Nurul Misbah
Poltekkes Kemenkes Banten

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POS PEMBINAAN TERPADU OLEH LANSIA Nurul Misbah; Ayi Tansah
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 2 (2015): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.291 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i2.112

Abstract

Jumlah penduduk Lansia Indonesia pada tahun 2020, berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia 2000-2025 diperkirakan akan mencapai 28,99 juta jiwa. Peningkatan jumlah Lansia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan. Bila permasalahan tersebut tidak diantisipasi dari sekarang, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai hambatan. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lansia ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia berupa Posyandu Lansia (Pos Pembinaan Terpadu), namun pemanfaatannya di masyarakat belum optimal. Tujuan penelitian iniUntuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Pos pembinaan terpadu oleh Lansia di desa Padasuka wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak tahun 2015.Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yaitu total populasi sebanyak 68 lansia.Pengambilan data dilakukan dengan mengisi kwisioner dan wawancara. Analisis data dengan univariat, dan bivariat. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa Sebagian besar(60,6%) lansia kurang memanfaatkan Posbindu, sebagian besar (59,1%) lansia memiliki umur 45-59 tahun (Pra Lansia),hampir seluruhnya (92,4%) tingkat pendidikan lansia rendah,sebagian kecil (30,3%) sikap lansia terhadap posbindu negatif,hampir setengahnya (48,5%) lansia kurang mendapat dukungan keluarga. Sedangkan hasil analisis bivariat menunjukkanterdapat hubungan yang bermanakna antara jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan Posbindu dan tidak terdapat hubungan yang bermanakna antara umur dan pendidian dengan pemanfaatan Posbindu di Desa Padasuka Wilayah Kerja Puskesmas Warunggunung tahun 2015. Seiring dengan meningkatnya Umur Harapan Hidup dan jumlah Usila lanjut bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak hendaknya membuat kebijakan untuk mewujudkan program Posbindu secara merata di setiap desa.Dinas kesehatan dalam hal ini Puskesmas, hendaknya melakukan advokasi ke tingkat desa guna mengadakan sarana dan prasarana Posbindu minimal setiap RW memiliki satu buah Posbindu.
STATUS GIZI BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-2 TAHUN Nurul Misbah; Ahmad Ahmad; Darti Rumiatun
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 1 No 2 (2014): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.035 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v1i2.133

Abstract

Prevalensi anak usia 1-2 tahun gizi kurang atau anak usia 1-2 tahun kurus masih tinggi. Keadaan gizi kurang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, khusus pada perkembangan dapat mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi otak. Di Indonesia diperkirakan sekitar 30,8 % anak berumur 0-13 tahun mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami fenomena antara status gizi, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, ekonomi dan pola asuh dengan Perkembangan Anak usia 1-2 tahun di Puskesmas kecamatan Warungunung Kabupaten Lebak tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 100 responden dan cara pengambilan sampel dengan accidental sampling. Analisis data dengan univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi mempunyai hubungan yang bermakna dengan perkembangan anak usia 1-2 tahun, sementara variabel jenis kelamin anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status sosial ekonomi dan pola asuh tidak berhubungan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa yang diduga berhubungan dengan perkembangan anak usia 1-2 tahun, ternyata hanya variabel status gizi yang secara signifikan berhubungan dengan perkembangan anak usia 1-2 tahun. Saran bagi Petugas kesehatan hendaknya melakukan pemantauan perkembangan anak sesuai dengan program Puskesmas secara rutin khususnya pada anak usia keemasan (golden age). Sekaligus memberikan penjelasan pada ibu yang memiliki anak usia keemasan tersebut tentang manfaat dan pentingnya gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.