Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Prosfek Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) Di Pulau Lombok Tajidan Tajidan; Efendy Efendy; Halil Halil; Edy Fernandez
Jurnal Gema Ngabdi Vol. 1 No. 2 (2019): Jurnal Gema Ngabdi
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jgn.v1i2.16

Abstract

The objectives of the community service are:  maintaining the alumni commitment as agricultural young entrepreneurs;  increase the capacity and ability of alumni in the management of business in agriculture;  increasing the business scale by adding the ability to finance agribusiness businesses; and developing business networks (net-working) and financing and marketing cooperation. The output expected as an output of this service activity is an article published in national or international journals. To achieve the purpose of this service, it is carried out with a coaching and mentoring approach. Coaching is done by the focus group discussion (FGD) method, training with the agribusiness field school method, and mentoring in the problem solving method. From a series of implementation activities can be summarized as follows: the commitment of alumni as young agricultural entrepreneurs is still able to be held which is shown by the still strong spirit and entrepreneurial spirit; (the alumni who are members of the PWMP Group have the ability to increase the capacity of business management in agriculture, including 3 (three) of the 7 (seven) PWMP groups that have opened business branches and appointed employees to assist production activities and services to customers; in general there has been an increase in the ability of financing sourced from an average allowance for operating results of 18.3% from November 2017 to July 2018 or 2.29% / month; and the development of business networks and marketing is still an obstacle for most young agricultural entrepreneurs, except the PWMP Bintang Tani Group which has a business network and regular customers in the marketing aspect.
Nilai Tambah VCO Pada Unit Bisnis Agroindustri “Andana” di Kabupaten Lombok Utara Tajidan Tajidan; Halil Halil; Efendy Efendy; FX Edy Fernandez
Jurnal Gema Ngabdi Vol. 1 No. 3 (2019): JURNAL GEMA NGABDI
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jgn.v1i3.28

Abstract

Community service aims to improve understanding and application of financial management in the "Andana" VCO agroindustry business unit, and measuring the performance of its financing. Community service is carried out using the literasi, tutorial and assistance method. Tutorial participants' understanding of financial management is measured from the results of the pre test and post test, while the application of financial management is assessed by financial inclusion, and financing performance is measured using a value added analysis tool. The results of community service activities show that financial management understanding has increased from 77,69 to 81,72 (from good to superior). The application of financial management leads to the application of financial inclusion, while the achievement of value added was IDR 83,200 / liter in June 2019 and IDR 95,681 / liter in July 2019
ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI PADA AGROINDUSTRI BERBASIS KEDELAI DI KOTA MATARAM Sri Maryati,; Sri Supartiningsih; Asri Hidayati; Efendy Efendy; Rosmilawati Rosmilawati
JURNAL AGRIMANSION Vol 18 No 1 (2017): Jurnal Imiah Agrimansion
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v18i1.24

