Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KERAGAAN USAHA EKONOMI PRODUKTIF PEREMPUAN DAN DAMPAKNYA BAGI PENGUATAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI UNTUK MENGATASI MASALAH KEMISKINAN DI KABUPATEN LOMBOK BARAT N.L. Sri Supartiningsih; Sri Maryati; Rosmilawati Rosmilawati; Asri Hidayati
JURNAL AGRIMANSION Vol 15 No 1 (2014): JURNAL ILMIAH AGRIIMANSION APRIL 2014
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v15i1.7

Abstract

ABSTRAK Masalah kemiskinan masih tetap merupakan masalah utama pembangunan di Indonesia, pemberdayaan ekonomi wanita merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan kemiskinan. Identifikasi tentang potensi ekonomi produktif perempuan, akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya lokal serta gambaran persepsi masyarakat terhadap peran perempuan bagi penguatan ekonomi rumahtangga petani, merupakan kegiatan awal untuk menunjang penyusunan suatu model pemberdayaan perempuan untuk mengatasi kemiskinan rumahtangga tani. Keragaan kegiatan ekonomi produktif perempuan dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi rumahtangga petani yaitu mencapai 46,01 %. Hal ini didukung oleh motivasi perempuan untuk ikut mencari nafkah sangat tinggi, kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran perempuan bagi penguatan ekonomi rumahtangga, perubahan pemahaman laki-laki terhadap peran domestik, adanya program-program, organisasi dan kader pemberdayaan perempuan serta akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya lokal yang hampir sama dengan laki-laki, namun keterampilan yang dimiliki perempuan dan beban kerja domestik perempuan yang tinggi merupakan hambatan utama, kondisi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya dan norma masing-masing daerah. Oleh karena itu upaya peningkatan peran perempuan pada kegiatan ekonomi produktif untuk mendukung penguatan ekonomi rumahtangga, perlu memperhatikan karakteristik relasi perempuan dan laki-laki di masing-masing daerah. ABTRACT The problem of poverty still remains a major problem in Indonesian development, economic empowerment of women is one of the efforts in poverty reduction. Identification of women's productive potential of the economy, women's access to and control over resources as well as an overview of local public perception of the role of women to the strengthening of farm household economy, an initial activity to support the development of a model of empowering women to overcome poverty farm households. Performance of productive economic activities of women can contribute significant for farm households, reaching 46.01 %. This is supported by the motivation of women to participate for a living is very high, public awareness of the importance of strengthening the role of women to the household economy, changes in the understanding of men against domestic role, the existence of programs, organizations and cadres of women's empowerment and women's access to and control over resources locally similar to men, but women have the skills and the workload of women's domestic high is a major obstacle, this condition is strongly influenced by social and cultural conditions and norms of each region. Therefore, efforts to increase the role of women in productive economic activities to support strengthening of the household economy, need to pay attention to the characteristics of the relation of women and men in each region.
ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI PADA AGROINDUSTRI BERBASIS KEDELAI DI KOTA MATARAM Sri Maryati,; Sri Supartiningsih; Asri Hidayati; Efendy Efendy; Rosmilawati Rosmilawati
JURNAL AGRIMANSION Vol 18 No 1 (2017): Jurnal Imiah Agrimansion
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v18i1.24

