Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Peran Lembaga Hukum Adat Laot dalam mengatur sistem bagi hasil perikanan tangkap antar nelayan dengan pemodal di Kabupaten Aceh Barat Eva Wardah
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 2: No. 2 (October, 2015)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v2i2.337

Abstract

Peran lembaga Hukum Adat laot masing sangat mengakar pada masyakarat nelayan yang ada ada diwilayah  pesisir Provinsi Aceh. Keberadaannya bukan hanya sebatas mengatur kegiatan-kegiatan seremonial adat namun juga mengatur hubungan antara nelayan dengan pemilik modal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Lembaga Hukum Adat Laot dalam mengatur Sistem bagi hasil antara  antara nelayan perikanan tangkap dengan pemodal  di Kabupaten Aceh Barat.metode penelitian digunakan adalah metode survey dengan analisis data melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif berrdasarkan jawaban quisioner pada saat wawancara dengan responden. Hasil penelitian menunjukkan  persentase sumber modal nelayan perikanan  tangkap masih sebahgian besar berasal dari Tauke bangku dan sumber sendiri. Sistem bagi hasil perikanan tangkap mengikat tiga pihak meliputi; (1) pemilik perahu/boat,  (2) pawang pukat dan aneuk pukat serta (3)  tauke bangku dan masing memiliki kewajiban dan hak yang harus dipenuhi. Kepatuhan terhadap Ketentuan hukum adat laot tentang bagi hasil antara nelayan dan pemilik modal dengan menjunjung kemaslahatan hubungan antara pemilik modal dengan pawang dan aneuk pukat masih berlaku dan diterapkan pada kehidupan nelayan perikanan tangkap di Kabupaten Aceh Barat. Role of Laot Customary Law institution still deeply exists in the fishermen society existing at coastal region of Aceh province. Its existence is not only to regulate the tradition ceremonial activities but also to regulate the relationship of  fishermen and the investor. This study aimed to determine the role of Laot Customary Law Institution in regulating the system of profit sharing between the fishermen with the investor at  West Aceh district. Research method used was survey method with data analysis through quantitative and qualitative approaches based on the answers of questionnaires during interviewing respondents. The results showed that the percentage of capital sources of fishermen was mostly from the their boss called tauke bangku and their own capital. Fishery profit sharing system involved three parties such as; (1) the boat owner, (2) the trawl handler and trawl crew and (3) tauke bangku. Each party had obligations and rights that must be fulfilled. Compliance onto the regulation of laot customary law about profit sharing between fishermen and investor by holding the benefits of the relationship of among capital owners, trawl handler and trawl crew was still valid and applicable to the life of fishermen at West Aceh.
Characteristics of Innovations in the Cultivation Process of Intensive Red Chili Eva Wardah; Setia Budi
Journal of Tropical Horticulture Vol 2, No 2 (2019): October 2019
Publisher : Indonesian Society for Horticulture (Perhimpunan Hortikultura Indonesia Komisariat Aceh)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1251.857 KB) | DOI: 10.33089/jthort.v2i2.22

Abstract

The characteristics of innovation and the process of implementing intensive red chili cultivation need to get training from parties involved in intensive red chili cultivation activities. The purpose of this study is to determine farmers' assessment of the innovation characteristics of intensive red chili cultivation. The research sample consisted of 32 red chili farmers in Meurah Dua District, Pidie Jaya Regency, Indonesia. This research was conducted through a qualitative descriptive approach with data measurement using a Likert scale. Based on farmers' responses to the innovation characteristics of intensive red chili cultivation, the results sequentially showed that the cultivation (1) having a relative profit level, (2) easy to try, (3) suitability level, (4) observable, and (5) level of innovation complexity. The process of red chili cultivation activities include; (1) seed procurement and seeding, (2) land management, (3) planting, (4) plant maintenance, (5) pest and disease control, and (6) harvesting. The role of agricultural extension is needed to continue to provide training and assistance to address problems faced by intensive red chili farmers especiallyin the selection of superior seeds and good seeding process, balanced fertilization, integrated pest and disease control.
Dampak Keberadaan Lembaga Hukum Adat Laot Dalam Kehidupan Nelayan Aceh Terhadap Tingkat Pendapatan Nelayan (Studi kasus: Pada masyarakat nelayan di Kabupaten Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) Eva Wardah
Agrium Vol 11, No 2 (2014)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/agrium.v11i2.616

Abstract

Masalah yang dikaji dalam studi ini diarahkan pada Dampak keberadaan Lembaga Hukum Adat Laot sebagai salah satu model pengelolaan perikanan berbasis masyarakat yang masih tetap eksis dalam lingkungan nelayan Aceh untuk dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan pendapatan nelayan. Berdasarkan hasil analisa data yang digunakan dalam penelitian ini secara umum peran LHAL belum efektif dalam kehidupan masyarakat nelayan, sehingga pemerintah dirasa perlu memberikan perhatian serius kepada nelayan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana penangkapan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan hasil tangkapan yang berdampak terhadap peningkatan pendapatan. Usaha yang dilakukan diantaranya penguatan kelembagaan Panglima Laot dengan cara mengefektifkan kelembagaan dan berupaya meningkatkan pemahaman nelayan tentang Lembaga Hukum Adat Laot.
CONSTRAINTS AND ROLE OF AGRICULTURAL EXTENSION PARTNERSHIPS IN APPLICATION RICE FIELD RICE CULTIVATION INNOVATIONS TO REALIZE FOOD SECURITY Setia Budi; Eva Wardah
International Journal of Economic, Business, Accounting, Agriculture Management and Sharia Administration (IJEBAS) Vol. 2 No. 6 (2022): December
Publisher : CV. Radja Publika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54443/ijebas.v2i6.587

