi
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 17 No 1 Juni (2022): JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jpp.v17i1.1129

Abstract

Background: The form of soap that has not been widely circulated in the market is soap in sheet form or in paper form. The sheet form will provide an advantage, which is easy to store and can be carried anywhere, and the use of one sheet at a time can maintain the quality of the soap. One of the natural active ingredients that have an antibacterial effect are the leaves of the mother-in-law's tongue leaf plant (Sansevieria trifasciata Prain) and the aloe vera (Aloe vera L.) leaf extract. This study aims to formulate the Ethanol Extract of Aloe Vera Leaf (Sansevieria trifasciata Prain) and Aloe Vera Leaf Ethanol Extract (Aloe vera L.) into paper soap preparations that meet the requirements. Methods: The method used is experimental by making paper soap from mother-in-law's aloe leaf extract and aloe vera extract by making formulas I, II, III with 10%, 15% and 20% percentages of aloe vera extract, while the percentage of aloe vera extract is 3%, 6 % and 9%. And evaluation of the preparation was carried out for 28 days, and Test the effectiveness of Gram positive bacteria (Staphylococcus aureus) and Gram negative bacteria (Escherichia coli). Results: During 28 days of storage, the preparation of soap made from pH-stable paper tends to decrease as well as foam stability and free fatty acid content, but it still meets the requirements of SNI. The results of the organoleptic test of methamphetamine preparations made from paper did not change the smell and color, and did not irritate the skin, And has an inhibitory effect on the growth of Staphylococcus aureus bacteria. Conclusion: Paper soap with ethanol extract of mother-in-law's tongue (Sansevieria trifasciata p.) and ethanolic extract of aloe vera leaf (aloe vera L.) can be formulated into paper-based soap preparations that are stable and meet the specifications required by the Indonesian National Standard (SNI) and are able to inhibit growth. Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The most optimal formula in Formula II with varying concentrations of a mixture of 15% aloe vera leaf ethanol extract and 6% aloe vera leaf ethanol extract .
LAWAN COVID-19 MELALUI PENDIDIKAN KESEHATAN DAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN MASYARAKAT DI ERA ADAPTASI KEBIASAAN BARU KABUPATEN BANYUASIN Dewi Marlina; Fadly Fadly; Elita Vasra; Mardiana Mardiana; Itail Husna Basra
ABDIKEMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4 No 2 Desember (2022): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (ABDIKEMAS)
Publisher : PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.343 KB) | DOI: 10.36086/j.abdikemas.v4i2.1381

Abstract

Covid-19 berhasil mengubah kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di jalan, dan dimanapun. Kita dibuatnya seakan tak berdaya, karena gerak langkah kita dibatasi dengan adanya Covid-19, sehingga membuat kita tidak produktif yang berdampak pada masalah ekonomi keluarga, masyarakat, daerah dan negara. Pada Adaptasi Kebiasaan Baru merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh masyarakat dan semua institusi yang ada di wilayah tersebut untuk melakukan pola harian atau pola kerja atau pola hidup baru yang berbeda dengan sebelumnya. Tujuan Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menggugah kesadaran masyarakat pentingnya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan serta mampu mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada di masyarakat Desa Pulau Harapan Sembawa Kabupaten Banyuasin. Pendidikan kesehatan yang dilakukan berupa ceramah, tanya jawab, pemutaran video dan edukasi. Penerimaan masyarakat dapat terlihat dari antusiasme mengikuti kegiatan hingga akhir. Hasil Pendidikan kesehatan pada Desa Pulau Harapan Sembawa Kabupaten Banyuasin yaitu terwujudnya peningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta membantu masyarakat beradaptasi di era adaptasi kebiasaan baru.
Formulasi dan Evaluasi Spray Gel Anti Jerawat Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) dengan Variasi Konsentrasicarbopol 940 Sebagai Gelling Agent Dewi Marlina; Fadly Fadly; Zafira Fathya
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.858 KB) | DOI: 10.36086/jkpharm.v3i2.899