Abstract

ABSTRAK Kebutuhan kedelai sebagian besar digunakan untuk bahan baku pada agroindustry berbasis kedelai utamanya tahu dan tempe. Penelitian telah dilakukan untuk: Identifikasi penggunaan bahan baku kedelai lokal dan impor; Analisis permintaan kedelai; dan Permasalahan terkait bahan baku kedelai dan produk pada agroindustri berbasis kedelai. Penelitian menggunakan metode deskriptif, dan analisa data menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan kedelai per unit usaha sebanyak 2.469 kg/bulan (terdiri dari 37% kedelai lokal dan 63% kedelai impor). Rata-rata kebutuhan kedelai untuk agroindustri tempe sebanyak 1.225,67 kg (terdiri dari 4% kedelai lokal dan 96% kedelai impor) dan untuk agroindustri tahu sebanyak 1 243 kg (terdiri dari 68% kedelai lokal dan 32% kedelai impor) per bulan; Faktor-faktor yang secara bersamaan mempengaruhi permintaan kedelai adalah harga kedelai lokal dan impor, pendapatan, jumlah tenaga kerja, harga output (tempe dan tahu) dan intensitas produksi tetapi faktor yang signifikan secara parsial adalah pendapatan dan jumlah tenaga kerja; dan bila harga kedelai meningkat, sebanyak 83,33% responden tetap berproduksi, mengurangi ukuran produk dan menjual dengan harga tetap; sebanyak 70% responden mengolah kembali produk untuk dijual bila produk tidak habis. Pemilihan kedelai impor karena perilaku pelaku usaha menginginkan kedelai yang bersih, kualitas produk tempe lebih baik. ABSTRACT Soybean demand is mostly for raw material in the soybean agroindustry such as tofu and tempeh. This study was carried out to: identify the use of raw soybeans locally and imported; analyze soybean demand; and identify problems related to soybeans and soy-based products in the agro-industry. Research used descriptive methods and data were analyzed using multiple linear regression. The results of the study indicate that average soybean demand per business unit was as much as 2,469 kg/month (consisting of 37 % local and 63 % imported soybean). The average soybean demand for tempeh was as much as 1225.67 kg (consisting of 4 % local and 96 % imported soybean) and to tofu was as much as 1243 kg (consisting of 68 % local and 32 % imported soybean); Factors that jointly affect soybean demand are local and imported soybean prices, income, labor quantity, output (tempe and tofu) prices and production intensity but significant partial affecting factors are income and labor quantity. When soybean prices rise, 83.33 % of respondents still produce, but reduce the size of the products and sell at a same price; 70% of respondents reprocess the unsold products for selling. Selection of imported soybean was because of the behavior of the companies who want clean soybeans and better quality tempeh.
ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI BERBAHAN BAKU JAGUNG DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH Dila Rahilda Azzuli; Tajidan Tajidan; Rosmilawati Rosmilawati
JURNAL AGRIMANSION Vol 20 No 2 (2019): Jurnal Agrimansion Agustus 2019
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v20i2.300

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis pendapatan agroindustri berbahan baku jagung dari tahun 2014 – 2018; (2) Menganalisis besarnya nilai tambah agroindustri berbahan baku jagung; (3) Menganalisis perkembangan usaha agroindustri berbahan baku jagung dari tahun 2014 – 2018; (4) Menentukan strategi peningkatan pendapatan dan nilai tambah agroindustri berbahan baku jagung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penentuan lokasi sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan penentuan responden dilakukan secara sensus. Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Tengah. Analisis data yang digunakan diantaranya adalah analisis pendapatan, nilai tambah, perkembangan usaha, dan strategi. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menujukkan bahwa: (1) Besarnya pendapatan agroindustri berbahan baku jagung per proses produksinya selama 5 tahun terakhir (tahun 2014 – 2018) tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup ( π < USD 1). Pendapatan produk emping jagung lebih besar dibandingkan marning jagung dan tortilla. ; (2) Nilai tambah dari proses pengolahan jagung menjadi tortilla lebih besar dibandingkan dengan emping jagung dan marning jagung. Pengolahan jagung menjadi emping jagung memiliki nilai tambah sebesar Rp 8.124,05/kg atau sebesar 32,31%; marning jagung sebesar Rp 12.295,80/kg atau sebesar 35,86% dan tortilla sebesar Rp 57.530,43/kg atau sebesar 69,04%.; (3) Perkembangan usaha agroindustri berbahan baku jagung selama 5 tahun terakhir (2014 – 2018) mengalami peningkatan dan penurunan, yang disebabkan oleh jumlah permintaan dan tenaga kerja.; (4) Strategi yang harus dilakukan dalam meningkatkan pendapatan dan nilai tambah yaitu: a) Mempertahankan atau meingkatkan jumlah produksi; b) Mempertahankan atau memperluas daerah pemasaran; c) Melakukan efisiensi produksi.
ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN BENIH KEDELAI DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH Ni Putu Rissy Damanika Purnami; Rosmilawati Rosmilawati; Bambang Dipokusumo
JURNAL AGRIMANSION Vol 20 No 3 (2019): Jurnal Agrimansion Desember 2019
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v20i3.304