Abstract

ABSTRAK Kebutuhan kedelai sebagian besar digunakan untuk bahan baku pada agroindustry berbasis kedelai utamanya tahu dan tempe. Penelitian telah dilakukan untuk: Identifikasi penggunaan bahan baku kedelai lokal dan impor; Analisis permintaan kedelai; dan Permasalahan terkait bahan baku kedelai dan produk pada agroindustri berbasis kedelai. Penelitian menggunakan metode deskriptif, dan analisa data menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan kedelai per unit usaha sebanyak 2.469 kg/bulan (terdiri dari 37% kedelai lokal dan 63% kedelai impor). Rata-rata kebutuhan kedelai untuk agroindustri tempe sebanyak 1.225,67 kg (terdiri dari 4% kedelai lokal dan 96% kedelai impor) dan untuk agroindustri tahu sebanyak 1 243 kg (terdiri dari 68% kedelai lokal dan 32% kedelai impor) per bulan; Faktor-faktor yang secara bersamaan mempengaruhi permintaan kedelai adalah harga kedelai lokal dan impor, pendapatan, jumlah tenaga kerja, harga output (tempe dan tahu) dan intensitas produksi tetapi faktor yang signifikan secara parsial adalah pendapatan dan jumlah tenaga kerja; dan bila harga kedelai meningkat, sebanyak 83,33% responden tetap berproduksi, mengurangi ukuran produk dan menjual dengan harga tetap; sebanyak 70% responden mengolah kembali produk untuk dijual bila produk tidak habis. Pemilihan kedelai impor karena perilaku pelaku usaha menginginkan kedelai yang bersih, kualitas produk tempe lebih baik. ABSTRACT Soybean demand is mostly for raw material in the soybean agroindustry such as tofu and tempeh. This study was carried out to: identify the use of raw soybeans locally and imported; analyze soybean demand; and identify problems related to soybeans and soy-based products in the agro-industry. Research used descriptive methods and data were analyzed using multiple linear regression. The results of the study indicate that average soybean demand per business unit was as much as 2,469 kg/month (consisting of 37 % local and 63 % imported soybean). The average soybean demand for tempeh was as much as 1225.67 kg (consisting of 4 % local and 96 % imported soybean) and to tofu was as much as 1243 kg (consisting of 68 % local and 32 % imported soybean); Factors that jointly affect soybean demand are local and imported soybean prices, income, labor quantity, output (tempe and tofu) prices and production intensity but significant partial affecting factors are income and labor quantity. When soybean prices rise, 83.33 % of respondents still produce, but reduce the size of the products and sell at a same price; 70% of respondents reprocess the unsold products for selling. Selection of imported soybean was because of the behavior of the companies who want clean soybeans and better quality tempeh.
2. EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PADA INDUSTRI RUMAHTANGGA GULA AREN DI DESA PEMEPEK LOMBOK TENGAH Adnan H. Muhammad; Efendy Efendy
JURNAL AGRIMANSION Vol 4 No 2 (2004): JURNAL AGRIMANSION MEI 2004
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v4i2.114

Abstract

ABSTRAK Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efisiensi teknis dan efisiensi harga penggunaan faktor produksi pada Industri rumahtangga gula aren telah dilakukan di Desa Pemepek Lombok Tengah dengan metode analisis desktriptif pada 16 responden yaitu masing-masing 8 responden pada Kelompok Usaha bersama (KUB) dan Non KUB. Pengembangan analisis menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan OLS, MLE dan Z-test. Hasil analisis menunjukkan bahwa efisiensi teknis dari penggunaan faktor produksi nira segar, kayu bakar, kayu korot, tenaga kerja wanita dan minyak kelapa pada industri rumahtangga gula aren KUB dan Non KUB telah tercapai dan tidak ada satupun input yang efisien dari aspek harga. Faktor produksi nira segar, tenaga kerja wanita dan minyak kelapa digunakan secara tidak efisien, sedangkan faktor produksi kayu bakar dan kayu korot penggunaannya belum efisien. Demikian juga pada industri rumahtangga gula aren Non KUB tidak ada satupun faktor produksi digunakan secara efisien. Faktor produksi yang tidak digunakan secara efisien yaitu bahan baku nira segar, kayu bakar, tenaga kerja wanita sedangkan belum efisien penggunaannya adalah faktor produksi kayu korot dan minyak kelapa. ABSTRACT This research was carried out to measure technical and price efficiency usages of inputs in Palm Sugar Household Industry. The study was conducted at Pemepek Village Central Lombok using descriptive analysis method interviewing 16 respondents from KUB and Non KUB with 8 respondents each. For extended analysis both Cobb-Douglass production function OLS, MLE and Z-test were used. The result of analysis indicated that technical efficiency of production factors such as fresh “nira”, firewood, korot wood, woman labour and palm oil have been efficient in both KUB and Non-KUB and none of these inputs were efficient in term of price. Production factors such as fresh “nira”, woman labour and palm oil were used inefficiently while firewood and korot wood had not efficient yet. The same case found in Non-KUB where none of production factors have been used efficiently. Firewood, korot wood, woman labour and palm oil at KUB and Non KUB have technically efficient while production factors such as sap (fresh nira), firewood, korot wood, woman labour and palm oil have not reached price efficiency.
2. Pola penelolaan produksi dan tingkat pendapatan petani kayu jati di Kabupaten Sumbawa Efendy Efendy
JURNAL AGRIMANSION Vol 7 No 2 (2006): JURNAL AGRIMANSION AGUSTUS 2006
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v7i2.139

