Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Gambaran Work-Life Balance Karyawan Multiple Careers yang Menerapkan Sistem Kerja Remote Wendra Wijaya; Luthfiah Mu'taz Nugroho; Tiara Puspa Fidyarani; Ignatius Emmanuel Ninno; Daniel Lie; Roland Bonggo Pribadi
PSIKODIMENSIA Vol 21, No 1: Juni 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/psidim.v21i1.4650

Abstract

AbstrakSaat ini, banyak perusahaan yang menerapkan sistem kerja remote. Sistem kerja ini dimanfaatkan oleh banyak karyawan untuk memiliki lebih dari satu pekerjaan dan disebut dengan istilah multiple careers. Meskipun demikian, sampai saat ini belum ada penelitian yang menggambarkan Work-Life Balance (WLB) pada karyawan yang memiliki multiple careers dan menerapkan sistem kerja remote. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan WLB pada karyawan yang memiliki multiple careers dan menerapkan sistem kerja remote. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan empat informan yang merupakan karyawan dengan multiple careers dan menerapkan sistem kerja remote. Terdapat keunikan pada hasil penelitian yang dapat dilihat dari setiap jawaban informan yang dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu informan yang sudah menikah dan yang belum menikah. Informan yang sudah menikah merasa dapat mengimbangi WLB secara proporsional. Sedangkan, informan yang belum menikah merasa belum dapat mengimbangi WLB secara proporsional. Meskipun demikian, pada akhirnya semua informan mengatakan bahwa mereka senang dengan apa yang mereka jalankan karena adanya support system.Kata kunci: Multiple Careers, Remote Work, Work-Life Balance AbstractMany companies are currently implementing remote working system and this allows employees to have more than one job. For these people, they are referred as employees who are having multiple careers. However, there is not yet a study focussing on these people. Thus, the aim of this current study is to illustrate work-life balance of employees who have multiple careers and working remotely. This research adopts a qualitative approach involving four informants and using thematic analysis. One interesting result shows that married employees with multiple careers are better in balancing in work and life than those who are not. In sum, all participants feel happy about their daily job because of the support system.Keywords: Multiple Careers, Remote Work, Work-Life Balance
GAMBARAN ORGANIZATIONAL COMMITMENT PADA KARYAWAN TALENT DI PT X Florencia Florencia; Marsha Luqyana Qanita; Fadillah Yulinda Sari; Angelica Sarah Pande Iroot; Daniel Lie; Roland Bonggo Pribadi
Psyche: Jurnal Psikologi Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36269/psyche.v4i2.855

Abstract

Permasalahan yang dihadapi oleh PT X adalah banyaknya karyawan berbakat yang mengundurkan diri dan mencari pekerjaan di perusahaan lain. Mengingat posisi karyawan berbakat sangat penting di PT X yaitu untuk menggantikan posisi-posisi yang memiliki peranan penting di perusahaan dan merupakan karyawan-karyawan berbakat yang dipilih oleh perusahaan yang diharapkan mampu memberikan potensi dan kontribusi terbaik yang mereka miliki untuk perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan berbakat memiliki komitmen yang rendah pada perusahaan atau yang sering disebut dengan istilah organizational commitment. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran organizational commitment pada karyawan talent di PT X. Pengambilan data di dalam penelitian ini menggunakan kuesioner berbasis daring pada seluruh populasi karyawan talent di PT X sebanyak 60 orang. Partisipan diambil berdasarkan data dari perusahaan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: Laki-laki/Perempuan, Karyawan yang sedang menjalani program talent di Perusahaan X tersebut, telah menempuh Pendidikan minimal SMA/SMK/Sederajat. Alat ukur Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) yang digunakan memiliki tiga dimensi yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment masing-masing dimensi terdiri dari delapan butir. Hasil dari penelitian ini menyatakan gambaran organizational commitment pada karyawan talent PT X memiliki rata-rata mean yang berbeda-beda pada setiap dimensi; affective dan continuance commitment tergolong tinggi, sedangkan normative commitment tergolong rendah.
Gambaran Work-Life Balance pada Wanita Single Parent yang Bekerja Daniel Lie; Elisabet Hana Megumi; Agnes Zaneta; Pavelin Mapela Barasih Zalukhu; Riani Gianti; Roland Bonggo Pribadi
PSIKODIMENSIA Vol 21, No 2: Desember 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/psidim.v21i2.4656