Abstract

Latar Belakang : Spray gel merupakan bentuk pengembangan sediaan gel. Salah satu komponen yang perlu diperhatikan dalam memfomulasikan sediaan spray gel adalah konsentrasi pembentuk gel yaitu carbopol 940 yang merupakan polimer pembe ntuk gel yang sering digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi carbopol 940 yang dapat menghasilkan spray gel yang stabil dan memenuhi persyaratan dengan zat aktif kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang berfungsi sebagai anti jerawat. Metode : Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dengan esktrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) sebagai zat aktif yang diformulasikan dalam sediaan spray gel dengan memvariasikan konsentrasi carbopol 940. Konsentrasi zat aktif yang digunakan dalam setiap formula adalah 1% serta konsentrasi carbopol 940 sebesar 0,4% pada formula I, 0,5% pada formula II dan 0,6% pada formula III. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan pada suhu kamar dan uji dipercepat (cycling test) meliputi pH, viskositas, homogenitas, daya sebar, kondisi semprotan, warna, bau, dan iritasi kulit. Hasil : Berdasarkan hasil yang didapat, pH dan daya sebar sediaan pada kedua uji penyimpanan suhu kamar maupun uji dipercepat (cycling test) mengalami kenaikan namun masih memenuhi syarat. Ditinjau dari homogenitas, kondisi semprotan, warna, bau, dan iritasi kulit semua formula stabil dan memenuhi syarat selama penyimpanan suhu kamar dan uji dipercepat (cycling test). Adapun formula yang paling optimal adalah formula I dengan konsentrasi carbopol 940 sebesar 0,4%. Kesimpulan : Ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) dapat diformulasikan menjadi sediaan spray gel yang stabil dan memenuhi syarat. Formula yang paling optimal dengan konsentrasi carbopol 940 sebesar 0,4%. Kata Kunci : Anti Jerawat, Spray Gel, Kayu Secang, Carbopol 940, Gelling Agent ABSTRACT Background : Spray gel is a form of development of gel preparations. One of the components that need to be considered in formulating spray gel preparations is the concentration of gelling agent, namely carbopol 940 which is a gelling polymer that is often used. This study aims to determine the concentration of carbopol 940 which can produce a stable spray gel and meet the requirements with the active substance of sappan wood (Caesalpinia sappan L.) which functions as an anti-acne. Methods : This study used an experimental method, with sappan wood extract (Caesalpinia sappan L.) as the active substance formulated in spray gel preparations by varying the concentration of carbopol 940. The concentration of the active substance used in each formula was 1% and the concentration of carbopol 940 was 0,4% in formula I, 0,5% in formula II and 0,6% in formula III. Then the preparation was evaluated at room temperature and accelerated test (cycling test) including pH, viscosity, homogeneity, dispersion, spray conditions, color, odor, and skin irritation. Results : Based on the results obtained, the pH and dispersion of the preparation in both the room temperature storage test and the cycling test increased but still met the requirements. In terms of homogeneity, spray conditions, color, odor, and skin irritation, all formulas were stable and met the requirements during storage at room temperature and accelerated test (cycling test). The most optimal formula is formula I with carbopol 940 concentration of 0,4%. Conclusion : Secang wood extract (Caesalpinia sappan L.) can be formulated into a spray gel preparation that is stable and meets the requirements. The most optimal formula with carbopol 940 concentration of 0,4%. Keywords : Anti Acne, Spray gel, Sappan Wood, Carbopol 940, Gelling Agent
Formulasi Masker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Petai (Parkia Speciosa Hassk.) Dengan Variasi Pva Sebagai Gelling Agent Dewi Marlina; Fadly Fadly; Dhiny Zsa Zsa Aulia
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.81 KB) | DOI: 10.36086/jpharm.v3i1.902

