Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

TRAINING OF TRAINERS (TOT) PENGAJARAN DAN BACA TULIS AKSARA KAGANGA BAGI GURU DAN PENGGIAT BUDAYA DI PROVINSI BENGKULU Een Syaputra; Gaya Mentari; Bachtiar Agung Nugraha
Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial (JPDS) Vol. 5, No. 1, April 2022
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um032v5i1p21-29

Abstract

The Kaganga Script is one of the ancient scripts that existed in Bengkulu in the past. The existence of the Kaganga Script in the past can be proven by the discovery of hundreds of manuscripts in the media of bamboo, bamboo blades, bark, rattan, horns, paper, and so on. The Kaganga Script stores a lot of important information about the Bengkulu people in the past such as medicine, customary law, religion, and others. However, it is unfortunate that currently the number of Bengkulu people who master the reading and writing technique of the Kaganga Script is very rare, so some training is needed in the field of reading, writing, and teaching the Kaganga Script. The training was carried out for two intensive days at Mercure Hotel Bengkulu by presenting competent trainers. The results of the training show that: 1) more than 90 percent of participants understands the history of Kaganga script in Bengkulu; 2) 75 percent of participants can read and write basic using Kaganga script; 3) the majority of participants were declared competent to teach the Kaganga Script to the students.Aksara Kaganga merupakan salah satu aksara kuno yang di masa lalu pernah eksis di Bengkulu. Eksistensi Aksara Kaganga di Bengkulu pada masa lalu dapat dibuktikan dengan ditemukannya ratusan manuskrip dalam media bambu, bilah bambu, kulit kayu, rotan, tanduk, kertas, dan lain sebagainya. Aksara Kaganga menyimpan begitu banyak informasi penting tentang masyarakat Bengkulu di masa lalu seperti ilmu pengobatan, hukum adat, keagamaan, dan lain-lain. Namun demikian, sangat disayangkan saat ini jumlah masyarakat Bengkulu yang menguasai teknik baca tulis Aksara Kaganga sangat jarang ditemukan, sehingga diperlukan pelatihan dalam bidang baca tulis dan pengajaran Aksara Kaganga. Kegiatan ini berupa Training of Trainer yang dilakukan kepada 30 orang peserta dari guru dan penggiat budaya yang bertujuan untuk menghasilan ahli baru dalam bidang baca tulis dan pengajaran Aksara Kaganga. Pelatihan dilakukan selama dua hari secara intensif bertempat di Mercure Hotel Bengkulu dengan menghadirkan trainer yang kompeten. Adapun hasil pelatihan adalah: 1) lebih dari 90 persen peserta pelatihan dapat memahami dengan baik sejarah Aksara Kaganga di Bengkulu, 2) 75 persen peserta pelatihan dapat membaca dan menulis dasar menggunakan Aksara Kaganga; 3) secara umum sebagian besar peserta pelatihan dapat dinyatakan kompeten untuk mengajarkan Aksara Kaganga kepada para peserta didik.
Moral Philosophy of Selimbur Caye Oral Tradition and Its Relevance to Character Education in Indonesia Irwan Satria; Een Syaputra; Ririn Selvianti
Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE) Vol 4, No 2 (2022): JULI
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/ijsse.v4i2.7410

Abstract

This article aims to identify moral philosophy contained in Selimbur Caye oral tradition and analyze the relevance of the moral philosophy to character education in Indonesia.  This research used qualitative descriptive method. Object of this study is Selimbur Caye oral tradition. The data was collected using in-depth interview, participatory observation, and documentation. They were analyzed using Miles and Huberman’s interactive model of qualitative data analysis.  Based on the analytical result, there are two main categories of moral philosophy contained in Selimbur Caye oral tradition; respect and responsibility. Later, in this study, the two main philosophies are derived into several foundation/supportive moral values such as sportsmanship, tolerance, democracy, discipline, honesty, fairness, wisdom, loyalty, professionalism, trustworthiness, social care, co-operation, social solidarity, and friendship. Another result found is that those philosophies are strongly relevant to the character education values developed by Indonesian ministry of education and culture: 1) fairness; 2) tolerance; 3) democracy; 4) friendly/communicative; 5) love peace; 6) social care, and 7) responsibility.
Analisis Kebutuhan Pengembangan Bahan Ajar Tradisi Lisan dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia di STIT Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan Een Syaputra; David Budi Hidayat
ALFABETA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya Vol 6 No 2 (2023): ALFABETA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya
Publisher : linguistic, literature, and teaching