Abstract

Indonesia memiliki banyak pekerja wanita berstatus single parent yang mencari nafkah sambil mengurus rumah tangga. Melihat banyaknya jumlah pekerja single mother terus bertambah, sampai saat ini belum ada penelitian mengenai Work-Life Balance (WLB) pada single mother yang bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran WLB pada single mothers yang memiliki peran ganda. Sebuah penelitian sebelumnya ditemukan telah meneliti WLB dengan partisipan yang hanya berfokus pada ekspatriat, sehingga peneliti ingin mengkritisi penelitian menjadi lebih spesifik pada gender wanita. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan grounded theory pada sembilan wanita single parent yang bekerja untuk mengeksplorasi definisi, tantangan, dan dukungan dari WLB. Hasil penelitian ini menemukan suatu keunikan bahwa wanita single parent berperan ganda yang anaknya masih berada di fase early childhood dan middle childhood merasa dapat mencapai WLB. Sedangkan bagi seorang wanita single parent berperan ganda yang anaknya sudah di fase adolescence merasa bahwa WLB mereka belum seimbang. Meski begitu, seluruh partisipan tetap merasa bahagia dan nyaman dalam menjalani kehidupan, berkat kehadiran anak, keluarga, dan lingkungan sekitar yang mendukungnya.
Pengaruh Modal Psikologis terhadap Kesejahteraan Subjektif Karyawan Sales Start-Up di PT. X Kornelius Rio; Zamralita Zamralita; Daniel Lie
PSIKODIMENSIA Vol 21, No 2: Desember 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/psidim.v21i2.4649

Abstract

PT. X merupakan perusahaan start-up yang bergerak di bidang teknologi keuangan. Keberhasilan yang didapat tidak terlepas dari karyawan sales yang menjadi ujung tombak. Karyawan sales menunjukkan berbagai emosi mulai dari emosi positif sampai emosi yang Tidak sedikit pula yang puas atas kehidupannya dan bangga. Hal tersebut disebut sebagai kesejahteraan subjektif. Dalam mengerjakan tugasnya, karyawan sales memiliki keyakinan, mempunyai tujuan, dan merasa optimis akan hidupnya. Kondisi tersebut disebut sebagai modal psikologis. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh modal psikologis terhadap kesejahteraan subjektif pada 271 karyawan sales yang bekerja di PT. X. Hipotesis pada penelitian ini adalah modal psikologis memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pada karyawan sales start-up di PT. X. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan subjektif adalah Satisfaction With Life Scale yang dikembangkan oleh Diener dkk. (1985) dan The Positive and Negative Affect Schedule yang dikembangkan oleh Watson dan Clark (1988). Sedangkan untuk modal psikologis menggunakan Psychological Capital Questionnaire dari Luthans dkk. (2007). Hasil regresi menunjukkan bahwa modal psikologis berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif (β=0.630, F=176.779, t=13.296, p0.05).
The Antecedents of Intention to Stay among Millenials: Work Engagement as Mediator Kiky Dwi Hapsari Saraswati; Daniel Lie; David Sugianto Lie; Septia Winduwati
Jurnal Komunikasi Vol. 15 No. 2 (2023): Jurnal Komunikasi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jk.v15i2.23551

Abstract

Study on millenial generation is essential to conduct since in the near future the millenials will dominate the workforce and hold strategic positions in industry. According to references, millenials are well-known for their reluctance to stay working in one place for a long-time period. Many speculations have arisen to explain the issue, whether it is caused by their positive as well as the negative characteristics. This study aimed to investigate the factors affecting millenial’s intention to stay. Three levels of context were involved as researched variables, namely work passion, quality of work life, and work engagement as mediator. Quantitative and non-experimental study was applied to test the hypotheses. Using convenience sampling technique, 125 millenial workers in Jakarta, Indonesia, were recruited and completed the online questionnaires. The questionnaires to measure the researched variables are Intention to Stay Scale, Work Passion Scale, Quality of Work Life Scale, and Utrecht Work Engagement Scale (UWES). Regression analysis reported that intention to stay was significantly affected by work passion and quality of work life. Moreover, work engagement was also proven to be a significant mediator that bridged the association between intention to stay and both of independent variables, namely work passion and quality of work life.