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengkaji pendapatan usahatani penangkar benih kedelai di Kabupaten Lombok Tengah; (2) Mengkaji saluran pemasaran yang dilakukan dalam usahatani penangkar benih kedelai di Kabupaten Lombok Tengah; (3) Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam usaha dan pemasaran penangkar benih kedelai di Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan unit analisis yaitu penangkar benih kedelai dan kelembagaan pasar. Penentuan daerah sampel ditentukan menggunakan metode purposive sampling dengan objek penelitian di Desa Mujur Kecamatan Praya Timur dan Kota Praya di Kecamatan Praya. Penentuan untuk responden penangkar benih ditentukan dengan metode sensus sedangkan untuk penentuan responden lembaga pemasaran ditentukan dengan metode snowball sampling Jenis penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Pendapatan usahatani penangkaran benih kedelai di Kabupaten Lombok Tengah sebesar Rp 18.864.356/LLG atau sebesar Rp 2.694.908/Ha; (2) Pemasaran yang dilakukan oleh usahatani penangkaran benih kedelai di Kabupaten Lombok Tengah menggunakan saluran pemasaran I dan saluran pemasaran II. SP I : Penangkar benih kedelai → Konsumen akhir. SP II : Penangkar benih kedelai→Pedagang pengecer→Konsumen akhir. Sehingga menghasilkan total margin pemasaran sebesar Rp 27.975.000. Pemilik penangkar benih tidak mengeluarkan biaya pemasaran karena konsumen yang datang langsung kepada produsen. Sehingga menghasilkan keuntungan pemasaran sebesar Rp 27.675.000; (3) Hambatan yang dihadapi usaha penangkaran benih kedelai berasal dari modal dan keterlambatan pembayaran dari penjual benih (pengecer) yang membeli benih pada UD mereka.
ANALISIS RISIKO PRODUKSI USAHATANI SAYURAN DI KABUPATEN LOMBOK UTARA I Gusti Lanang Parta Tanaya; Rosmilawati Rosmilawati; Asri Hidayati
JURNAL AGRIMANSION Vol 21 No 2 (2020): Jurnal Agrimansion Agustus 2020
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v21i2.383

Abstract

Komoditas sayuran merupakan salah sayu komoditas andalan yang diharapkan karena rata-rata berumur pendek dan dapat diproduksi di lahan yang sempit. Di samping memiliki keunggulan, usahatani sayuran juga memiliki kendala yang cukup berat yakni tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Oleh sebab itu maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko produksi yang dihadapi oleh petani sayuran dan strategi penanganan yang dapat diterapkan oleh petani sayuran untuk menangani risiko produksi di Kabupaten Lombok Utara. Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok tani yaitu Poktan Horseka dan Poktan Hijau Daun dengan total responden 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani cabe memiliki risiko produksi yang paling besar berdasarkan tingkat produktivitas dengan nilai Koefisien Variasi atau KV = 0,54 dibandingkan dengan kacang panjang (0,32), mentimun jepang (0,36) dan tomat (0,42). Penyebab utamanya adalah faktor cuaca, serangan hama lalat buah dan serangan penyakit antraknose. Komoditas yang memiliki risiko produksi berdasarkan pendapatan terbesar adalah tomat dengan nilai KV = 0,48. Penyebab utamanya adalah biaya produksi tanaman tomat rata-rata lebih tinggi dibandingkan tanaman lainnya seperti cabe, kacang panjang dan mentimun jepang. Untuk memperkecil risiko produksi sayuran di KLU maka petani sebaiknya melakukan pengelolaan lingkungan areal usahatani dengan baik melalui kegiatan penanaman tanaman pelindung, penanaman tanaman pengusir hama atau penjebak hama (crop trapping) dan memperbanyak penggunaan pupuk kandang.