Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui aspek biologi, aspek perikanan, dan aspek ekonomi ikan bawal putih di Kabupaten Kebumen. Data aspek biologi diperoleh dengan melakukan pengukuran panjang dan berat ikan bawal putih yang didaratkan di TPI Kabupaten Kebumen. Sampel ikan yang diambil adalah sebanyak 820 ekor ikan bawal putih, yang dibagi ke 8 (delapan) titik pendaratan ikan di kabupaten Kebumen. Pengambilan sampel ikan dari tiap kapal dilakukan dengan metode sampling acak. Data aspek perikanan dibagi atas dua yaitu data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan wawancara dengan nelayan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu. Data ini mencakup data unit penangkapan, fishing ground, metode penangkapan ikan, harga ikan hasil tangkapan dan biaya operasional penangkapan. Pengambilan responden ditentukan dengan aksidental sampel (accidential sample) yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Anshori dan Iswati, 2009). Data sekunder yang diperlukan adalah data berkala (time series) hasil tangkapan dan upaya penangkapan di Kabupaten Kebumen selama 5 (lima) tahun terakhir. Pada bulan Februari berada pada TKG II, Maret berada pada TKG II, III dan V, sedangkan pada bulan April berada pada TKG II, III, dan V. Berdasarkan hasil dari hubungan panjang dan berat, maka diketahui nilai b tertinggi ada pada bulan Maret dengan nilai 3,264, sedangkan nilai b yang terendah berada pada bulan April dengan nilai 3,175. Berdasarkan analisis data statistik upaya dan produksi tahun 2009 – 2013 dengan menggunakan model Schaefer maka didapatkan hasil dugaan potensi lestari sumberdaya ikan bawal di perairan Kabupaten Kebumen yaitu nilai MSY sebesar 376.545 kg/tahun dengan effort optimum (fopt) 241.704 trip/tahun. Kondisi MEY menunjukkan biaya total (Total Cost/TC) yang dikeluarkan oleh unit penangkapan mencapai Rp19.391.840.000,-/tahun dan pendapatan total (Total Revenue/TR) Rp29.189.788.000,-/tahun. Pada kondisi MEY keuntungan terbesar diperoleh dari selisih TR dengan TC yaitu sebesar Rp9.797.948.000,-. Namun jika upaya penangkapan (effort) terus ditambah maka kondisi yang dicapai selanjutnya adalah MSY. Kondisi MSY ini terjadi pada saat upaya penangkapan bertambah sehingga TC akan meningkat dan mengurangi TR. Pada kondisi MSY keuntungan yang diperoleh akan menurun menjadi Rp111.442.554,-/tahun. Apabila eksploitasi penangkapan ikan terus bertambah, kondisi selanjutnya adalah Open Acces Equilibrium (OAE). Pada kondisi OAE terjadi titik impas antara TC dengan TR sehingga tidak memperoleh keuntungan sama sekali. Kondisi OAE ini sering dikenal dengan economic overfishing.