Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MELALUI PENGUATAN KEARIFAN LOKAL DAN PRANATA SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN GILI AIR, KABUPATEN LOMBOK UTARA Saptono Waspodo; Chandrika Eka Larasati; Sadikin Amir; Sitti Hilyana; Baiq Hilda Astriana
Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia Vol 2 No 1 (2022): Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppi.v2i1.499

Abstract

Keberadaan kearifan lokal dalam masyarakat merupakan hasil dari proses adaptasi turun menurun dalam periode waktu yang sangat lama terhadap suatu lingkungan yang biasanya didiami ataupun lingkungan dimana sering terjadi interaksi didalamnya. Seiring berjalannya waktu, dengan masuknya era globalisasi, timbullah sebuah trend modernitas yang masuk ke suatu kawasan yang menyebabkan terjadinya degradasi kearifan lokal disuatu wilayah. Salah satunya yaitu kawasan Gili Air, Kabupaten Lombok Utara yang dikenal dengan kawasan wisata pesisir dan pulau-pulau kecil. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan adanya penguatan kearifan lokal pada masyarakat nelayan sekitar Gili Air, serta mengedepankan nilai-nilai adat dan budaya yang menjadi daya tarik dan menjadikan nilai ekonomis bagia masyarakat nelayan. Metode pendekatan yang diterapkan dalam kegiatan ini yaitu dengan melakukan metode penyelesaian masalah. Penyelesaian masalah ini meliputi penyuluhan dan pendampingan kelompok masyarakat. Hasil menunjukkan bahwa salah satu bentuk riil dari kearifan lokal yang dimiliki oleh wilayah Pulau Lombok khususnya di Desa Gili Indah adalah awig-awig. Awig-awig adalah norma hukum adat disuatu wilayah yang mengikat bagi seluruh warga adat. Masyarakat Desa Gili Indah banyak yang belum memahami isi dari awig-awig tersebut. Hal ini disebabkan oleh terputusnya informasi dari perangkat desa ke warga sekitar terutama masyarakat kalangan muda. Peraturan Desa Gili Indah lebih memadai dan lebih komprehensif untuk dilaksanakan dan dibandingkan dengan awig-awig yang hanya terbatas pada pengaturan tentang pengambilan sumberdaya pesisir dan laut saja. Perlu dilakukan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat, agar mereka lebih meningkat pemahaman dan pengetahuannya tentang Peraturan Desa tersebut. Seperti halnya awig-awig yang secara terus menerus disampaikan lewat “tutur” dari para tokoh lokal maupun masyarakat dari generasi ke generasi telah terbukti mampu diadopsi dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Hal inilah yang merupakan salah satu kekuatan daripada awig-awig jika dilihat dari sisi penerimaan dan adopsinya pada masyarakat karena proses penyampaiannya adalah secara kontinyu dan konsisten pada setiap kegiatan masyarakat.
ANALYSIS OF CAROTENOID CONTENT IN SEA GRAPE (CAULERPA LENTILIFERA) CULTIVATED WITH LOW PLANT STANDING DIFFERE Neny Arisqia; Sadikin Amir; Ibadur Rahman
Jurnal Media Akuakultur Indonesia Vol 3 No 1 (2023): Jurnal Media Akuakultur Indonesia
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/mediaakuakultur.v3i1.2357

Abstract

Seaweed is one type of fishery commodity that is widely used both as a raw material for food, industry, medicine, and cosmetics. This causes the economic value of seaweed to help the community's economy and can increase the country's foreign exchange. Seaweed is one of the largest carotenoid producers because green seaweed generally contains chlorophyll a and b compounds and carotene compounds which can function as antioxidants. Factors that affect the content of carotenoids is the spacing of seaweed seeds. The purpose of this study was to determine the effect of spacing in the basic stake system on the carotenoid content of Caulerpa lentilifera and to determine the ideal spacing that gives optimal effect on the carotenoid content of Caulerpa lentilifera. This study used an experimental method with a completely randomized design (CRD) pattern with 6 treatments and 3 replications with treatments namely Control (25 cm spacing), P1 (20 cm spacing), P2 (30 cm spacing), P3 (20 cm spacing). plant 35 cm), P4 (planting distance 40 cm), P5 (planting distance 45 cm). The data obtained was then analyzed using variance (ANOVA) with a 95% confidence level and to find out the best growth a further test was carried out using the BNT test. The results showed that the spacing applied to the basic stake system had no effect on the carotenoid content of Caulerpa lentilifera, but had an effect on the absolute growth and specific growth rates. Spacing of 30 cm is the best distance for the growth of Caulerpa lentilifera with an absolute growth of 128.917 g and a specific growth rate of 4.965%, but the difference in spacing has no effect on the carotenoid content. The conclusion of this study was that the difference in plant spacing of the basic stake system had no effect on the carotenoid content of C. lentilifera, but had an effect on the absolute growth and specific growth rate. There was no ideal spacing to increase carotenoid content in C. lentilifera, because each treatment tended to have relatively the same carotenoid content.