Abstract

Research in the long term aims to produce a partnership model in the application of lowland rice cultivation innovations to increase rice production to realize food security in the region in Aceh Province. In particular, this study aims to (1) identify and analyze the constraints in increasing rice production in Pidie Jaya Regency, (2) identify and analyze the role of agricultural extension partners in implementing innovations in lowland rice cultivation in Pidie Jaya Regency. This research is an action research on the application of innovation combined with a survey method which was carried out to see the pattern of partnerships in the application of innovation in lowland rice cultivation to realize food security in Pidie Jaya Regency. The location of this research was conducted intentionally in Pidie Jaya Regency. Focus Group Discussion) with stakeholders aboutthe potential role of each party in the partnership pattern. The results of the study showinnovations applied to lowland rice cultivation for food security include; superior seed innovation, land management, cropping system with agricultural mechanization, jajar legowo planting pattern, biological pest control (Rubuha), balanced fertilization and harvest implementation using agricultural mechanization. (1) constraint indicatorsthe availability of fertilizers (very constrained), pest and disease attacks, and the availability of extension workers, and the availability of agricultural tools and machinery (constrained) as well as garden patterns that are not simultaneously, the availability of irrigation water, and the low use of superior seeds are in the less constrained category. (2) farmers perceive the role of partners in implementing innovations in rice field cultivationlocal governments and farmers' institutions have played a role, while universities and the private sector/entrepreneurs are in the category of having quite a role.
Peran Lembaga Hukum Adat Laot dalam mengatur sistem bagi hasil perikanan tangkap antar nelayan dengan pemodal di Kabupaten Aceh Barat Eva Wardah
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 2: No. 2 (October, 2015)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v2i2.337

Abstract

Peran lembaga Hukum Adat laot masing sangat mengakar pada masyakarat nelayan yang ada ada diwilayah  pesisir Provinsi Aceh. Keberadaannya bukan hanya sebatas mengatur kegiatan-kegiatan seremonial adat namun juga mengatur hubungan antara nelayan dengan pemilik modal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Lembaga Hukum Adat Laot dalam mengatur Sistem bagi hasil antara  antara nelayan perikanan tangkap dengan pemodal  di Kabupaten Aceh Barat.metode penelitian digunakan adalah metode survey dengan analisis data melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif berrdasarkan jawaban quisioner pada saat wawancara dengan responden. Hasil penelitian menunjukkan  persentase sumber modal nelayan perikanan  tangkap masih sebahgian besar berasal dari Tauke bangku dan sumber sendiri. Sistem bagi hasil perikanan tangkap mengikat tiga pihak meliputi; (1) pemilik perahu/boat,  (2) pawang pukat dan aneuk pukat serta (3)  tauke bangku dan masing memiliki kewajiban dan hak yang harus dipenuhi. Kepatuhan terhadap Ketentuan hukum adat laot tentang bagi hasil antara nelayan dan pemilik modal dengan menjunjung kemaslahatan hubungan antara pemilik modal dengan pawang dan aneuk pukat masih berlaku dan diterapkan pada kehidupan nelayan perikanan tangkap di Kabupaten Aceh Barat. Role of Laot Customary Law institution still deeply exists in the fishermen society existing at coastal region of Aceh province. Its existence is not only to regulate the tradition ceremonial activities but also to regulate the relationship of  fishermen and the investor. This study aimed to determine the role of Laot Customary Law Institution in regulating the system of profit sharing between the fishermen with the investor at  West Aceh district. Research method used was survey method with data analysis through quantitative and qualitative approaches based on the answers of questionnaires during interviewing respondents. The results showed that the percentage of capital sources of fishermen was mostly from the their boss called tauke bangku and their own capital. Fishery profit sharing system involved three parties such as; (1) the boat owner, (2) the trawl handler and trawl crew and (3) tauke bangku. Each party had obligations and rights that must be fulfilled. Compliance onto the regulation of laot customary law about profit sharing between fishermen and investor by holding the benefits of the relationship of among capital owners, trawl handler and trawl crew was still valid and applicable to the life of fishermen at West Aceh.
Menakar Kendala Penerapan Sistem PsPSP Terhadap Peningkatan Produksi Pada Usaha Tani Kakao Aceh Eva Wardah; Setia Budi
Agrifo : Jurnal Agribisnis Universitas Malikussaleh Vol 5, No 2 (2020): November 2020
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh – Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/ag.v5i2.5277

