Satrio Adi Wicaksono
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH MELATONIN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT PADA TIKUS WISTAR MODEL SEPSIS Diana Kumalasari; Satrio Adi Wicaksono
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.316 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14264

Abstract

Latar Belakang : Melatonin merupakan radikal bebas yang sering digunakan sebagai antioksidan. Melatonin merupakan salah satu obat yang sedang dikembangkan sebagai terapi sepsis. Toksisitas serius akibat pemberian melatonin tidak muncul pada pemakaian dosis tinggi. Sepsis menyebabkan peningkatan kadar asam laktat melalui glikolisis anaerob yang terjadi akibat hipoksia jaringan. Melatonin sangat efektif digunakan pada keadaan tersebut, dimana melatonin dapat menurunkan kadar asam laktat sehingga mencegah terjadinya kematian.Tujuan : Mengetahui pengaruh melatonin terhadap kadar asam laktat pada tikus wistar model sepsis dan memperoleh informasi tentang melatonin dalam menurunkan kadar asam laktat.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain Randomized Control Group Pre-Post Test. Sampel adalah 12 ekor tikus wistar jantan dengan kriteria tertentu, dibagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok I sebagai kelompok kontrol diberi injeksi Lipopolisakarida (LPS) intraperitoneal dan tidak diberi melatonin. Kelompok II sebagai kelompok perlakuan diberi injeksi LPS intraperitoneal dan melatonin via sonde oral. Setelah tikus diadaptasi selama 7 hari, pada hari ke-8 tikus diinjeksi LPS pada kedua kelompok dan melatonin via sonde oral hanya pada kelompok perlakuan. Kemudian tiap tikus diambil darahnya melalui pembuluh darah retroorbita dan diukur kadar asam laktatnya. Uji statistik menggunakan uji Paired t-Test, Independent t-Test dan Mann-Whitney Rank Test.Hasil : Pada uji Independent t-Test didapatkan nilai rerata kadar asam laktat pada kelompok kontrol lebih tinggi dibanding dengan kelompok perlakuan. Pada uji Paired t-Test tidak didapatkan perbedaan yang signifikan p > 0,05 pada kelompok kontrol maupun perlakuan kecuali pada post1-post 2 dan pre-post 2 yang memiliki perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol. Pada uji Mann-Whitney Rank Test juga tidak didapatkan perbedaan yang signifikan pada selisih pre – post 1 dan selisih pre – post 2.Kesimpulan : Pemberian melatonin tidak menyebabkan penurunan kadar asam laktat yang signifikan.
PENGARUH MELATONIN TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT PADA TIKUS WISTAR MODEL SEPSIS Rizqi Indah Riani; Satrio Adi Wicaksono
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.119 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15916

Abstract

Latar Belakang Melatonin merupakan radikal bebas yang sering digunakan sebagai antioksidan. Melatonin berperan dalam meningkatkan respon imun, dan membantu proses sitoprotektif. Dalam beberapa model hewan, melatonin telah diidentifikasi untuk membantu melawan infeksi yang disebabkan bakteri, virus, dan parasit dengan melalui berbagai mekanisme, seperti immunomodulasi atau aktivitas antioksidan. Melatonin dapat mengurangi kadar sitokin inflamasi, stress oksidatif dan disfungsi mitokondria. Melatonin merupakan salah satu obat yang dikembangkan sebagai terapi sepsis.Tujuan Mengetahui pengaruh melatonin terhadap jumlah leukosit pada tikus wistar model sepsis dan memperoleh informasi melatonin dapat menurunkan jumlah leukosit.Metode Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan randomized control grup pre post test . Sampel adalah 12 ekor tikus wistar jantan dengan kriteria tertentu, dibagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok I diberi injeksi intraperitoneal lipopolisakarida (LPS) dan tidak diberi melatonin sebagai kelompok kontrol, sedangkan kelompok II diberi injeksi intraperitoneal lipopolisakarida (LPS) sebagai kelompok perlakuan dan diberi melatonin via sonde oral sebagai kelompok perlakuan. Setelah adaptasi tikus selama seminggu, pada hari ke 8 tikus diambil darahnya melalui pembuluh darah retroorbita. Uji statistik menggunakan uji paired t-test, independent t-test dan Mann Whitney Test.Hasil Pada uji independent test didapatkan nilai rerata jumlah leukosit pada kelompok kontrol lebih tinggi dibanding kelompok perlakuan. Pada uji paired t-test kelompok kontrol mengalami perubahan yang signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang menunjukkan hasil yang tidak bermakna. Pada uji Mann Whitney Test didapatkan hasil kelompok kontrol selisih pre– post1 dan post 2 mengalami peningkatan yang signifikan. Sedangkan pada kelompok perlakuan selisih pre LPS – post1 dan post2 (p<0,05) mengalami penurunan yang signifikan.Kesimpulan Pemberian melatonin tidak menyebabkan penurunan jumlah leukosit yang signifikan.
THE EFFECT OF PARACETAMOL AND CODEINE ANALGESIC COMBINATION ON SERUM GLUTAMIC OXALOACETATE TRANSAMINASE LEVELS IN MALE WISTAR RATS Rona Ayu Hanifah; Farah Hendara Ningrum; Erwin Kresnoadi; Satrio Adi Wicaksono
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.895 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i2.27080

Abstract

Introduction : Paracetamol is an effective analgesic to relieve mild to moderate pain when it is used in therapeutic doses. Codeine is an opioid analgesic to relieve moderate to severe pain. Both are metabolized in the liver and have different mechanisms in the treatment of pain. The use of paracetamol and codeine as monotherapy has been extensive, but research on the effectiveness of these drugs in combination is still limited, especially about its effect in liver damage. This study was to investigate the effect of paracetamol and codeine analgesic combination Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase levels in male Wistar rats. Method : This was an experimental study using Post-Test Only Control Group Design. The samples were 24 male wistar rats randomized into 4 groups; group I (control group, without treatment), group II receiving paracetamol 32 mg/kgBB, group III receiving codeine 1,9 mg/kgBB, and group IV receiving combination of paracetamol 32 mg/kgBB and codeine 1,9 mg/kgBB. Drugs were administered through oral gastric instillation 4 times a day for 28 days. Blood samples were collected at the 29th day through retroorbital vessel to measure the SGOT levels. The data was analysed using One-Way ANOVA test and Post-Hoc test. Results : The results of this research were obtained from statistical tests where there was no significant increase of the levels of Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase of Wistar rats which received a combination of paracetamol and codeine in the control group (p = 0.005). While in the other group there was not significant differences of the levels of Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase. Conclusion : There is no significant difference of Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase levels between the administration of paracetamol and codeine combination compared to the control group.Keywords : Paracetamol, codeine, paracetamol and codeine combination, SGOT levels, pain