This Author published in this journals
All Journal Jurnal Segara
Indarto Happy Supriyadi
Research Center for Oceanography (P2O) Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Seagrass Condition at Some Small Islands in The Taka Bonerate National Marine Park, South Sulawesi Indonesia Indarto Happy Supriyadi; Hendrik Alexander William Cappenberg; Sam Wouthuyzen; Muhammad Hafizt; Susi Rahmawati; La Ode Alifatri; Suyarso Suyarso
Jurnal Segara Vol 17, No 2 (2021): Agustus
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.268 KB) | DOI: 10.15578/segara.v17i2.9575

Abstract

The assessment of seagrass bed condition in Indonesia still refers to the Decree of the State Minister for the Environment (KMNLH) no. 200 of 2004, which considers only one variable, namely the percentage of seagrass cover. To assess the seagrass beds condition to be more in-depth and meaningful, it is necessary to consider the addition of several variables, such as the biotic variables (seagrass species diversity including macroalgae and macro-benthos components) as well as the abiotic variables (reef flat areas and the substrate components). The purpose of this study is to determine the seagrass beds condition in several small islands in the Taka Bonerate National Marine Park by considering the additional analysis using both biotic and abiotic variables as mentioned above. The methodology used in this study is a combination of the use of the standard seagrass transect method, interpretation of satellite imagery related to the seagrass bottom habitat area, and its components on the reef flat of a particular island, as well as weighting and scoring based on those considered additional variables. By applying the criteria in the method, the seagrass bed conditions were then classified into three categories, namely seagrass in good, moderate, and unfavorable conditions, respectively. The results of the total score assessment on several small islands in Taka Bonerate Islands show that the seagrass bed in Latondu Besar Island is in good conditions with the highest score of (316) compared to Tarupa Besar, Jinato, Rajuni Kecil, and Tinabo Besar Islands with an average score of (173). The results of this study indicate that the assessment of seagrass conditions is more meaningful in terms of seagrass ecology than based on seagrass cover alone. However, this study requires a lot of validation for its application in assessing the condition of seagrass beds in other islands in Indonesia.
KAJIAN AWAL KONDISI PADANG LAMUN DI PERAIRAN TIMUR INDONESIA Indarto Happy Supriyadi; Marindah Yulia Iswari; Suyarso Suyarso
Jurnal Segara Vol 14, No 3 (2018): Desember
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (852.605 KB) | DOI: 10.15578/segara.v14i3.6887

Abstract

Padang lamun memiliki peran penting dalam suatu ekosistem perairan dangkal. Namun kegiatan pembangunan di wilayah pesisir yang terus meningkat dapat mengakibatkan kerusakan padang lamun yang hampir terjadi di seluruh perairan Indonesia. Saat ini informasi terkait dengan jumlah spesies, kondisi lamun, dan luasannya khususnya di perairan timur Indonesia masih kurang. Tujuan penelitian ini yaitu memberikan informasi awal jumlah spesies, kondisi umum padang lamun dan luasannya. Metode yang digunakan yaitu mengumpulkan data hasil kajian sejak tahun 2005, 2008, 2009, 2015, 2016 dan data Coremap-CTI 2011, 2015, 2016. Spesies lamun diidentifikasi berdasarkan pada literatur yang ada, pengambilan data dan analisa kondisi lamun mengacu pada buku panduan pemantauan padang lamun. Dari hasil identifikasi spesies lamun ditemukan 10 dari 12 spesies lamun yang ada di perairan Indonesia. Kondisi padang lamun di perairan timur Indonesia dikategorikan‘baik’(43%),’sedang’(50%) dan ‘jelek’ (7 %) dengan luas padang lamun saat ini yaitu 284.660 ha.
DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KONDISI PADANG LAMUN DI PERAIRAN TIMUR PULAU BINTAN KEPULAUAN RIAU Indarto Happy Supriyadi; Ricky Rositasari; Marindah Yulia Iswari
Jurnal Segara Vol 14, No 1 (2018): April
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.861 KB) | DOI: 10.15578/segara.v14i1.6630

Abstract

Padang lamun memiliki peran penting sebagai sumber utama produktivitas primer atau penghasil bahan organik, habitat untuk berbagai biota, tempat asuhan, tempat memijah, sumber makanan bagi biota langka dan penyokong keanekaragaman jenis-jenis biota laut serta bernilai ekonomis dari jasa ekosistem lamun. Aktivitas pembangunan di wilayah pesisir yang terus meningkat telah mengakibatkan kerusakan padang lamun di perairan timur pulau Bintan. Saat ini kajian terbaru terkait dengan kondisi lamun belum tersedia. Kajian ini dilakukan pada Mei dan September (2015-2016) dengan tujuan untuk mengetahui dampak perubahan tutupan lahan terhadap kondisi lamun di perairan timur pulau Bintan. Kondisi lamun ditentukan berdasarkan persentase tutupan lamun. Analisis perubahan penggunaan lahan menggunakan perangkat lunak ENVI 5.1 dan ArcGIS 10.1. Pengukuran debit sungai dan penanganan sampel air dilakukan di lapangan dan laboratorium P2O-LIPI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbuka, perkebunan dan semak belukar pada DAS Kawal telah memberikan dampak menurunnya kondisi lamun khususnya di sekitar muara Sungai Kawal. Secara umum kondisi lamun di perairan timur Pulau Bintan menurun ditunjukkan dengan persentase tutupan lamun yaitu 46 % (2006) dan 41 % (2015). Dalam penelitian ini ditemukan tujuh spesies lamun, antara lain Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, Halodule uninervis dan Syringodium isoetifolium.