Sigit Dwi Cahyono
Program Studi Teknik Industri, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Nasional Malang

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Penerapan Efektivitas Mesin Debarker Menggunakan Overall Equipment Effectiveness (Studi pada PT. Tri Tunggal Laksana Unit Blitar) Sigit Dwi Cahyono; Fourry Handoko; Nelly Budiharti
Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Vol 6 No 2 (2020): Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri (JTMI)
Publisher : Program Studi Teknik Industri S2 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/jtmi.v6i2.3012

Abstract

Total Productive Maintenance atau TPM adalah salah satu metode proses maintenance yang dikembangkan untuk meningkatkan produktifitas di area kerja, dengan cara membuat proses tersebut lebih reliable dan lebih sedikit terjadi pemborosan (waste). PT. Tri Tunggal Laksana menggunakan mesin debarker sebagai alat pemotong dan pengupas kulit kayu dalam memproduksi veneer. Selama periode produksi, mesin sering mengalami downtime sehingga mengganggu proses kerja produksi. Untuk itulah perusahaan perlu melakukan evaluasi atas mesin yang digunakan sehingga penerapan Total Productive Maintenance dapat dilaksanakan optimal demi meningkatkan efektivitas mesin produksi. Penelitian ini bertujuan menilai efektivitas mesin debarker menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE). Hasilnya, semua faktor yang mempengaruhi nilai OEE berada dibawah standar dunia. Nilai availability ratio (89,78 % < 90,00%), performance ratio (87,97% < 95,00%), dan nilai quality ratio (91,43% < 99,90%). Nilai OEE mesin debarker sebesar 72,1% yang berarti masih berada di bawah world class standart yaitu sebesar 85%. Hasil analisis menunjukkan nilai performance rate yang rendah dipengaruhi oleh adanya komponen–komponen mesin yang kritis dan sering mengalami gangguan. Melalui Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) diketahui bahwa komponen rantai conveyor dan mata pisau memiliki nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi sehingga komponen ini yang harus diutamakan dalam upaya meningkatkan efektivitas produksi.