Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PERBEDAAN KOMITMEN ORGANISASI PADA DOSEN TETAP DITINJAU DARI KARAKTERISTIK PERSONAL Zamralita Zamralita
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol 9, No 1 (2017): Provitae
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/provitae.v9i1.533

Abstract

Lecturers are professional educators and scientists. Their main tasks are transforming, developing and disseminating knowledge, technology and arts through education, research and community service. Organizational commitment is an important factor that needs to be owned by the lecturers in order to retain in the organization as well as to perform their best work performance to the organization. Research of organizational commitment on full-time lecturers is important to be done because it may affect the lecturers’ work behavior in teaching and learning process and their work performance. The purpose of this study is to obtain an overview of the organizational commitment on full-time lecturers in terms of their personal characteristics. The theory used is organizational commitment proposed by Allen and Meyer (1990). Organizational commitment consists of three dimensions: affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. Quantitative method is used to analyze the data. The participants are 602 full-time lecturers from the best private universities in Indonesia. Data was collected by distributing the organizational commitment questionnaire which was adapted from Allen and Meyer’s version (1990). The results showed that the full-time lecturers have a high organizational commitment (M = 3.00). Each dimensions of organizational commitment are also high: affective commitment (M = 3.18); continuance commitment (M = 2.89); and normative commitment (M = 2.96). Furthermore, in terms of personal characteristics, there are significant differences on organizational commitment of full-time lecturers in gender, age, job tenure and functional position of lecturer, but there is no significant difference on organizational commitment in term of educational level.Keywords: organizational commitment, personal characteristic, full-time lecturer
PERAN MODAL PSIKOLOGIS SEBAGAI MEDIATOR PADA HUBUNGAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI TERHADAP KINERJA INDIVIDUAL KARYAWAN Hilmma Hermawan; Zamralita Zamralita; Rita Markus Idulfilastri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.10877.2022

Abstract

This study discusses about individual work performance of employees who have an above average IWP score, experienced organizational change. The purposes of this study was examined the mediating effect of psychological capital in relation of perceived organizational support and individual work performance. A total of 334 employees with a minimum one year experience of work participated in this study. The study was using adapted form of IWPQ-46, POSS-36, and PCQ-24 questionnaires. Measurement being done with Structural Equation Modeling (SEM) method and measurement model using Confirmatory Factor Analysis (CFA) with Lisrel 10.0. Structural model testing showed that perceived organizational support significantly correlated with individual work performance (SFL=+0,13, t-values = +3,43), and significant mediating effect of psychological capital was found. Only support from optimism mediated the perceived organizational support and individual work performance of employees (SFL=+0,76, t-values = +12,16), and neither support from sef-efficacy, hope and resiliency show any significant correlations as mediating variables. As conclusion, hypotheses was tested and confirmed. The findings shows perceived organizational support positively correlated with individual work performance, and support from optimism can help buffer the impact of less perceived organizational support condition on employees’ performance. The other dimensions of psychological capital show no significant correlations.
PENGARUH KECEMASAN TERHADAP PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE Ivana Kamilie; Rismiyati E. Koesma; Zamralita Zamralita
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.9606.2020

