Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH UMUR BIBIT DAN JUMLAH BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN PADI SAWAH (Oryza sativa) VARIETAS CIHERANG Marlina Marlina; Setyono Setyono; Yanyan Mulyaningsih
Jurnal Pertanian Vol. 8 No. 1 (2017)
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.857 KB) | DOI: 10.30997/jp.v8i1.638

Abstract

Padi adalah sumber makanan pokok bangsa Indonesia. Umur bibit dan jumlah bibit per titik tanam merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan untuk efisiensi budidaya padi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh umur bibit dan jumlah bibit per titik tanam terhadap produksi padi sawah varietas Ciherang. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan perlakuan berpola faktorial. Faktor umur bibit terdiri atas 2 taraf, yaitu umur 15 hari dan 20 hari, sedangkan faktor jumlah bibit per titik tanam terdiri atas 5 taraf, yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5 bibit per titik tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum produksi padi tidak dipengaruhi oleh umur bibit dan banyaknya bibit per titik tanam. Oleh sebab itu untuk efisiensi disarankan menggunakan bibit berumur 15 hari dengan satu bibit per titik tanam.KATA KUNCI: padi, umur bibit, jumlah bibit, produksi padiEFFECT OF AGE OF SEEDS AND NUMBER OF SEEDS PER POINT OF PLANTING ON THE GROWTH AND PRODUCTION OF RICE (Oryza sativa) CIHERANGABSTRACTRice is the staple food of Indonesia. Age of seeds and number of seeds per point of planting is one of the factors that need to be considered for rice cultivation efficiency. This study aims to determine the effect of age of seeds and the number of seeds per point of planting against Ciherang rice production. Experiments using a randomized block design with factorial treatment. The age of seedlings consists of two levels, namely the age of 15 days and 20 days after seedling, while the number of seeds per point of planting consists of 5 levels, namely 1, 2, 3, 4, and 5 seeds per point of planting. The results showed that the overall rice production was not affected by age of seeds and number of seeds per point of planting. Therefore, for the rice cultivation efficiency, it is suggested to use age of 15 days old seedlings with one seed per point of planting.
KEMANGKUSAN Metarhizium anisoplae DAN Beauveria bassiana SEBAGAI BIOINSEKTISIDA BAGI HAMA GUDANG Sitophilus oryzae Mohammad Akhbar Yassin; Nur Rochman; Setyono Setyono
JURNAL AGRONIDA Vol. 6 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.18 KB) | DOI: 10.30997/jag.v6i1.2701

Abstract

Sitophilus oryzae merupakan hama gudang yang menyerang beras (Oryza sativa). Salah satu cara pengendalian yang dapat digunakan yaitu memanfaatkan agen hayati sebagai pengendali hama tersebut di antaranya Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) 2 percobaan yang memiliki 5 taraf perlakuan yang digunakan yaitu 0, 106, 107, 108 dan 109konidia/ml pada masing-masing percobaan. Imago S. oryzae diberi perlakuan suspensi konidia M. anisopliae dan B. Bassiana masing-masing pada kerapatan 0 (kontrol), 0, 106, 107, 108 dan 109  konidia/ml. Aplikasi dilakukan dengan metode semprot terhadap serangga. Dengan kerapatan konidia /ml cendawan M. anisopliae hanya mampu mengakibatkan kematian S. oryzae hingga 33,3% pada hari ke-10 setelah perlakuan. Garis persamaan regresi polinomial yang dihasilkan pada hari ke-10 setelah perlakuann adalah 0,0615x2+ 1,8386x + 5,6936 dengan R² = 0,8194. Karena nilai mortalitas maksimum yang didapatkan sebesar 33,3%, sehingga  dan tidak dapat dihitung. Sedangkan B. Bassiana mampu mengakibatkan kematian S. oryzae hingga 98,8% pada hari ke-10 setelah perlakuan. Garis persamaan regresi polinomial yang dihasilkan pada 10 HSP adalah y = -0,4209x2 + 14,38x + 5,3044 dengan R² = 0,9792. Menurut persamaan tersebut, nilai mortalitas maksimum yang didapatkan adalah sebesar 128%, sehingga  dan  dapat dihitung. Konsentrasi yang efektif untuk mencapai  adalah sebesar   konidia/ml dan konsentrasi yang efektif untuk mencapai  adalah   konidia/ml. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penggunaan cendawan B. Bassiana lebih efektif untuk mematikan S. oryzae 
PENERAPAN TEKNOLOGI HIDROPONIK SAYURAN INDIJENES DI KELOMPOK PKK Nani Yulianti; Arifah Rahayu; Setyono Setyono; Yanyan Mulyaningsih; Yuliawati Yuliawati
Qardhul Hasan: Media Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 7 No. 3 (2021): DESEMBER
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.168 KB) | DOI: 10.30997/qh.v12i3.3866

Abstract

Upaya perbaikan gizi, kesehatan dan tingkat ekonomi masyarakat antara lain dapat dilakukan melalui pengembangan sayuran indijenes (sayuran lokal) dengan teknik hidroponik.  Sayuran indijenes dikenal karena kandungan gizi dan zat berkhasiatnya yang tinggi, tetapi sebagian spesiesnya terancam punah. Budidaya sayuran secara hidroponik merupakan teknologi budidaya sayuran tanpa menggunakan media tanah dan dapat dilakukan di lahan sempit. Teknologi hidroponik yang digunakan pada pengabdian ini adalah sistem rakit apung, yaitu teknik hidroponik dengan akar tanaman mengapung pada bak larutan hara.Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ibu-ibu rumah tangga dalam pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam sayuran indijenes secara hidroponik kaitannya dengan pemenuhan gizi keluarga pada masa pandemi. Kegiatan ini diharapkan dapat memberi semangat dalam mengoptimalkan lahan pekarangan. Kegiatan ini melibatkan ibu rumahtangga yang tergabung dalam Kelompok PKK Desa Babakan, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Metode yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian ini adalah ceramah, diskusi, praktek dan pendampingan, serta monitoring.