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pola pengelolaan produksi kayu jati, (2) pendapatan dan kontribusi usahatani kayu dan non kayu terhadap total pendapatan petani jati, dan (3) alternatif peningkatan pendapatan petani kayu jati. Penelitian telah dilakukan dengan metode deskriptip dan teknik survai dengan mengambil 41 petani jati dan 10 petani empon-empon bawah naungan di Desa Batudulang Kecamatan Batulanteh. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Produksi kayu jati di Kabupaten Sumbawa bersumber dari lahan tegalan, kebun dan sawah yang berstatus milik dengan pola sebagai tanaman pinggir dan monokultur tidak teratur; (2) Rata-rata pendapatan petani dari usahatani kayu adalah Rp 4.985.714 per tahun dengan kontribusi 27,05 % terhadap total pendapatan rumahtangga petani; (3) Peningkatan pendapatan petani jati dapat dilakukan dengan pemanfaatan bawah naungan dengan tanaman empon-empon dan porang. Abstract The research objectives are to know: (1) production management pattern of teak (Tectona grandis), (2) income and contribution of wood farm and non wood to total farmers incomes,and (3) structure and behaviour of teak market. The research used descriptive method and survey technique. Samples included 41 teak farmers, and 10 farmers who grew crops under canopy in Batudulang Village Batulanteh District. The study revealed the following: (1) Teak production in Sumbawa Regency sourced from rainfed land, garden and cropping land owned privately. Teak were planted at the side of land and scattered monoculture; (2) Average farmer income from wood farm was Rp 4,985,714 per year, and contributed 27,05 % to total household income; (3) Farmers income could be increased by planting spices and porang trees under teak tree canopy.
2. Studi penampilan pasar kayu jati di Kabupaten Sumbawa Efendy Efendy
JURNAL AGRIMANSION Vol 8 No 1 (2007): JURNAL AGRIMANSION DESEMBER 2007
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v8i1.153

Abstract

Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur dan perilaku pasar kayu jati (Tectona grandis) telah dilakukan dengan metode deskriptif dan teknik survai dengan mengambil 41 petani jati, 3 pedagang besar 1 agen pedagang besar, dan 4 pengolah kayu. Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur pasar kayu jati mengarah ke oligopsoni dengan konsentrasi tinggi, sedangkan perilaku pasar kayu menunjukkan adanya kerjasama antar pedagang kayu di Kabupaten Sumbawa dan pedagang antar pulau. Abstract The research, to know structure and behavior of teak market (Tectona grandis), was conducted using descriptive method and survey technique. Samples included 41 teak farmers, 3 wholesellers, 1 major marketing agent , and 4 wood processor. The study revealed that market structure is rather olygopsony with high consentration while market behaviour indicated some collaboration among wood traders within the regency and with traders outside the island.
2. PENAMPILAN PASAR GULA AREN DI NUSA TENGGARA BARAT Market Performance of Palm Sugar in West Nusa Tenggara Efendy Efendy
JURNAL AGRIMANSION Vol 1 No 2 (2001): JURNAL AGRIMANSION MEI 2001
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v1i2.217