Abstract

Physical decline will occur gradually in middle adulthood. One of the big things related to the physical condition of middle adult women is the period of perimenopause. Not only physically, the perimenopause period will also affect the emotional aspects of women. In this period, women will experience a higher level of anxiety rather than other developmental periods. The anxiety experienced not only affects the individual, but can also have an impact on the couple, such as affecting marriage satisfaction, marriage quality, and sexual satisfaction. One term that is quite broad and can summarize these aspects is marital adjustment. This study aims to determine the effect of anxiety on marital adjustment in perimenopause women. Participants in this study were 182 women, aged 40-50 years who experienced perimenopause symptoms (hot flashes, vaginal dryness, easy headaches, bone loss, increased levels of bad cholesterol, dry skin, difficulty concentrating, forgetfulness, decreased sexual desire and fertility, mood changes, irritability, increased symptoms of depression and anxiety). The measuring instruments used in this study were the State-Trait Anxiety Inventory (STAI) and the Dyadic Adjustment Scale (DAS). In this study, the analysis technique used is simple linear regression. The results showed a negative effect of anxiety on marriage adjustment (B = -0.583, p <0.01). The higher the anxiety, the lower the marriage adjustment, and vice versa. The amount of influence given by anxiety on marital adjustment is 34%. Penurunan fisik akan terjadi secara bertahap pada masa dewasa madya. Salah satu hal besar yang berhubungan dengan kondisi fisik pada wanita dewasa madya adalah periode perimenopause. Tidak hanya berpengaruh secara fisik, periode perimenopause juga akan memengaruhi aspek emosional pada wanita. Pada periode ini, wanita akan mengalami tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pada masa perkembangan lainnya. Kecemasan yang dialami tidak hanya berdampak pada individu, namun juga dapat berdampak pada pasangan, seperti memengaruhi kepuasan pernikahan, kualitas pernikahan, dan kepuasan seksual, Salah satu istilah yang cukup luas dan dapat merangkum aspek-aspek terseut adalah penyesuaian pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kecemasan terhadap penyesuaian pernikahan pada wanita perimenopause. Partisipan pada penelitian ini adalah 182 wanita, berusia 40-50 tahun yang mengalami simptom perimenopause (hot flashes, rasa kering pada vagina, mudah sakit kepala, pengeroposan tulang, peningkatan kadar kolesterol jahat, kulit kering, sulit berkonsenterasi, mudah lupa, penurunan gairah seksual dan kesuburan, perubahan kondisi mood, mudah tersinggung, peningkatan gejala depresi dan kecemasan). Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah State-Trait Anxiety Inventory (STAI) dan Dyadic Adjustment Scale (DAS). Pada penelitian ini teknik analisa yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh negatif kecemasan terhadap penyesuaian pernikahan (B = -0.583, p < 0.01). Semakin tinggi kecemasan maka penyesuaian pernikahan akan semakin rendah, dan sebaliknya. Adapun besar pengaruh yang diberikan kecemasan terhadap penyesuaian pernikahan adalah sebesar 34%.
PERAN KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP DENGAN STRES SEBAGAI MEDIATOR PADA WANITA PERAN GANDA Agita Presilia; Rismiyati E Koesma; Zamralita Zamralita
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.3552

Abstract

Konflik pekerjaan-keluarga banyak dialami pada wanita peran ganda karena mengalami ketidakseimbangan dalam menjalankan tuntutan dalam pekerjaan maupun dalam keluarga. Hal ini akan mempengaruhi kepuasan wanita peran ganda dan mengalami dampak negatif dalam kehidupan sehingga akan menurunkan kualitas hidupnya. Namun, didapatkan hasil yang berbeda, di mana hubungan konflik pekerjaan-keluarga terhadap kualitas hidup dinyatakan tidak cukup kuat, sehingga dalam penelitian ini menggunakan variabel mediator yaitu stres. Konflik pekerjaan-keluarga dapat menyebabkan stres pada wanita peran ganda, sehingga akan mempengaruhi kualitas hidupnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran konflik pekerjaan-keluarga terhadap kualitas hidup dengan stres sebagai mediator. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan wanita di Kementerian X yang sudah menikah dan juga sudah memiliki anak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan juga dilanjutkan melalui teknik convenience sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 183 karyawan wanita peran ganda. Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur, yaitu Multdimensional Scale of Work-Family Conflict, World Health Organizational Quality of Life (WHOQOL-BREF), dan juga skala stres umum. Pengujian model dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) menggunakan LISREL 8.70. Hasil pengujian model menunjukkan bahwa stres dapat berperan sebagai mediator dengan nilai p-value < 0.05, dan RMSEA <0.08, dan dapat memediasi secara parsial pada konflik pekerjaan-keluarga terhadap kualitas hidup. Hasil nilai standardized solution untuk peran konflik pekerjaan-keluarga terhadap kualitas hidup yang awalnya hanya -0.66 menjadi -0.83. Dengan kata lain, hasil ini mengindikasikan bahwa individu yang mengalami konflik pekerjaan-keluarga, ketika mengalami stres, akan memiliki kualitas hidup yang lebih rendah. Work-family conflicts are mostly experienced by multiple roles women because they experience an imbalance in carrying out demands at work and in the family. This will affect the satisfaction of multiple roles women who experience negative impacts that will lower their quality of life. However, different results were obtained, where the relationship between work-family conflict and quality of life was declared not strong enough, therefore, this study used stress as a mediator variable. Work-family conflict can cause stress in multiple roles women, so it will affect the quality of life. Therefore, this study aims to look at the role of work-family conflict on the quality of life with stress as a mediator. The population in this study were female employees in Ministry X who were married and had children. The sampling technique used was purposive sampling and also continued through convenience sampling technique. The number of samples in this study were 183b employees who were multiple roles women. This study used three measuring instruments, namely the Multdimensional Scale of Work-Family Conflict, World Health Organizational Quality of Life (WHOQOL-BREF), and also the general stress scale. Model testing was carried out using Structural Equation Modeling (SEM) using LISREL 8.70. The results of the model testing show that stress can act as a mediator with p-value of <0.05, and RMSEA of <0.08, and can partially mediate work-family conflicts with quality of life. The result of the standardized solution value for the role of work-family conflict on quality of life decreased from -0.66, to -0.83. In other words, these results indicate that individuals who experience work-family conflict, when experiencing stress, will have lower quality of life.
PERAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN PERSEPSI PELUANG KERJA TERHADAP INTENSI PINDAH KERJA Yudhistira Victoria; Zamralita Zamralita; Kiky Dwi Hapsari Saraswati
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.906

