Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

How do students learn German cultural values throughout podcast-mediated project-based learning AMIDST COVID-19 pandemic? Iman Santoso
Research And Innovation In Language Learning (RILL) Vol 4, No 3 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Swadaya Gunung Djati Cirebon, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/rill.v4i3.6769

Abstract

Kulturkunde, a Germany intercultural class, pivoted to online learning due to Covid-19. Meetings switched from face-to-face to synchronous and asynchronous meetings. During these modes, students struggled  learning Germany cultures throughout the podcast-mediated project-based learning. Accordingly, the paper attempts to describe how Germany-majored students learn Germany cultures during the online learning. Data were garnered from the Kulturkunde class reflection during podcast-mediated project-based learning in the state university in Yogyakarta.  During these online meetings, twelve podcasts containing students’ intercultural projects were published. The findings reveal the students successfully pursued varieties of intercultural awareness. In addition, they also promote their language fluency and accuracy. To end, issues of ICT-based learning is also sought to discuss. Kulturkunde, pembelajaran budaya Jerman berubah dari tatap mukan menjadi tatap maya. Melalui kanal ini, mahasiswa berusahan keras belajar dan memahami nilai-nilai budaya Jerman secara daring melalui bantuan media podcast. Dari sini, tujuan penulisan artikel untuk mendeskripsikan bagaimana mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Jerman berlajar budaya Jerman secara daring. Data riset diperoleh melalui kegiatan refleksi selama pembelajaran yang didokumentasikan selama pembealjaran oleh dosen di sebuah universitas negeri di Yogyakarta, Indonesia.  Selama kegiatan pembealjaran daring ini, dua belas proyek podcast berhasil dipublikasikan. Hasil riset menunjukkan tidak hanya masalah perolehan nilai-nilai budaya Jerman yang diperoleh dan dipelajari, namun juga adanya kemampuan berbahasa Jerman yang meningkat. Sebagai tambahan, kemampuan pengguanaan teknologi pendidikan juga menjadi berkembang. Kata Kunci: budaya Jerman, kulturkunde, proyek kelas, Podcast
TUMPANG TINDIH (OVERLAPS) DALAM INTERAKSI PERCAKAPAN DI PERKULIAHAN KETERAMPILAN BERBAHASA JERMAN SEBAGAI BAHASA ASING Iman Santoso; Syihabuddin Syihabuddin; Iwa Lukmana
Paramasastra : Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 6 No. 2 (2019): Vol.6 No.2 Bulan September 2019
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/paramasastra.v6n2.p%p

Abstract

Dalam interaksi percakapan, peralihan kesempatan bertutur antar partisipan seringkali disertai tumpeng tindih. Hal ini juga terjadi dalam interaksi percakapan antara pengajar dan mahasiswa di perkuliahan Keterampilan Berbahasa Bahasa Jerman sebagai bahasa asing. Selama ini aspek tumpang tindih dalam perkuliahan kebahasaan belum banyak diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan: (1) bentuk tumpang tindih dan (2) faktor-faktor yang mendorong terjadinya tumpang tindih dalam interaksi percakapan di perkuliahan keterampilan berbahasa bahasa Jerman. Teori yang digunakan adalah the simplest systematics for the organization of turn-taking (Sacks et al, 1974). Penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam dua perkuliahan yang diajar penutur asli dan bukan penutur asli bahasa Jerman pada tanggal 2 dan 8 Desember 2015. Rekaman tersebut ditranskripsikan, kemudian diklasifikasikan jenis tumpang tindih yang ada beserta latar belakang terjadinya tumpang tindih. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat tiga bentuk tumpang tindih yaitu tumpang tindih transisional (84,66%), rekognisional (13,86%) dan progresional (1,47%);(2) faktor pendorong kemunculan tumpang tindih yaitu: penutur memahami penjelasan, pertanyaan atau perbaikan dari mitra tutur; memberikan jawaban atau penjelasan, melakukan perbaikan, menegaskan bahwa jawaban mitra tutur benar, bertanya, dan penutur mengarahkan interaksi percakapanDalam interaksi percakapan, peralihan kesempatan bertutur antar partisipan seringkali disertai tumpang tindih. Hal ini juga terjadi dalam interaksi percakapan antara pengajar dan mahasiswa di perkuliahan Keterampilan Berbahasa Bahasa Jerman sebagai bahasa asing. Selama ini aspek tumpang tindih dalam perkuliahan kebahasaan belum banyak diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan: (1) bentuk tumpang tindih dan (2) faktor-faktor yang mendorong terjadinya tumpang tindih dalam interaksi percakapan di perkuliahan keterampilan berbahasa bahasa Jerman. Teori yang digunakan adalah the simplest systematicsfor the organization of turn-taking (Sacks et al, 1974). Penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam dua perkuliahan yang diajar penutur asli dan bukan penutur asli bahasa Jerman pada tanggal 2 dan 8 Desember 2015. Rekaman tersebut ditranskripsikan, kemudian diklasifikasikan jenis tumpang tindih yang ada beserta latar belakang terjadinya tumpang tindih. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat tiga bentuk tumpang tindih yaitu tumpang tindih transisional (84,66%), rekognisional (13,86%) dan progresional (1,47%);(2) faktor pendorong kemunculan tumpang tindih yaitu: penutur memahami penjelasan, pertanyaan atau perbaikan dari mitra tutur; memberikan jawaban atau penjelasan, melakukan perbaikan, menegaskan bahwa jawaban mitra tutur benar, bertanya, dan penutur mengarahkan interaksi percakapan
Proverbs in German Textbooks and their Equivalents in Indonesian Iman Santoso; Sudarmaji Sudarmaji; Retna Endah Sri Mulyati; Sri Megawati
Eralingua: Jurnal Pendidikan Bahasa Asing dan Sastra Vol 6, No 2 (2022): ERALINGUA
Publisher : Makassar State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/eralingua.v6i2.25079