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Masker gel peel-off adalah sediaan transparan atau semi transparan yang dapat langsung digunakan pada kulit wajah. Namun dalam pembuatan sediaan gel sering didapat sediaan yang tidak stabil yang ditandai dengan adanya pemucatan warna atau munculnya warna, timbul bau, perubahan, atau pemisahan fase, sineresis, perubahan konsistensi, terbentuknya gas dan perubahan fisik lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi PVA yang optimal untuk menghasilkan masker gel peel-off yang stabil dan memenuhi syarat. Masker gel peel-off dibuat menggunakan zat aktif ekstrak kulit petai (Parkia speciosa Hassk.) dengan kandungan flavonoid dan polifenol yang berupa senyawa tannin sebagai antioksidan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dimana ekstrak kental kulit petai diformulasikan menjadi sediaan masker gel peel-off dengan variasi konsentrasi PVA. Konsentrasi zat aktif yakni 3,8% dan variasi konsentrasi PVA yang digunakan adalah 12%, 13%, dan 14%. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan pada suhu kamar dan uji dipercepat (cycling test) meliputi pH, homogenitas, daya sebar, waktu mengering, swelling/sineresis, iritasi kulit, warna, dan bau. Hasil: Rendemen sebesar 6,53%. Berdasarkan hasil yang didapat, pH sediaan pada kedua uji penyimpanan mengalami kenaikan. Ditinjau dari daya sebar, waktu mengering, swelling/sineresis, iritasi kulit, warna, dan bau seluruh formula memenuhi syarat selama penyimpanan suhu kamar maupun cycling test. Adapun formula yang paling optimal adalah formula II dengan konsentrasi PVA 13% Kesimpulan: Ekstrak kental kulit petai dengan persentase kadar 3,8% dapat diformulasikan menjadi masker gel peel-off yang stabil dan memenuhi syarat. Formula yang paling optimal adalah formula II dengan variasi PVA 13%. Kata Kunci: Masker Gel Peel-Off, Kulit Petai, Gelling Agent, PVA. ABSTRACT Background: Peel-off gel mask is a transparent or semi-transparent preparation that can be used directly on facial skin. However, in the manufacture of gel preparations, unstable preparations are often found which is characterized by the presence of discoloration or appearance of color, the appearance of odors, changes or phase separation, syneresis, changes in consistency, formation of gases and other physical changes. This study aims to determine the optimal concentration of PVA to produce a gel mask peel-off that is stable and meets the requirements. The peel-off gel mask is made using the active ingredient of petai skin extract Which contains flavonoids and polyphenols in the form of tannin compounds as antioxidants. Methods: This study used an experimental method, in which the thick extract of petai skin Was formulated into a peel-off gel mask with various concentrations of PVA. The concentration of the active substance was 3.8% and the variation in the concentration of PVA used was 12%, 13%, and 14%. Then performed an evaluation of the preparation at room temperature and an accelerated test (cycling test) including pH, homogeneity, dispersibility, drying time, swelling/syneresis, skin irritation, color, and odor. Result: The yield was 6.53%. Based on the results obtained, the pH of the preparation in the two storage tests increased. Judging from the dispersibility, drying time, swelling/ syneresis, skin irritation, color, and odor, all formulas meet the requirements during room temperature storage and cycling test. The most optimal formula is formula II with a concentration of 13% PVA. Conclusion: The thick extract of petai skin With a percentage level of 3.8% can be formulated into a stable and eligible peel-off gel mask. The most optimal formula is formula II with a variation of 13% PVA. Keywords: Peel-Off Gel Mask, Petai Skin, Gelling Agent, PVA.
Formulasi Tablet Dari Ekstrak Etanol Kulit Kacang Tanah (Arachis Hypogeae L.) Fadly Fadly; Dewi Marlina; Mar'atus Sholikhah; Cendi Elsa Karin
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.995 KB) | DOI: 10.36086/jpharm.v4i1.1224