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis peran dari kualitas kehidupan kerja dan persepsi peluang kerja terhadap intensi pindah kerja karyawan PT. X berperan terhadap intensi pindah kerja. Intensi pindah kerja adalah keinginan individu untuk keluar dari suatu organisasi dan berpindah ke organisasi lain. Kualitas kehidupan bekerja adalah persepsi pekerja terhadap suasana dan pengalaman pekerja di tempat kerja mereka. Sedangkan persepsi terhadap peluang kerja adalah proses tanggapan yang terjadi dalam diri individu terhadap keadaan pasar tenaga kerja. Tinggi dan rendahnya kesesuaian keadaan antara pencari kerja dan pekerjaan yang ditawarkan akan menentukan besarnya intensi karyawan untuk meninggalkan organisasi. Penelitian ini melibatkan 300 responden yang merupakan karyawan PT. X. Metode survei secara online melalui portal karyawan berbentuk closed-ended question diberikan kepada responden. Data dianalisis dengan menggunakan regresi linear ganda. Hasil penelitian menunjukkan nilai F sebesar 70,780 dengan signifikansi (p) sebesar 0,000 (p < 0,05) dan nilai R2 sebesar 0,323 yang berarti terdapat peran yang signifikan antara kualitas kehidupan kerja dan persepsi peluang kerja terhadap intensi pindah kerja karyawan di PT. X dengan kontribusi sebesar 32,3%, sedangkan kontribusi peran kualitas kehidupan kerja adalah 30% dan kontribusi persepsi peluang kerja adalah 3,7%. Intervensi yang dilakukan adalah menyusun program pelatihan dan memperbaiki uraian pekerjaan sesuai dengan kebutuhan perusahaan saat ini.
GAMBARAN KEPRIBADIAN KASIR SUPERMARKET DI PT XYZ Octavianus Prabowo; Zamralita Zamralita
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v2i1.2055

Abstract

Salah satu posisi penting di sebuah supermarket termasuk di PT XYZ adalah posisi kasir. Posisi ini dianggap penting, karena kasir merupakan muara atau akhir dari pengalaman berbelanja pelanggan di sebuah supermarket. Hal ini membuat seluruh pelanggan yang berbelanja dipastikan berinteraksi dengan kasir. Kasir di PT XYZ secara umum memiliki tugas utama yaitu melakukan pelayanan transaksi belanja pelanggan dan memastikan jumlah uang modal dan hasil pendapatan. Untuk dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik, peneliti menduga kasir harus memiliki karakteristik kepribadian tertentu yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh gambaran kepribadian kasir supermarket di PT XYZ. Teori yang digunakan adalah trait kepribadian dari Costa dan McCrae (1992) yang terdiri dari 5 trait yaitu trait openness to experience, trait conscientiousness, trait extraversion, trait agreeableness, dan trait neuroticism. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kuantitatif. Responden penelitian adalah 154 orang kasir di PT XYZ yang tersebar di toko Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan Kasir di PT XYZ memiliki trait extraversion yang tinggi (M = 3,20), trait conscientiousness yang tinggi (M = 3,17), trait openness to experience pada kategori rendah (M = 2,98), trait agreeableness yang rendah (M = 2,78), dan trait neuroticism yang rendah (M = 2,57).
GAMBARAN TURNOVER INTENTION PADA KARYAWAN GENERASI Y DI PT. XYZ (IT SOLUTION COMPANY) Aisyah Ning Asih; Zamralita Zamralita
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.980