Abstract

Abstract. Lingual elements in the form of proverbs are often found in German textbooks. Proverbs can be a medium to understand the cultural background of the German language because it reflects the culture, values, and mindset of the speaking community. However, proverbs have not been widely studied in terms of their meaning and equivalent in  Indonesian. This research aims to examine the form of German proverbs in German textbooks and find the equivalent of Indonesian proverbs based on their meaning, figurative elements, and cultural backgrounds. This research is qualitative research with a literature study. The data source of this research is the German language textbooks used in universities in Indonesia. The data collected are German proverbs in phrases or sentences and analyzed morphologically and semantically to find their equivalent in Indonesian. The research instrument is the human instrument. Data collection is done by reading and note-taking techniques. The data’s validity is obtained by reading the data repeatedly and discussed in the Focus Group Discussion. The research findings showed that very few German proverbs have the same meaning and figurative elements as Indonesian. However, there are German proverbs that have the same meaning as Indonesian proverbs but have different figurative elements. In addition, there are German proverbs that do not have Indonesian equivalents. This finding confirms that people who speak German and Indonesian have different values and mindsets, although they also have the same perspective on certain realities.Keywords: Proverbs, German Textbook, The Meaning Of Proverbs, Figurative Elements
PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI EDMODO DAN GOOGLE FORM BAGI PENDIDIK BAHASA JERMAN DI ERA PANDEMI COVID-19 Iman Santoso; Sudarmaji Sudarmaji; Aditya Rikfanto; Retna Endah Sri Mulyati; Sri Megawati
Dimasatra Vol 1, No 2 (2021): APRIL
Publisher : Dimasatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.012 KB) | DOI: 10.17509/dm.v1i2.39332

Abstract

Dunia digital berbasis internet saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi semua lapisan masyarakat. Kebutuhan tersebut menjadi semakin nyata ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Saat itu proses pembelajaran diputuskan oleh pemerintah Indnesia untuk dilakukan secara jarak jauh atau daring. Kondisi tersebut memaksa pendidik bahasa Jerman dan peserta didik untuk membiasakan diri dengan pembelajaran daring. Terkait dengan itu Tim PPM Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman mengadakan pelatihan dan lokakarya penerapan aplikasi Edmodo  dan Google form bagi pendidik bahasa Jerman di Indonesia. Pelatihan ini dilakukan secara daring menggunakan Zoom Meeting pada tanggal 17 dan 24 Juli 2020. Materi yang diberikan: (1) Penjaminan mutu pembelajaran daring, (2) Penerapan aplikasi Edmodo dalam pembelajaran bahasa Jerman dan (3) pembuatan alat evaluasi berbasis Google form. Berdasarkan hasil evaluasi, dapat disimpulkan bahwa para peserta yang berasal dari berbagai daerah bisa memahami dan menerapkan aplikasi Edmodo dan Google form dengan baik. Pengetahuan dan keterampilan pendidik bahasa Jerman dalam bidang teknologi digital dapat ditingkatkan.
Analisis Kesalahan Hasil Terjemahan Mesin Penerjemah Teks Bahasa Jerman ke dalam Bahasa Indonesia Sudarmaji Sudarmaji; Iman Santoso; Retna Endah Sri Mulyati
Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 6 No 2 (2023)
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/diglosia.v6i2.668

