Iin Parninsih
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Moderasi Beragama Pesantren: Jaringan dan Paham Keagamaan As’Adiyah, Darul Da’Wah Wal Irsyad, dan Nahdlatul Ulum Sulawesi Selatan Muhammad Alwi HS; Iin Parninsih; Nahla Fakhriyah Alwi
Jurnal Dialog Vol 45 No 1 (2022): Dialog
Publisher : Sekretariat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47655/dialog.v45i1.581

Abstract

Kajian ini merespon temuan BNPT yang menyebutkan adanya pesantren yang disinyalir terafiliasi paham terorisme dan radikalisme. Kajian ini berfokus pada pesantren As’adiyah, Darul Da’wah wal Irsyad (DDI), dan Nahdlatul Ulum, terutama dari sisi jaringan dan model beragamanya sebagai basis moderasi beragama. Pertanyaan kajian ini adalah bagaimana jaringan dan model beragama pesantren As’adiyah, DDI, dan Nahdlatul Ulum Sulawesi Selatan serta relasi ketiganya dalam moderasi beragama? Kajian ini merupakan penelitian pustaka dan lapangan sekaligus. Kajian pustaka diarahkan untuk menelusuri sisi historis tiga pesantren tersebut terkait jaringan dan model beragamanya, sementara kajian lapangan diarahkan untuk mengungkap kebertahanan jaringan dan model beragamanya. Kajian ini menyimpulkan bahwa dari sisi jaringan, tiga pesantren tersebut saling mempengaruhi hingga berpangkal pada pengaruh tradisi pendidikan Islam dari Mekkah dan Jawa. Dari sisi model beragama, tiga pesantren tersebut menunjukkan upaya penerapan dan penyebaran paham moderasi beragama pada konteksnya masing-masing, yang terlihat sejak awal didirikannya yang didukung oleh pemerintah setempat, visi misinya yang memperbaiki akhlak dan intelektual umat, materi-materi kitab yang diajarkan, hingga pandangan para alumninya. Karena itu, perhatian sekaligus penguatan jaringan pesantren yang memiliki model beragama moderat perlu terus dilakukan, terutama dalam rangka menghindari masuknya paham radikalisme dan terorisme ke lembaga pesantren. Kata Kunci: As’adiyah, DDI, Nahdlatul Ulum, moderasi beragama, jaringan pesantren This study responds to the findings of the BNPT which states that there are pesantrens that are suspected to be affiliated with terrorism and radicalism. This study focuses on pesantrens of As'adiyah, Darul Da'wah wal Irsyad (DDI) and Nahdlatul Ulum, especially in terms of their religious networks and models as the basis for religious moderation. The question of this study is how are the networks and religious models of As'adiyah, DDI and Nahdlatul Ulum, and the relationship between the three in religious moderation? This study is both library and field research. The literature review is directed to explore the historical side of the three pesantren related to their networks and religious models, while field studies are directed to reveal the persistence of their networks and religious models. From this, this study concludes that the network of the three pesantren was influenced by the intellectual traditions of Mecca and Java. Even though all three have different religious models, all three show religious moderation. This can be seen from the beginning of its establishment which was supported by local government, its vision-mission to improve the morals and intellectuals of the people (umat), kitab materials taught, to the views of each alumni. Therefore, it is necessary to continue to pay attention to as well as strengthen the pesantren network that has a moderate religious model, especially in order to avoid the entry of radicalism and terrorism into Islamic boarding schools. Keywords: As’adiyah, DDI, Nahdlatul Ulum, religious moderation, pesantren network
The Dakwah Movement of Kiai Muda in Eastern Indonesia: Study of Islamic Application and Islamization Models of As’adiyah Muhammad Alwi HS; Iin Parninsih; M. Riyan Hidayat
Jurnal Dialog Vol 44 No 2 (2021): Dialog
Publisher : Sekretariat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47655/dialog.v44i2.491