Abstract

Abstrak Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penampilan pasar dari aspek struktur dan perilaku pasar gula aren telah dilaksanakan dengan pengumpulan data melalui penelusuran dari produsen, pedagang sampai ke konsumen. Pemilihan produsen sengaja difokuskan pada Kabupaten Lombok Barat sebagai sentra produksi dengan mengambil tiga desa sentra utama gula aren yaitu Kekait, Penimbung, dan Sigerongan. Dengan snow ball sampling dan keterwakilan komposisi kelembagaan pemasaran yang terlibat, pasar sumber dan pasar target, maka dalam analisis melibatkan 85 pedagang pengumpul, 12 pedagang menengah, 88 pengecer pada lima salu­ran pemasaran dengan 375 total produsen. Selain data primer studi ini menggunakan menggunakan data sekunder harga bulanan dan Indek Harga Konsumen per kabupaten di NTB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) struktur pemasaran gula aren mengarah ke pasar oligopsoni. (2) Perilaku pasar gula aren menunjuk­kan bahwa: (a) perubahan harga di pasar Cakranegara dipengaruhi oleh semua pasar di luar kabupaten Lombok Barat, dan hanya pasar Praya yang membawa perubahan perilaku harga di pasar Ampenan dalam jangka pendek, (b) tidak terdapat indikasi kerjasama antar maupun inter lembaga dalam praktek penentuan harga, serta (c) penentuan harga masih merangsang kegiatan produksi dan pemasaran gula aren, (d) pelaku pasar yang lebih tinggi belum sepenuhnya mentransformasikan perubahan harga jual ke lembaga pemasaran di bawahnya, dan (e) dalam jangka panjang terdapat keterpa­duan pasar yang sangat tinggi antar pasar kabupaten di Pulau Lombok. Abstract The objective of this research is to know market performance in terms of market structure and conduct. Data were collected by investigating respondents from producers, traders to final consumer. The research was conducted in Western Lombok Regency as a centre of palm sugar industry. Three villages: Kekait, Penimbung, and Sigerongan were selected. Snow ball sampling method was applied to determine 375 producers, 85 collecting traders, 12 middlemen, and 88 retailers. Beside primary data, secondary data on monthly prices and consumers index prices were used in the analysis. The results of this research are (1) market structure of palm sugar tend to be olygopsony, (2) in terms of market conduct, the research indicated that: (a) prices in Cakranegara market were affected by all markets out side the Western Lombok, and only Praya market affects prices at the Ampe­nan market on the short run, (b) no cooperation among inter and intra marketing institu­tion in price determination, and (C) price determination still motivates production and marketing activities, (d) the upper markets players not yet influenced market prices on the lower market institutions, (e) in the long run, it had been a high market integration inter regencies in Lombok island.
2. STUDI PENERAPAN KEARIFAN LOKAL SISTEM BAGI HASIL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI KABUPATEN LOMBOK UTARA Tajidan Tajidan; Halil Halil; Efendy Efendyefendyefendy9@gmail.com; Asri Hidayati
JURNAL AGRIMANSION Vol 19 No 3 (2018): JURNAL AGRIMANSION DESEMBER 2018
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v19i3.245