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Kulit kacang tanah (Arachis hypogeae L.) hanya dianggap sebagai limbah dimasyarakat. Tetapi sebenarnya Kulit kacang tanah dapat dimanfaatkan, karena pada dosis 300mg/kgBB memiliki efek penurunan kolesterol terhadap tikus Sprague Dawley. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak kental kulit kacang tanah sebagai sediaan tablet yang stabil secara fisik. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Ekstrak kulit kacang tanah diperoleh dengan cara maserasi dengan pelarut etanol 70%, kemudian didestilasi vakum hingga didapat ekstrak kental. Diformulasikan dalam tiga formula dengan variasi konsentrasi bahan pengikat gelatin antara lain 1%, 3%, dan 5% dengan cara granulasi basah. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan. Hasil: Hasil evaluasi menunjukkan bahwa uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur menunjukkan bahwa ketiga formula menghasilkan tablet yang memenuhi syarat. Kecuali waktu hancur pada formula II dan formula III. Kesimpulan: Tablet ekstrak kulit kacang tanah dengan bahan pengikat gelatin 1% pada formula I dapat diformulasikan sebagai sediaan tablet yang stabil dan memenuhi persyaratan uji mutu fisik tablet. Kata Kunci: Tablet, kulit kacang tanah, granulasi ABSTRACT Background: Peanut shells (Arachis hypogeae L.) are only considered as waste in society. But actually peanut shells can be used, because at a dose of 300mg/kgBB it has a cholesterol-lowering effect on Sprague Dawley rats. This study aims to formulate a thick extract of peanut shell as a tablet preparation that is physically stable. Methods: This study used an experimental method. Peanut shell extract was obtained by maceration with 70% ethanol solvent, then vacuum distilled to obtain a thick extract. Formulated in three formulas with varying concentrations of gelatin binder, including 1%, 3%, and 5% by wet granulation. Then do the evaluation of the preparation. Results: The evaluation results showed that the weight uniformity test, size uniformity, hardness, friability, and disintegration time showed that the three formulas produced tablets that met the requirements. Except the disintegration time in formula II and formula III. Conclusion: Peanut shell extract tablets with 1% gelatin binder in formula I can be formulated as stable tablet preparations and meet the requirements of tablet physical quality test. Keywords: Tablet, peanut skin, granulation
EDUKASI DAN DEMONSTRASI PEMBUATAN SABUN PENCUCI TANGAN ANTISEPTIK BERBAHAN KERTAS PADA KELOMPOK WANITA TANI DI KOTA PALEMBANG Dewi Marlina; Fadly Fadly
ABDIKEMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 5 No 1 (2023): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (ABDIKEMAS)
Publisher : PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/j.abdikemas.v5i1.1735

Abstract

Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering kali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain. Salah satu bagian tubuh yang rentan terkena bakteri dan virus adalah tangan. Bentuk sabun yang belum banyak beredar dipasaran adalah sabun dalam bentuk lembaran atau dalam bentuk kertas. Bentuk lembaran akan memberikan keuntungan, yaitu mudah disimpan dan dapat dibawa kemana-mana, serta pemakaian satu lembar satu kali pakai dapat menjaga kwalitas sabun. Maka telah dilakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat berupa edukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat, serta demo pembuatan sabun cuci tangan Antiseptik dari kertas pada Kelompok Wanita Tani BPP Talang Betutu Palembang.. Target capaian adalah adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan, yang diukur dengan menggunakan kuesioner melalui pretest dan postest, dan evaluasi terhadap hasil demostrasi. Target capaian adalah adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan, yang diukur dengan menggunakan kuesioner melalui pretest dan postest, dan evaluasi terhadap hasil demostrasi. Dari kegiatan ini didapatkan peningkatan pengetahuan masyarakat yang bermakna dan peningkatan keterampilan tentang pembuatan Sabun Pencuci Tangan Antiseptik Berbahan Kertas. Peserta puas terhadap pelaksanaan Edukasi dan Demostrasi dan menyatakan bahwa Edukasi dan Demostrasi ini memberikan manfaat.