Abstract

This article discusses the roles of kiai muda in offering the model of typical As'adiyah Islamic Boarding School and disseminating Islam to the Eastern part of Indonesia. Kiai muda are the descendants of ulama graduating from Ma'had Aly at Pesantren As'adiyah. The study aims to answer some fundamental queations as to what As'adiyah Islamic model and the process of Islamization conducted by kiai muda from As'adiyah. The results show that As'adiyah grounds itself on Ahlu Sunna wal Jama'ah school of thoughts that is brought by Imam Nawawi and other the proponents of Shafi'I school of thought. The orientation of Ahlu Sunna wal Jama'ah and the typical Shafi'i mazhab are well maintained and practiced both in the pesantren and the surrounding community. The teachings of this school of thought are well received by the people of Eastern part of Indonesia. Hence, by all means, this has highly influenced the practices of dakwah delivered by kiai muda. Keywords: As'adiyah, kiai muda, dakwah, Islam, Islamization Artikel ini membahas peran kiai muda dalam menerapkan model Isam khas As’adiyah beserta menyebarkannya kepada masyarakat di Indonesia Timur. Di sini, kiai muda adalah mereka yang ditetapkan sebagai kiai melalui kaderisasi ulama pada jenjang Ma’had Aly di Pesantren As’adiyah. Rumusan masalah artikel ini adalah bagaimana model penerapan Islam As’adiyah? Bagaimana model Islamisasi oleh para kiai muda dari As’adiyah? Artikel ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode deskripsi-analitis terhadap data-data yang terkait tema kajian. Adapun hasil temuan artikel ini menyatakan bahwa As’adiyah memiliki paham Ahlu Sunna wal Jama’ah yang mengacu pada pandangan Imam Nawawi, dan bermazhab Syafi’i. Paham dan mazhab tersebut dijaga, dipelajari, diamalkan dan disebarkan, baik dalam lingkungan pesantren maupun ketika berdakwah kepada masyarakat. Penyebaran paham dan mazhab ini diterima dengan baik oleh masyarakat, yang terlihat berdasarkan bertahan dan berkembangnya penerimaan masyarakat atas dakwah-dakwah yang disampaikan oleh kiai muda Pesantren As’adiyah. Karena itu, dalam rangka menjaga dan menyebarkan model penerapan Islam yang Ahlu Sunna wal Jama’ah dan bermazhab Syafi’i di Indonesia Timur, maka gerakan dakwah kiai muda perlu didukung dan dikembangkan. Kata Kunci: As’adiyah, kiai muda, dakwah, Islam, Islamisasi
APAKAH AL-QUR’AN BIAS GENDER ATAU PRO-LESBIAN? KASUS MAKNA AL-NAS DAN AL-NISA QS. ALI IMRAN: 14 DAN REINTERPRETASINYA Muhammad Alwi HS; Iin Parninsih; Nur Afina Ulya
AT-TAISIR: Journal of Indonesian Tafsir Studies Vol. 4 No. 1 (2023): AT–TAISIR: Journal of Indonesian Tafsir Studies
Publisher : Institut Daarul Qur'an Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51875/attaisir.v4i1.217

Abstract

Makna yang ditemui pada tafsir-tafsir dan terjemahan al-Nas dan al-Nisa (QS. Ali Imran: 14) berkisar pada bias gender dan pro-lesbian. Bias gender ditemukan ketika al-Nas dimaknai laki-laki, dan al-Nisa dimaknai perempuan. Pro-lesbian ditemukan ketika al-Nas dimaknai manusia (laki-laki dan perempuan), dan al-Nisa dimakna perempuan. Dari sini, kajian ini berupaya memberi makna baru ayat tersebut, sehingga tidak bias gender dan pro-lesbian, dengan mengaplikasikan teori triangle meaning semiotics dari Charles Sanders Peirce. Adapun jenis kajian artikel ini adalah kajian pustaka, dengan menggunakan metode deskriptif-analatik. Kajian ini menyimpulkan bahwa term al-Nas lebih tepat dipahami sebagai manusia yang merujuk kepada keinginan (potensi) untuk berbuat baik dan buruk, bukan mengacu pada manusia sebagai jenis kelamin (biologis). Sedangkan makna al-Nisa lebih tepat dimaknai sebagai penambahan, karena ayat tersebut mengandung pemahaman bahwa merupakan suatu kecenderungan untuk menginginkan penambahan atas apa yang dimiliki. Dengan demikian, al-Nas dapat dimaknai sebagai keinginan untuk melakukan kebaikan atau keburukan, yang dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Sementara itu, al-Nisa dapat dimaknai sebagai penambahan, yang juga dapat dimiliki oleh laki-laki atau perempuan.