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian adalah: (1) mengetahui pernjanjian yang disepakati antara pemilik lahan pertanian dan pemilik modal operasional dengan petani penggarap; (2) mengetahui proporsi bagi hasil antara pemilik lahan pertanian dengan petani penggarap dan mengetahui balas jasa atau imbalan yang diberikan oleh petani penggarap kepada pemilik modal operasional; (3) mengetahui penerapan sistem bagi hasil antara para pihak yang mendukung pengembangan agribisnis jagung. Lokasi penelitian di Kecamatan Bayan dan Kecamatan Kayangan yang merupakan sentra produksi jagung di Kabupaten Lombok Utara. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik sampling terbuka dengan jumlah minimum 40 responden petani penggarap. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berstruktur, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, desk study dan observasi. Analisis data dan informasi menggunakan analisis isi, deskriptif kuantitatif dan kualitatif serta deskriptif narasi. Hasil penelitian menujukkan bahwa: Perjanjian yang disepakati dan ditaati antara pemilik lahan pertanian dengan petani penggarap adalah: Pada lahan sawah, bagi hasil mertelu, yaitu 1 (satu) bagian untuk pemilik lahan pertanian dan 2 (dua) bagian untuk petani penggarap dengan perjanjian seluruh biaya produksi usahatani dari pengolahan tanah sampai dengan tanaman siap panen ditanggung oleh petani penggarap, sementara biaya panen, pascapanen dan pengolahan hasil, pengangkutan (transport) dan penjualan ditanggung bersama pemilik lahan dan petani penggarap. Pada lahan ladang, bagi hasil merampat, yaitu 1 (satu) bagian untuk pemilik lahan pertanian dan 3 (tiga) bagian untuk petani penggarap dengan perjanjian semua biaya usahatani mulai dari pengolahan tanah sampai dengan tanaman siap dipanen menjadi tanggungan petani penggarap, sementara biaya panen, pascapanen, pengolahan, pengangkutan (transport) dan biaya penjualan ditanggung bersama pemilik lahan dan petani penggarap. Perjanjian kerja sama antara pemilik modal operasional dengan petani pemilik penggarap adalah sistem pinjaman modal (kredit) dengan tingkat bunga flat, sementara sistem bagi hasil 50% bagian pemilik modal operasional dan 50% bagian petani pemilik penggarap tidak dapat diwujudkan sebagai mana yang diharapkan, karena ada pihak yang mengalami kerugian. Proporsi bagi hasil antara pemilik lahan pertanian dengan petani penggarap dalam sistem bagi hasil adalah pemilik lahan mendapatkan proporsi 41,50% di Kecamatan Bayan dan 55,52% di Kecamatan Kayangan, sementara bagian petani penggarap adalah 58,50% di Kecamatan Bayan dan 44,48% di Kecamatan Kayangan. Balas jasa atau imbalan yang diberikan oleh petani penggarap kepada pemilik modal operasional pada sistem kredit dengan bunga plat 4,5% per semester sebesar 5,2% dari gross margin usahatani jagung. Penerapan sistem bagi hasil berkontribusi dalam memperluas lahan usahatani jagung seluas 17,19%, serta meningkatkan produktivitas usahatani jagung antara 0,168 ku/ha sampai dengan 0,193 ku/ha, serta KUR dinilai mampu memenuhi kebutuhan pembiayaan pada pengembangan agribisnis jagung di Kabupaten Lombok Utara. ABSTRACT The objectives of the study were: (1) to know the agreement between the landowner and the working capital owner with the farmers; (2) to know the proportion of income sharing between the landowner and the farmer and to know the remuneration or remuneration given by the tiller to the owner of the operational capital; (3) to know the application of income-sharing system between the parties supporting the development of corn agribusiness. The research location in Bayan and Kayangan sub-districts is the corn production center in North Lombok Regency. Selection of respondents was done by open sampling technique with a minimum number of 40 respondents of farmers. Data collection was done by structured interview, in-depth interview, focus group discussion, desk study and observation. Data and information analysis using content analysis, descriptive quantitative and qualitative as well as descriptive narration. The results showed that: Agreements agreed upon and adhered to between the landowner and the farmer are: In paddy fields, the share of mertelu, which is 1 (one) part for the owner of agricultural land and 2 (two) parts for the farmer with the agreement of all farm production cost from the processing of the soil until the crop ready for harvest is borne by the farmer, while the cost of harvest, postharvest and processing results, transport (transport) and sales are borne with landowners and smallholders. In the field of land, the profit share is 1 (one) part for the land owner and 3 (three) parts for the farmer with the agreement of all farming costs starting from the processing of the soil until the crop is ready to be harvested to the dependent of the farmer, postharvest, processing, transportation and sales costs shall be borne with landowners and smallholders. Cooperation agreement between the operational capital owner and the farmer owner is a capital loan (credit) system with a flat interest rate, while the profit sharing system is 50% share of the operational capital owner and 50% share of the farmer owner can not be realized as expected, because there are parties who suffered losses. Proportion of profit sharing between farmers and farmers in the profit-sharing system is landowners obtaining a proportion of 41.50% in Bayan Sub-district and 55.52% in Kecamatan Kayangan, while the share of farmers is 58.50% in Kecamatan Bayan and 44.48% in Kecamatan Kayangan. Remuneration or remuneration given by the farmer to the owner of operational capital in the credit system with the interest of plate 4.5% per semester of 5.2% of the gross margin of corn farming. Implementation of profit sharing system contributed to the expansion of corn farming area of ​​17.19%, and increased productivity of maize farming between 0.168 ku/ha to 0.193 ku/ ha, and KUR considered able to meet the financing needs in the development of corn agribusiness in North Lombok.
STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM DI KOTA MATARAM Ulfa Nuraini; L Sukardi; Efendy Efendy
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 31 No 1 (2021): Jurnal Agroteksos April 2021
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.786 KB) | DOI: 10.29303/agroteksos.v31i1.649