Abstract

PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang IT Solution yang memiliki 14 kantor cabang di seluruh Indonesia. Dengan pertumbuhan ekonomi PT. XYZ yang semakin meningkat, terdapat beberapa masalah yang cukup mengkhawatirkan dan membutuhkan perhatian khusus. Dalam tiga tahun terakhir, diketahui bahwa terjadi turnover yang terus meningkat di setiap tahunnya. Di mana dari data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa turnover di PT. XYZ banyak terjadi pada karyawan dengan tingkat pendidikan S1 ke atas dan rentang usia 20-35 tahun dengan masa kerja yang berada dalam rentang satu sampai lima tahun. Hal ini tentu menjadi perhatian serius mengingat karyawan dalam rentang usia tersebut merupakan karyawan generasi Y yang diharapkan menjadi generasi penerus yang nantinya mampu membangun perusahaan menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh gambaran turnover intention pada karyawan generasi Y di PT. XYZ. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitaf non experimental dengan metode deskriptif. Sebanyak 114 responden yang tersebar di kota Medan, Palembang, Serang, Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, dan Makassar berpartisipasi dalam penelitian ini. Data diperoleh melalui kuesioner turnover intention scale yang diadaptasi dari Tet & Mayer (1993) yaitu six item version of Turnover Intention Scale (TIS-6) yang berisi 10 butir pernyataan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki nilai yang pengaruh yang signifikan yaitu sebesar 0,000. Hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi turnover intention yang akan terjadi. Selain itu, departemen memiliki nilai yang signifikan yaitu sebesar 0,031. Hal ini menggambarkan departemen di PT. XYZ memiliki pengaruh yang signifikan terhadap turnover intention terutama pada pada departemen Internal Audit dan HRD yang menunjukkan adanya keinginan untuk berpindah pekerjaan yang tinggi.
GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY) Rian Pri; Zamralita Zamralita
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.981

Abstract

PT EG adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing. Saat ini PT EG telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Keberhasilan PT EG tentunya tidak terlepas dari karyawan sebagai mitra kerja yang terbukti telah memiliki kontribusi besar dalam setiap kegiatan untuk kelangsungan PT. EG. Dalam melaksanakan tugasnya, karyawan di PT EG menunjukkan antusiasme dan bersedia mengaplikasikan energi yang dimiliki untuk menyelesaikan tuntutan kerja yang diberikan, tidak sedikit pula karyawan yang merasa bangga terhadap pekerjaannya. Kondisi ini menunjukkan adanya work engagement yang dimiliki antara karyawan. Work engagement didefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang mampu berkomitmen dengan organisasi baik secara emosional maupun intelektual. Dengan demikian peneliti memutuskan untuk melakukan studi tentang work engagement pada karyawan di PT EG. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitaf non experimental dengan metode deskriptif. Data diperoleh melalui kuesioner work engagement yang diadaptasi dari Utrech Work Engagement Scale (UWES) yang berisi 17 butir pernyataan (Schaufeli dan Bakker, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat work engagement di antara karyawan di PT EG tergolong tinggi (M=5.57). Berikut adalah nilai rata-rata dimensi work engagement, vigour (M = 5,676), dedication (M = 5,715), absorption (M = 5,36). Hal ini menunjukkan bahwa semua karyawan memiliki work engagement yang tinggi, yang berarti mereka bisa mencapai tujuan mereka, sehingga dapat memberi dampak pada keberhasilan PT. EG.
PROFIL FAKTOR KEPRIBADIAN MALADAPTIF PADA DEWASA AWAL: STUDI DESKRIPTIF Ray Caesarly Santosa; Rismiyati E. Koesma; Zamralita Zamralita
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.9604.2020