Abstract

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak dari penerapan sistem PsPSP pada usaha tani kakao yang ada di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kendala-kendala dalam penerapan sistem PsPSP (Panen sering, Pemangkasan, Sanitasi dan Pemupukan) pada usaha tani kakao untuk peningkatan  produksi kakao. Penelitian ini mengunakan metode survei di mana penentuan lokasi ditentukan secara purposive (sengaja) di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Data primer didapatkan dari responden melalui observasi dan wawancara terstruktur (kuesioner), sedangkan data skunder diperoleh dari berbagai instansi yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif   dengan beberapa alat analisis sesuai dengan kebutuhan penelitian ini  yang kemudian dideskripsikan dalam hasil penelitian sehingga menghasilkan gambaran kendala dari penerapan sistem PsPSP usaha tani kakao di Aceh. Hasil penelitian menunjukkan secara penerapan seluruh pelaksanaan sistem PsPSP dalam meningkatkan produksi kakao belum optimal. Secara berurutan kegiatan pemangkasan dan sanitasi  masih dirasakan kendalanya, sedangkan kegiatan panen sering dan pemupukan tidak dirasakan kendala yang berarti oleh petani. Perlu ditingkatkan kemampuan petani khususnya keterampilan dalam penerapan sistem PsPSP untuk meningkatkan produksi kakao.
ANALISIS KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN ACEH UTARA Nur Aini; Hafni Zahara; Eva Wardah
Agrifo : Jurnal Agribisnis Universitas Malikussaleh Vol 7, No 2 (2022): Vol 7, Nomor 2 : November 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh – Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/ag.v7i2.12988

Abstract

The performance of agricultural extension workers is the result of work achieved by agricultural extension officers in North Aceh Regency in accordance with the duties and responsibilities given to him for the achievement of agricultural extension goals that have been set. This study aims to analyze the performance of agricultural extensionists in North Aceh district and to determine the relationship of extension characteristics with the performance of agricultural extensionists in North Aceh Regency. The analysis method used is descriptive qualitative and quantitative. The results showed that the performance of agricultural extensionists in North Aceh District was very good with an average index value of 81.32%. There are two significant relationships between the characteristics of extension, namely the age and working period of the extension with the performance of extension workers at the stage of agricultural extension preparation with a significant value below 0.05 which is 0.039. The correlation coefficient is negative (-) which means that there is an indirect relationship between the age and working life of the extension and the performance of the extension.
Peran Lembaga Adat “Keujruen Blang” Pada Usaha Tani Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara Setia Budi; Eva Wardah
Agrifo : Jurnal Agribisnis Universitas Malikussaleh Vol 6, No 1 (2021): Vol 6, Nomor 1 : April 2021
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh – Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/ag.v6i1.4995

Abstract

Keujruen Blang merupakan lembaga adat yang mengakar dalam kehidupan petani di Provinsi Aceh. Keberadaannya menjadi mitra strategis  pemerintah dalam kegiatan pembangunan, khususnya pemberdayaan petani padi sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Keujruen Blang pada kegiatan usaha tani  padi sawah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus melalui pendekatan deskriptif kualitatif, Pengolahan data dilakukan dengan statistik nonparametrik dan pengukuran data menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan Keujruen Blang masih dirasakan perannya oleh masyarakat tani padi sawah dalam hal; (1)mengatur pembagian air ke sawah petani, (2)menentukan dan mengoordinir jadwal  turun ke sawah, (3) menyelesaikan sengketa antara petani padi sawah (4)mengoordinasikan khanduri blang (5)menyosialisasikan dan memberikan sanksi kepada petani yang melanggar hukum adat serta (6) mengutip iuran  pada masyarakat tani padi sawah. Keterlibatan aktif para Keujruen Blang sangat diperlukan mulai dari merumuskan rencana, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dari kegiatan usaha tani pada masyarakat tani padi sawah di Kabupaten Aceh Utara
Pelaksanaan SL-PTT Dan Peran Penyuluh Terhadap Petani Kakao Di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Eva Wardah; Setia Budi
Agrifo : Jurnal Agribisnis Universitas Malikussaleh Vol 3, No 2 (2018): November 2018
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh – Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/ag.v3i2.1107

Abstract

This study aims to determine the application of SL-PTT to smallholder cocoa farmers and the role of agricultural extension agents in cocoa cultivation activities in Banda Baru Sub District, Pidie Jaya District. This research uses survey method. Primary data was obtained from structured interviews (quisioner) while secondary data were obtained from various agencies that were related to this research. Data were analyzed quantitatively and qualitatively and described in the results of the study. The results showed that the majority of members of the Cocoa farmer group were productive working age for farming, the majority only had formal junior high school education level (SLTP). More than half of Cocoa farmers have a family burden of 3-5 people. The land area of kakao farmers is in the medium category (1-3 Ha). The application of SL-PTT in the People's Cocoa Farming is in the role category. Furthermore, the role of instructors as initiators, mediators, facilitators is in the very instrumental category, while the role of instructors as dynamicators and organizers is in the role category. Strengthening is needed for extension agents, especially in terms of strengthening farmer group institutions and the ability and skills to motivate farmer group members to implement innovations offered by extension workers in cocoa farming activities