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33503/alfabeta.v6i2.3495

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk melakukan analisis kebutuhan pengembangan bahan ajar tradisi lisan dalam perkulaiahan bahasa Indonesia dengan dua focus utama: 1) kebutuhan bahan ajar berdasarkan jenis tradisi lisan; dan 2) kebutuhan bahan ajar berdasarkan jenis jenis/bentuk bahan ajar. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa STIT Makrifatul ILmi Bengkulu Selatan dengan metode kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini dikumpulkan teknik wawancara mendalam dan angket terbuka serta dianlisis menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menjunjukkan bahwa: 1) semua mahasiswa sangat setuju dan merasa perlu dilakukan pengembangan bahan ajar tradisi lisan Bengkulu Selatan; 2) jenis tradisi lisan yang paling perlu untuk dikembangkan ialah ungkapan tradisional, puisi rakyat dan cerita rakyat. Beberapa jenis tradisi lisan yang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa didasarkan pertimbangan relevansi materi; 3) jenis bahan ajar yang paling perlu dikembangkan ialah berupa modul. Modul banyak dibtuhkan karena dianggap lebih praktis sehingga memudahkan mahasiswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Analisis kaitan Syekh Burhanuddin dan Kadar Ali dengan tradisi tabut: bulan Muharam di Bengkulu-Pariaman Japarudin Japarudin; Een Syaputra
JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol 9, No 4 (2023): JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia)
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/020232984

Abstract

Tabut in Bengkulu and Tabuik in Pariaman are two traditions that have the same socio-historical background, namely the Karbala incident in 61 AH. However, regarding the figure who originated this tradition at that time, until now there has been no clarity. This research aims to describe and analyze Syech Burhanudin and Kadar Ali in Bengkulu and Pariaman and their relationship to the Tabut Tradition. This research was conducted as a qualitative type of research. Data collection was carried out through interviews, a literature study, documentation, and observation. Data analysis was carried out using the Milles and Huberman interactive model. The results of the research show that Syech Burhanuddin (I, II, and III), who is known in West Sumatra, has no connection with Syech Burhanuddin in Bengkulu and also has no connection with the Tabut tradition in Bengkulu and Pariaman; Kadar Ali from Pariaman and Kader Ali from Bengkulu are suspected to be the same person in two possible schemes. Kadar Ali originally came from Bengkulu, migrated to Pariaman, and developed the Tabut tradition, but then returned to Bengkulu and died in Bengkulu. Second, Kader Ali is a native of Pariaman who married, then brought his wife to Pariaman and developed Tabut.
Analisis kaitan Syekh Burhanuddin dan Kadar Ali dengan tradisi tabut: bulan Muharam di Bengkulu-Pariaman Japarudin Japarudin; Een Syaputra
JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol 9, No 4 (2023): JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia)
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/020232984

Abstract

Tabut in Bengkulu and Tabuik in Pariaman are two traditions that have the same socio-historical background, namely the Karbala incident in 61 AH. However, regarding the figure who originated this tradition at that time, until now there has been no clarity. This research aims to describe and analyze Syech Burhanudin and Kadar Ali in Bengkulu and Pariaman and their relationship to the Tabut Tradition. This research was conducted as a qualitative type of research. Data collection was carried out through interviews, a literature study, documentation, and observation. Data analysis was carried out using the Milles and Huberman interactive model. The results of the research show that Syech Burhanuddin (I, II, and III), who is known in West Sumatra, has no connection with Syech Burhanuddin in Bengkulu and also has no connection with the Tabut tradition in Bengkulu and Pariaman; Kadar Ali from Pariaman and Kader Ali from Bengkulu are suspected to be the same person in two possible schemes. Kadar Ali originally came from Bengkulu, migrated to Pariaman, and developed the Tabut tradition, but then returned to Bengkulu and died in Bengkulu. Second, Kader Ali is a native of Pariaman who married, then brought his wife to Pariaman and developed Tabut.