Abstract

Personality disorder is an incapacitating mental illness that leads the individual to some negative consequences, often deadly. However, to date, no studies have been conducted to determine the prevalence of personality disorders in Indonesia.  This could happen due to the fact that personality disorders often co-morbid with other mental disorders making them difficult to detect. According to Alternative Model for Personality Disorders (AMPD), personality disorders can be diagnosed by the presence of maladaptive personality factors in oneself. There are five maladaptive personality factors according to the model: Negative Affectivity, Detachment, Disinhibition, Antagonism, and Psychoticism. Therefore, this study aims to get an overview of the maladaptive personality factors and describe the maladaptive personality characteristics in order to detect the symptoms of personality disorders in community sample. Through survey and descriptive analysis of 608 emerging adults (M age= 19.66 y.o, SD = 1.895), the study found that 1.2% are classified in High Personality Dysfunction category and 38.8% of the participants are classified in Low Personality Dysfunction category. The results showed that Negative Affectivity factor has the highest score for each group of the participants. In addition, the study also found the largest characteristic difference between groups of participants lies in the Psychoticism and Detachment factors. The study concludes by providing some avenues for further research and suggestions for mental health practitioners, and society in general.  Gangguan kepribadian adalah gangguan mental serius dan dapat menyebabkan beberapa konsekuensi negatif pada penderitanya, termasuk kematian. Namun, hingga saat ini belum ditemukan studi mengenai prevalensi gangguan kepribadian di Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi karena gangguan kepribadian seringkali bersanding dengan gangguan mental lain sehingga sulit terdeteksi. Menurut model alternatif untuk gangguan kepribadian (AMPD), gangguan kepribadian dapat dideteksi dengan keberadaan faktor kepribadian maladaptif dalam diri seseorang. Berdasarkan pendekatan AMPD, terdapat lima faktor kepribadian maladaptif, yaitu Negative Affectivity, Detachment, Disinhibiton, Antagonism, dan Psychoticism. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau profil kelima faktor kepribadian maladaptif guna memindai gejala gangguan kepribadian pada sampel dan gambaran karakteristik masyarakat secara umum. Melalui survei dan analisis deskriptif terhadap 608 orang dewasa awal (Musia = 19.66 tahun, SD = 1.895), ditemukan partisipan dengan tingkat disfungsi kepribadian tinggi sebesar 1.2% dan partisipan dengan tingkat disfungsi kepribadian rendah sebesar 38.8%. Hasil juga menunjukkan bahwa faktor negative affectivity adalah faktor yang paling besar dimiliki oleh tiap-tiap kelompok partisipan. Selain itu, perbedaan karakteristik paling besar antar kelompok partisipan terletak pada faktor psychoticism dan detachment. Studi disimpulkan dengan memberikan beberapa usulan untuk penelitian lebih lanjut, psikoterapis, dan masyarakat secara umum. 
GAMBARAN DUKUNGAN ORGANISASI YANG DIRASAKAN PADA KARYAWAN PT. XYZ FX Yanuar Sidharta; Zamralita Zamralita
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.979

Abstract

Karyawan merupakan aset yang tidak ternilai bagi suatu perusahaan. PT. XYZ merupakan perusahaan baru yang bergerak di bidang consumer goods dengan produk popok bayi dan pembalut wanita. Tiap karyawan memiliki andil yang penting untuk membangun citra positif perusahaan. Hal ini tentunya memerlukan persepsi yang positif dari karyawan terhadap perusahaan. Yang terjadi pada bagian logistik di PT. XYZ, masih memerlukan cara tertentu untuk membangun persepsi yang positif, terutama bagaimana harus menyadari akan bantuan fasilitas yang telah diberikan kepada karyawan dalam bekerja. Harapan dari perusahaan adalah semakin lama mereka bekerja, maka semakin dapat memahami kondisi perusahaannya, termasuk segala dukungan yang telah diberikan kepada mereka dalam bekerja, meski belum sempurna, mengingat usia perusahaan yang masih tergolong sangat muda. Persepsi karyawan terhadap bagaimana perusahaan menghargai kontribusi mereka dan peduli terhadap kesejahteraan mereka disebut sebagai dukungan organisasi yang dirasakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran perceived organizational pada karyawan perusahaan. Metode yang digunakan penelitian ini metode kuantitatif. Responden penelitian adalah karyawan perusahaan yang berjumlah 153 orang, dengan rincian 67 orang laki-laki, 86 orang perempuan. Data penelitian diperoleh melalui kuesioner. Hasil dari penelitian ini diperoleh nilai rata-rata (Mean) perceived organizational support yakni 3.578, yang termasuk dalam kriteria sedang pada karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut.