Mukhammad Toha
Program Studi DIII Keperawatan, Kampus Kota Pasuruan, Fakultas Keperawatan, Universitas Jember

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Jurnal Kreativitas PKM

Peningkatan Imunitas Penderita Diabetes Mellitus pada Masyarakat Kawasan Tambak dalam Masa Pandemi Covid 19 Melalui Variasi Olahan Ikan Bandeng yang Kaya Nutrisi Mokh. Sujarwadi; Mukhammad Toha; Ida Zuhroidah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 6 (2022): Volume 5 No 6 Juni 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i6.5351

Abstract

ABSTRAKVarian delta virus corona akhir-akhir ini menyebabkan masyarakat banyak yang tertular, bahkan kasus harian di Indonesia mencapai lima puluh ribu lebih dan angka kematian tembus diangka seribu lebih setiap harinya. Meningkatkan Sistem kekebalan tubuh sangatlah penting untuk diperhatikan oleh semua masyarakat pada umumnya, terutama pada penderita diabetes mellitus yang memiliki risiko besar tertular. Sumber daya alam yang melimpah terutama aneka ragam jenis ikan yang memiliki ragam manfaat untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan menjaga kesehatan. Ikan bandeng merupakan jenis ikan yang sudah tidak asing lagi untuk dikonsumsi oleh masyarakat kaena mempunyai rasa daging yang enak, harga terjangkau dan mudah untuk dibudidayakan. Juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis ikan lainnya yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan, ikan bandeng memiliki kandungan protein sebesar 20,38% sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi sehari-hari bagi masyarakat. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah terjadinya transfer pengetahuan kepada masyarakat akan manfaat dari mengkonsumsi ikan bandeng terhadap peningkatan system imun tubuh serta melatih kemampuan masyarakat dalam penyediaan ragam olahan ikan bandeng. Penerapan metode yang dipakai dalam kegiatan ini berupa penyuluhan serta memberikan tambahan informasi praktis dan lengkap pada leaflet yang terdiri dari materi manfaat ikan bandeng untuk kesehatan, kandungan gizi pada ikan bandeng, serta ragam variasi olahan ikan bandeng. Hasil yang didapatkan dari kegiatan ini adalah sebagian besar peserta (85%) memahami dan mengerti tentang manfaat dan cara mengolah ikan bandeng yang berguna untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Kata Kunci : imunitas, diabetes militus, Bandeng  ABSTRACTThe delta variant of the coronavirus has recently caused many people to be infected, even the daily cases in Indonesia have reached more than fifty thousand and the death rate has reached over a thousand every day. Improving the immune system is very important to be considered by all people in general, especially in people with diabetes mellitus who have a high risk of contracting it. Abundant natural resources, especially various types of fish that have various benefits to meet the nutritional needs of the community and maintain health. Milkfish is a type of fish that is familiar to the public for consumption because it has a delicious meat taste, affordable price and is easy to cultivate. Also has advantages compared to other types of fish that are resistant to environmental changes, milkfish has a protein content of 20.38% which is sufficient to meet the daily food and nutritional needs of the community. The purpose of this activity is to transfer knowledge to the community about the benefits of consuming milkfish to increase the body's immune system and to train the community's ability to provide a variety of processed milkfish. The application of the method used in this activity is in the form of counseling and providing additional practical and complete information in the leaflet which consists of material on the benefits of milkfish for health, the nutritional content of milkfish, and various variations of processed milkfish. The results obtained from this activity are that most of the participants (85%) understand and understand the benefits and how to process milkfish which is useful for increasing the body's immune system.Keywords: Immunity, Diabetes Mellitus, Milkfish
Pemberdayaan Santri Melalui Pelatihan Basic Life Support Mukhammad Toha; Ida Zuhroidah; Mokh. Sujarwadi; Nurul Huda
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 4 Nomor 5 Oktober 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v4i5.4211

Abstract

ABSTRAK Penyakit kardiovasuler merupakan penyakit yang menjadi ancaman dunia saat ini, di Indonesia menjadi penyakit ke-2 yang menyebabkan kematian. Di Dunia 17 juta lebih orang meninggal akibat penyakit jantung. Cardiac arrest merupakan kegawatdaruratan dari penyakit jantung  yang akan menyebabkan kematian apabila pertolongan secara dini oleh orang awam tidak segera dilakukan. Tujuan dari resusitasi jantung paru yang dilakukan oleh orang awam adalah untuk mempertahankan fungsi vital. Apabila resusitasi jantung paru segera di lakukan, maka kelangsungan hidup mencapai 75%. Tujuan pemberdayaan santri ini adalah agar santri menjadi garda terdepan dalam memberikan pertolongan pada orang yang berada disekitarnya ketika mengalami serangan jantung sehingga komplikasi dapat di minimalkan serta harapan hidup korban meningkat serta mampu melakukan tindakan resusitasi jantung paru secara tepat, cepat dan akurat. Metode yang digunakan pada pelatihan ini adalah ceramah dan diskusi serta praktik resusitasi jantung paru pada manekin yang dilakukan pada hari ke-2. Hasil dari pelatihan ini adalah sebagian besar (85%) santri mengerti tentang konsep basic life support serta satu persatu santri mampu melakukan resusitasi jantung paru pada manekin. Kata Kunci : pemberdayaan, santri, basic life support  ABSTRACT Cardiovascular disease is a world threat today; in Indonesia, it is the second disease that causes death. In the world, more than 17 million people die from heart disease. Cardiac arrest is an emergency of heart disease that will cause death if ordinary people's early help is not immediately carried out. The goal of cardiac pulmonary resuscitation performed by the layman is to maintain vital functions. If cardiac pulmonary resuscitation is performed immediately, the survival rate is 75%. The aim of empowering these students is to make the students at the forefront of providing help to those around them when they experience a heart attack so that complications can be minimized and the life expectancy of the victim increases and is able to perform cardiac pulmonary resuscitation actions appropriately, quickly and accurately. The methods used in this training were lectures and discussions as well as the practice of cardiopulmonary resuscitation on the mannequin which was conducted on the 2nd day. The result of this training was that most of the students (85%) understand the basic concept of life support and one by one one student able to perform cardiopulmonary resuscitation on the mannequins.  Keyword : empowerment, student, basic life support
Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Pada Guru Pembina dan Anggota PMR Nurul Huda; Ida Zuhroidah; Mukhammad Toha; Mokh Sujarwadi
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 4 Nomor 2 April 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v4i2.3746

Abstract

ABSTRAK Pertolongan pertama adalah penanganan atau perawatan  awal dari terjadinya suatu penyakit atau kecelakaan. Hal ini dapat biasanya dilakukan oleh orang yang bukan ahli dalam menangani kejadian sakit atau cedera, sampai menunggu pengobatan definitif dapat diakses. Sehingga diperlukan suatu anggota non medis yang  mempunyai kemampuan dan pengetahuan tentang metode penopang hidup dan pertolongan pertama. Dan yang lebih penting lagi adalah diperlukan  tindakan  cepat dan efektif dalam mempertahankan hidup dan dapat  meminimalkan terjadinya kecacatan. Di Pondok Pesantren Siswa 24 jam berada di Asrama sehingga perlu di lakukan pelatihan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan terutama pada anggota PMR dan guru Pembina PMR. Pemberian pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan sangat penting mengingat pusat kesehatan pesantren tidak buka 24 jam dan akses ke Rumah Sakit di tempuh lebih dari 15 menit. Kegiatan ini dilakukan dengan metode pelatihan dengan 45 peserta. Hasil yang didapatkan sebagian besar anggota PMR (80%) memahami dan mengerti tentang pertolongan pertama pada kecelakaan secara umum  serta cedera jaringan lunak, patah tulang, jenis luka, cedera pada otot dan mampu mempraktekkan menghentikan perdarahan dan balut bidai serta penanganan gigitan ular. Kata Kunci : Pertolongan pertama pada kecelakaan, anggota PMR, guru  Pembina PMR  ABSTRACT First aid is the initial treatment or treatment of an illness or accident. This can usually be done by a person who is not an expert in managing a disease or injury until definitive treatment can be accessed. So we need a non-medical member who has the ability and knowledge of life support and first aid methods. And more importantly, the action is needed quickly and effectively to maintain life and minimize the occurrence of disability. At the Islamic boarding school, the students are in the dormitory 24 hours, so it is necessary to conduct training on first aid for accidents, especially for members of the youth red cross and the youth red cross's guidance teachers. Providing knowledge and skills through first aid training is very important considering the pesantren health center is not open 24 hours and access to the hospital takes more than 15 minutes. This activity was carried out using a training method with 45 participants. The results obtained were that most of the PMR members (80%) understood and understood first aid in general accidents and soft tissue injuries, fractures, types of injuries, injuries to muscles and were able to practice stopping bleeding and splint dressing and handling snake bites. Keywords: first aid, PMR members, PMR supervisors
Pengabdian Kepada Masyarakat Bantuan Hidup Dasar Pada Santri Ida Zuhroidah; Mukhammad Toha; Mokh Sujarwadi; Nurul Huda
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 4 Nomor 2 April 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v4i2.3733

Abstract

ABSTRAK Angka kejadian henti jantung atau cardiac arrest ini berkisar 10 dari 100.000 orang normal yang berusia dibawah 35 tahun dan per tahunnya mencapai sekitar 300.000-350.000 kejadian. Pertolongan pertama yang tepat pada kasus henti jantung adalah bantuan hidup dasar (BHD). Tindakan yang bisa dilakukan adalah  resusitasi jantung paru (RJP). Tujuan dari resusitasi jantung paru adalah mengembalikan sirkulasi spontan serta mempertahankan fungsi organ vital pada henti jantung dan henti nafas dengan melakukan kompresi dada dan bantuan nafas. Tujuan setelah dilakukan pelatihan ini diharapkan santri dapat berperan aktif dan dapat memberikan pertolongan pertama henti jantung dan henti nafas secara tepat serta mampu melakukan RJP. Kegiatan ini dilakukan dengan metode pemaparan teori tentang anatomi fisiologi sistem respirasi dan sistem sirkulasi, dampak dari henti nafas dan henti jantung, bantuan hidup dasar dan pada hari kedua dilanjutkan dengan praktik RJP melalui manekin. Hasil yang didapatkan sebagian besar santri (80%) memahami dan mengerti tentang bantuan hidup dasar dan mampu mempraktekkan RJP kepada manekin meskipun masih butuh pendampingan. Kata Kunci : bantuan hidup dasar, santri, pondok pesantren  ABSTRACT The incidence of cardiac arrest or cardiac arrest ranges from 10 out of 100,000 ordinary people aged under 35 years and annually reaches around 300,000-350,000 events. Appropriate first aid in cases of cardiac arrest is basic life support (BLS). Action that can be done is cardiopulmonary resuscitation (CPR). Cardiopulmonary resuscitation aims to restore spontaneous circulation and maintain vital organ function in cardiac arrest and stop breathing by performing chest compressions and breath support. After this training, the goal is that students will be able to play an active role and be able to provide first aid for cardiac arrest and stopping breathing appropriately and be able to perform CPR. This activity was carried out using the method of presenting theories on the respiratory system's physiological anatomy and the circulatory system, the impact of respiratory and cardiac arrest, basic life support, and on the second day, continued with the practice of CPR through mannequins. The results obtained were most of the students (80%) understood and understood basic life support and were able to practice CPR to the mannequins even though they still needed assistance. Keyword: basic life support, student, Islamic boarding school
Pemberdayaan Guru Pembina PMR dan Santri Melalui Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Mokh. Sujarwadi; Ida Zuhroidah; Mukhammad Toha; Nurul Huda
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 4 Nomor 5 Oktober 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v4i5.4267

Abstract

 ABSTRAK Pertolongan pertama merupakan perawatan pertama yang diberikan sebelum pertolongan medis datang. Prinsip-prinsip P3K adalah tindakan yang dilakukan segera, mempertahankan hidup korban, mengurangi penderitaan, mencegah pengotoran luka dan penderitaan lanjutan serta merujuk korban ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Palang merah remaja merupakan kegiatan remaja di sekolah dalam bentuk extrakulikuler. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan guru Pembina PMR dan santri tentang pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi serta pelatihan. Terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan dengan adanya peningkatan pengetahuan 90% dari hasil pre test. Peserta juga memapu mempraktekkan cara menghentikan perdarahan, pembidaian, perawatan luka serta penanganan gigitan ular. Kata Kunci : pemberdayaan, guru pembina PMR, santri, P3K  ABSTRACT First aid is the first treatment given before medical help arrives. The principles of P3K are actions that are taken immediately, maintain the victim's life, reduce suffering, prevent fouling wounds and further suffering and refer the victim to the nearest health service place. The youth red cross is an activity of youth in schools in the form of extracurricular activities. This service activity aims to increase the knowledge of PMR guidance teachers and students about first aid training. The methods used are lectures, discussions, and training. There was an increase in knowledge before and after training with an increase in knowledge of 90% from the pre-test results. The participants also practiced how to stop bleeding, splinting, treating wounds, and handling snake bites. Keywords: empowerment of PMR supervisors, students, first aid
Penguatan Perilaku New Normal Covid 19 Melalui Kontrol Teman Sebaya Mokh. Sujarwadi; Mukhammad Toha; Ida Zuhroidah
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 4 Nomor 2 April 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v4i2.3739

Abstract

ABSTRAK Berdasarkan laporan WHO, pada tanggal 30 Agustus 2020, terdapat 24.854.140 kasus konfirmasi Covid-19 di seluruh dunia dengan 838.924 kematian (CFR 3,4%). Wilayah Amerika memiliki kasus terkonfirmasi terbanyak, yaitu 13.138.912 kasus. Selanjutnya wilayah Eropa dengan 4.205.708 kasus, wilayah Asia Tenggara dengan 4.073.148 kasus, wilayah Mediterania Timur dengan 1.903.547 kasus, wilayah Afrika dengan 1.044.513 kasus, dan wilayah Pasifik Barat dengan 487.571 kasus. Pada kondisi Pandemic Covid 19, para santri tetap melaksanakan kegiatan di Pondok baik kegiatan sekolah umum, madrasah diniyah maupun kegiatan lain di pesantren. Pemberian pengetahuan dan keterampilan melalui penguatan perilaku new normal Covid 19 melalui kontrol teman sebaya merupakan hal yang sangat urgent untuk dimiliki oleh santri sehingga mereka yang sudah terlatih bisa menjadi polisi bagi teman-temannya dalam menerapkan protokol kesehatan baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan asrama. Kegiatan ini dilakukan dengan metode penyuluhan dengan 27 peserta. Hasil yang didapatkan sebagian besar santri (85%) memahami dan mengerti tentang perilaku new normal covid 19 dan mampu mempraktekkan cara cuci tangan, menggunakan masker dan melepas masker. Kata Kunci : perilaku, new normal covid, teman sebaya ABSTRACT Based on the WHO report, as of August 30, 2020, there were 24,854,140 confirmed cases of Covid-19 worldwide, with 838,924 deaths (CFR 3.4%). The American region has the most confirmed cases, namely 13,138,912 cases. Furthermore, the European region with 4,205,708 cases, the Southeast Asia region with 4,073,148 cases, the East Mediterranean region with 1,903,547 cases, the African region with 1,044,513 cases, and the West Pacific region with 487,571 cases. During the Covid 19 Pandemic, the students continued to carry out activities at the Islamic boarding schools, both public school activities, primary school, and other activities at Islamic boarding schools. Providing knowledge and skills through strengthening the new normal Covid 19 behavior through peer control is very urgent for students to have. Those who are trained can become police for their friends in implementing health protocols both in the school environment and in the dormitory environment. This activity was carried out using the extension method with 27 participants. The results obtained by most of the students (85%) understood and understood the new normal covid 19 behavior and practiced how to wash hands, use masks and remove masks. Keywords: behavior, new normal covid, peers
Pemberdayaan Peran Wanita Menuju Desa Mandiri Bebas Stunting Ida Zuhroidah; Mukhammad Toha; Mokh. Sujarwadi; Nurfika Asmaningrum
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 10 (2022): Volume 5 No 10 Oktober 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i10.7778

Abstract

ABSTRAKBebas stunting adalah salah satu tujuan dari pembangunan nasional berkelanjutan (SDGs). Kerjasama lintas sector yang saling bersinergi melalui kegiatan promotive, preventif dan kuratif adalah upaya untuk mengatasi permasalahan stunting yang masih dijumpai di negeri ini. Mengatasi stunting perlu melibatkan peran serta keluarga. Upaya membangun keluarga sejahtera melalui program-program pemerintah adalah langkah strategis  mencegah terjadinya stunting. Keluarga sejahtera bebas dari kemiskinan merupakan bagian dari tujuan membangun desa mandiri. Sesuai amanah undang-undang No.6 tahun 2014 tentang desa, yang telah memberikan arah dan petunjuk dalam membangun dan memberdayakan masyarakat desa menuju mandiri dan sejahtera. Keluarga sejahtera adalah cerminan dari desa yang mandiri dan sejahtera. Kondisi jasmani, rohani dan ekonomi yang sehat dalam keluarga  adalah modal menuju keluarga sejahtera. Menurut kriteria Indeks Desa Membangun (IDM) Mojoparon adalah desa dengan kategori berkembang. Sumber daya alam di desa mojoparon sangat mendukung untuk menuju desa yang mandiri, namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki diantaranya adalah masih dijumpai sejumlah balita dengan permasalahan stunting, tidak adanya kelompok sebagai role model dalam transfer of knowledge pada pelayanan social dasar dan pemberdayaan perempuan, perilaku masyarakat membuang sampah pada tempatnya yang masih rendah, pembangunan ekonomi produktif berbasis keluarga masih rendah. Tujuan dari kegiatan ini menambah pengetahuan ibu rumah tangga tentang stunting dan penatalaksanaannya di keluarga, memperkuat peran kelompok masyarakat yang sudah terbentuk melalui upgrade pengetahuan dan keterampilan tentang stunting, memberdayakan peran ibu rumah tangga dalam mensupport fungsi ekonomi keluarga melalui pelatihan-pelatihan ekonomi kreatif. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini berupa mikro teaching pada kelompok ibu-ibu dengan masalah stunting. Pelatihan keterampilan assessment kader kesehatan desa tentang stunting, pelatihan ibu-ibu rumah tangga tentang pengolahan makan sehat dan bergizi bagi balita stunting, serta pelatihan keterampilan tentang peningkatkan ekonomi keluarga. Hasil yang didapatkan dari kegiatan ini adalah sebagian besar peserta (85%) memahami dan mengerti tentang stunting dan penatalaksanaannya di rumah tangga, Sebagian besar peserta (90%) memahami dan mampu tentang assessment balita dengan masalah stunting. Kata Kunci: Peran Wanita, Bebabas Stunting, Desa Mandiri ABSTRACTStunting free is one of the goals of sustainable national development (SDGs). Cross-sectoral collaboration that synergizes through promotive, preventive, and curative activities is an effort to overcome the stunting problem that is still found in this country. Overcoming stunting needs to involve family participation. Efforts to build prosperous families through government programs are strategic steps to prevent stunting. A successful family free from poverty is part of the goal of creating an independent village. The mandate of Law No. 6 of 2014 concerning villages, which has provided directions and instructions in building and empowering rural communities towards independence and prosperity. A prosperous family is a reflection of an independent and successful village. Healthy physical, spiritual and economic conditions in the family are the capital of a prosperous family. According to the Developing Village Index (IDM) criteria, Mojoparon is a developing village. Natural resources in Mojoparon village are very supportive of an independent village. However, several things need to be improved, including there are still several toddlers with stunting problems, the absence of groups as role models in the transfer of knowledge on basic social services, and women's empowerment, behavior people throwing garbage in its place which is still low, family-based productive economic development is still low. The purpose of this activity is to increase the knowledge of housewives about stunting and its management in the family, to strengthen the role of community groups that have been formed through upgrading knowledge and skills about stunting, to empower the role of housewives in supporting the family's economic function through creative economy training. The method used in this activity is micro-teaching to groups of mothers with stunting problems. Skills training for village health cadres on stunting, training for housewives on processing healthy and nutritious food for stunted toddlers, and skills training on improving the family economy. The results of this activity are that most participants (85%) understand stunting and its management in the household. Most participants (90%) understand and can assess toddlers with stunting problems.Keywords: The Role Of Women, Stunting Free, Independent Village
Penguatan Ekonomi Keluarga (PEKA) sebagai Penyokong Produktivitas Masyarakat Desa Mojoparon Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan Menuju Desa Mandiri Bebas Stunting Ida Zuhroidah; Mukhammad Toha; Mokh. Sujarwadi; Nurfika Asmaningrum
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 10 (2023): Volume 6 No 10 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i10.11031

Abstract

ABSTRAK Diperlukan kerja keras mewujudkan  Mojoparon menuju desa zero stunting, pembangunan pilar pemberdayaan wanita melalui peningkatan pengetahuan tentang stunting telah terpancang di tahun pertama program desa binaan. Pembangunan pilar selanjutnya berfokus pada penguatan ekonomi keluarga yang berkontribusi besar mewujudkan keluarga sejahtera. Diperlukan terobosan  menciptakan lapangan kerja baru berbasis home industry yang dapat menambah nilai ekonomi dan peningkatan gizi  keluarga melalui pemanfaatan sumber daya lingkungan sekitar dan sarana-prasarana yang telah tersedia. Lahan pertanian yang luas mampu menghasilkan sumber pangan yang melimpah seperti beras, jagung, kedele, kacang hijau, kacang tanah dan beberapa jenis sayuran. Begitu juga lahan perkebunan manga, srikaya dan pepaya. Sumber pangan tersebut perlu mendapatkan sentuhan tekhnonologi industry agar menghasilkan produk pangan baru  bernilai ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan dalam penguatan ekonomi keluarga berupa pelatihan keterampilan pembuatan tempe, minuman kemasan bernilai gizi tinggi dari bahan alami, pembuatan keset, Hasil kegiatan, ibu-ibu antusias mengikuti program pelatihan dan mulai memproduksi bahan olahan pangan serta kerajinan tangan lainnya, selanjutnya dipasarkan di fasilitas food court yang dikelola oleh BUMDES desa Mojoparon. Warga merasakan manfaat  program kegiatan desa binaan, penghasilan keluarga meningkat 2 kali lipat. Rata-rata penghasilan bersih perhari berkisar 75.000-100.000 rupiah. Pembangunan pilar ekonomi keluarga menguatkan  Mojoparaon menuju desa mandiri bebas stunting. Kata Kunci: Penguatan Ekonomi, Mandiri, Stunting  ABSTRACT Hard work is needed to make Mojoparon a zero-stunting village; the pillars of women's empowerment through increasing knowledge about stunting have been firmly anchored in the first year of the assisted village program. The development of the next post focuses on strengthening the family economy, which contributes significantly to creating a prosperous family. A breakthrough is needed to create jobs based on home industries that can add economic value and improve family nutrition by utilizing the surrounding environmental resources and existing infrastructure. Extensive agricultural land can produce abundant food sources such as rice, corn, soybeans, green beans, peanuts, and several types of vegetables. The same goes for mango, custard apple, and papaya plantations. These food sources need to get a touch of industrial technology to produce new food products with economic value and can create new jobs for the surrounding community. Various activities have been carried out to strengthen the family economy in the form of training in making tempeh, packaged drinks with high nutritional value from natural ingredients, and making doormats. in a food court facility managed by BUMDES in Mojoparon village. Residents feel the benefits of the assisted village activity program; family income increases 2-fold. The average net income per day ranges from 75,000-100,000 rupiah. The development of the family economic pillar strengthens Mojoparaon towards an independent village free of stunting. Keywords: Economic Strengthening, Independence, Stunting