Abstract

Many online translation machines can translate more than 100 languages, including German into Indonesian and vice versa. However, the accuracy and standardization of the results still need to be investigated. This study aims to identify language errors in the translation of German texts into Indonesian using Google Translate and Bing Translator. This research is a descriptive qualitative research based on language error analysis. The data is derived from 12 German news articles published by Deutsche Welle. These German texts were translated into Indonesian using these two machine translators. The translated texts were analyzed for language errors at the semantic, morphological, and syntactic levels. The results of this study show that there are still language errors at the semantic, morphological, and syntactic levels in the translated texts produced by Google Translate and Bing Translator. Both translation machines tend to translate the text word for word. A translation result is an initial form of translation that needs to be edited to obtain an accurate translation.
The Use of Directive Speech Acts in Piratengold, A German Translated Donald Duck Comics Ovy Haniffauzi Zahid Santoso; Iman Santoso
LACULTOUR: Journal of Language and Cultural Tourism Vol. 2 No. 1 (2023): LACULTOUR: Journal of Language and Cultural Tourism
Publisher : Unit Pelayanan Bahasa & Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekpar Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52352/lacultour.v2i1.1075

Abstract

This study aims to describe (1) the form of directive speech act, and (2) the function of directive speech in a German-translated comic Donald Duck by Carl barks. The subject of this research is a German translation comic Donald Duck by Carl Barks with the sub-title Piratengold story. The object of this research is all forms and functions of directive speech act contained in Piratengold. This research design is descriptive qualitative, data collection techniques in this research with reading and note techniques, while data validity testing with repeated reading and expert judgement. The method used to analyze directive speech act in Piratengold comics is padan pragmatis method. The results of this study show that (1) the form of directive speech in Piratengold comic has three forms of speech, namely literal direct speech with 111 data, literal indirect speech with 25 data, and non-literal direct speech with five data. (2) There are six functions of directive speech act in Donald Duck comic, namely the request function with 12 data, the question function with 17 data, the command function with 89 data, the prohibition function with 7 data, the permission function with 7 data, and the advice function with 8 data.
PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA: PELATIHAN KOMPETENSI GURU-GURU BAHASA DI MAN 2 YOGYAKARTA Sudarmaji Sudarmaji; Iman Santoso; Retna Endah Sri Mulyati; Isti Haryati; Diyan Fatimatuz Zahro
BUDIMAS : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 5, No 2 (2023): BUDIMAS : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : LPPM ITB AAS Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/budimas.v5i2.8163

Abstract

The training for language teachers aims to improve the competence of) language teachers in teaching a language in the classroom. By participating in this training, language teachers are expected to be more familiar with games in language teaching and apply them in the classroom so that students' ability to learn languages include foreign language will also increase. The method used is training that is carried out offline and online in three meetings. In the first meeting, language teachers were guided to understand the concept of games in language and foreign language teaching. The second meeting was filled with best practice presentations and practical discussions on making a Learning Implementation Plan by utilizing games in language teaching. In the third session, the participants presented their lesson plans and learning videos from their classrooms. From the results of the training, it is known that after attending the training, language teachers' understanding and mastery of various games in language teaching and learning have increased. Teachers are also ready to apply games in their classrooms. Keywords: Games, language learning, training Abstrak Pelatihan permainan dalam pembelajaran bahasa bagi guru-guru bahasa bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru-guru bahasa dalam pembelajaran bahasa di kelas. Dengan mengikuti pelatihan ini diharapkan guru-guru bahasa lebih mengenal permainan dalam pembelajaran bahasa dan mengaplikasikannta di kelas sehingga kemampuan siswa dalam belajar bahasa termasuk bahasa asing juga semakin meningkat. Metode yang dipakai adalah pelatihan yang dilaksanakan secara luring dan daring dalam tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, para pengajar bahasa dibimbing untuk memahami konsep permainan dalam pengajaran bahasa asing. Pertemuan kedua diisi dengan presentasi best practice dan diskusi praktik membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan memanfaatkan permainan dalam pembelajaran bahasa. Sesi ketiga, para peserta mempresentasikan RPP dan video pembelajaran. Dari hasil pelatihan diketahui bahwa setelah mengikuti pelatihan, pemahaman dan penguasaan guru-guru bahasa tentang berbagai permanan dalam pembelajaran bahasa semakin meningkat. Guru-guru juga siap untuk mengaplikasikan permainan dalam pembelajaran bahasa di kelasnya. Kata kunci: pelatihan, pembelajaran bahasa, permainan