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui saluran pemasaran jamur tiram di Kota Mataram; (2) Mengetahui faktor internal dan eksternal usaha pemasaran jamur tiram di Kota Mataram; (3) Mengetahui strategi pemasaran jamur tiram di Kota Mataram. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penentuan daerah sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Jumlah responden ditentukan secara sensus sebanyak 19 orang petani jamur tiram. Teknik dan cara yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik survey dan alat analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Saluran pemasaran jamur tiram di Kota Mataram ada dua saluran. Saluran I: Produsen - Konsumen Akhir dengan harga jual Rp 22.500 /kg. Saluran II: Produsen - Pedagang Pengecer - Konsumen Akhir dengan harga jual Rp 27.500/kg; (2) Dari hasil analisis SWOT diketahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) usaha jamur tiram di Kota Mataram. Kekuatannya adalah: Kualitas jamur tiram yang baik, Besarnya modal yang terjangkau, Penetapan harga yang kompetitif, Mempertahankan pelanggan. Kelemahannya adalah: Masih kurangnya kegiatan promosi, Kurang adanya sistem pemasaran, Proses produksi masih menggunakan teknologi sederhana. Peluangnya adalah: Pangsa pasar jamur tiram yang masih luas, Jamur tiram dapat diolah menjadi produk turunan, Intervensi pemerintah. Ancamannya adalah: Adanya persaingan antara pembudidaya jamur tiram, Pengaruh pergantian musim/cuaca; (3) Strategi pemasaran yang dapat dilakukan oleh petani jamur adalah pertumbuhan agresif (growth oriented strategy) yaitu dengan memperluas pangsa, dan melalui peningkatkan nilai tambah dengan melakukan pengolahan produk dari jamur tiram segar.
ANALISIS DAYA SAING USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN BIMA Nur Atina Putri; Efendy Efendy; Tajidan Tajidan
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 30 No 2 (2020): Jurnal Agroteksos Agustus 2020
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (688.827 KB) | DOI: 10.29303/agroteksos.v30i2.566

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1).Menganalisis tingkat profitibilitas finansial Usahatani Bawang Merah di Kabupaten, (2) Menganalisis Daya saing Bawang Merah di Kabupaten Bima. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei. Unit analisis yang dianalisis dalam penelitian ini adalah Daya saing Bawang Merah di Kabupaten Bima. Penentuan daerah sampel dilakukan secara purposive sampling yang terdiri dari dkecamatan Woha, Kecamatan Sape dan Kecamatan Lambu. Sedangkan penentuan responden dilakukan secara Accidental Sampling yaitu sebanyak 50 responden. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan Analisis pendapatan dan Analisis daya saing menggunakan table police analysis Matrix (PAM). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bima memiliki keuntungan Privat sebesar Rp 21.217.584,69 dan keuntungan sosial sebesar Rp 50.686.866,84 yang artinya usahatani bawang merah di daerah penelitian layak untuk dikembangkan karena memiliki keuntungan kompetitif dan keuntungan komparatif.;(2) Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Bima memiliki daya saing karena memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif. Hal ini dapat dilihat dari nilai PCR 0,61 dan DRCR 0,46 dimana nilai masing-masing < 1 sehingga usahatani bawang merah ini layak untuk dikembangkan.; (3) Kebijakan pemerintah pada harga input-output terhadap usahatani Bawang Merah berdampak negatif bagi penerimaan petani pada harga privat output. Berdasarkan Nilai Transfer Bersih yang negatif dan nilai NPCO yang diperoleh sebesar 0,78 yang kurang dari < 1, namun kebijakan tersebut berdampak positif bagi petani pada harga privat input tradable berdasarkan NPCI yang diperoleh sebesar 0,94 yang berarti < 1 memberikan arti bahwa terdapat subsidi pupuk dan obat-obatan yang membantu petani dalam mengurangi biaya input produksi.