Aryoko Widodo
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN TERHADAP PREVALENSI TERJADINYA PENYAKIT SCABIES DI PONDOK PESANTREN MATHOLIUL HUDA AL KAUTSAR KABUPATEN PATI Mayrona, Cindy Tia; Subchan, Prasetyowati; Widodo, Aryoko
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.59 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19354

Abstract

Latar Belakang: Di Indonesia, angka kejadian penyakit skabies mencapai 5,6-12,95%. Pesantren sebagai tempat yang sering didapati higiene perorangan kurang memadai, tentu menjadi tempat yang sesuai untuk penularan penyakit skabies. Angka kejadian skabies sendiri di Pondok Pesantren di Demak mencapai 45,5%.Tujuan: Mengetahui Pengaruh Sanitasi Lingkungan terhadap Prevalensi Terjadinya Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Matholiul Huda Al Kautsar Kabupaten Pati.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah 46 santri yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi di Pesantren Matholiul Huda Al Kautsar Kabupaten Pati. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji chi-square.Hasil: 31 santri (67,4%) memiliki praktik sanitasi lingkungan yang buruk dan 15 santri (32,6%) memiliki praktik sanitasi lingkungan yang baik. Dari 46 santri ditemukan 39 santri (84,8%) yang menderita skabies. Dengan uji chi square didapatkan nilai p 0,029 ( p<0,05) maka secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan antara praktik sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies. Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) diperoleh nilai 0,7 yang berarti bahwa santri yang praktik sanitasi lingkungan yang buruk mempunyai resiko 0,7 kali untuk mendrita skabies dibanding dengan santri yang praktik sanitasi lingkungannya baik.Kesimpulaan : Ada pengaruh yang signifikan antara praktik sanitasi lingkungan dan kejadian skabies di pesantran Matholiul Huda Al Kautsar Kabupaten Pati. 
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa blimbi L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI ALOKSAN Widodo, Aryoko
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.578 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i4.22287

Abstract

Latar Belakang : Penderita Diabetes Melitus yang jumlahnya semakin bertambah, membutuhkan obat yang mudah didapatkan serta ekonomis. Salah satu obat tradisional yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.).Tujuan Penelitian : Menganalisis pengaruh pemberian ekstrak buah belimbing wuluh ( Averrhoa blimbi L. ) terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus wistar ( Rattus norvegicus ) yang diinduksi aloksan.Metode : Jenis penelitian adalah eksperimental dan rancangan penelitian adalah pre dan post test randomized controlled group design. Hewan coba tikus wistar jantan sebanyak 25ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu aquadest (control negatif), metformin dosis 18mg/tikus (kontrol positif), dan ekstrak buah belimbing wuluh dosis 0,25;0,75;1,25 gram/kgBB. Seluruh kelompok diinduksi aloksan terlebih dahulu sampai dengan kadar glukosa darahnya mencapai ≥ 126 mg/dL (pretest). Setelah 14 hari diberikan perlakuan dilakukan puasa selama 8 jam kemudian diukur kadar glukosa darahnya (post test1) dan 14 hari berikutnya diukur kembali kadar glukosa darahnya (post test 2) kemudian dilihat penurunan kadar glukosa darahnya.Hasil : Seluruh kelompok perlakuan memiliki penurunan kadar glukosa darah yang bermakna antara pre test, post test 1, dan post test 2 dengan nilai p<0,05. Pada semua kelompok dosis ekstrak buah belimbing wuluh memiliki kemampuan yang lebih baik daripada aquadest namun masih kurang efektif penurunannya bila dibandingkan dengan metformin. Dosis yang paling efektif menurunkan kadar glukosa darah dalam penelitian kali ini adalah 0,75 gram/kgBB.Kesimpulan : Ekstrak buah belimbing wuluh memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa darah, namun efektifitas penurunan kadar glukosa darahnya masih berada dibawah metformin.Kata Kunci: Ekstrak, buah, belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.), kadar glukosa darah, aloksan
PENGARUH PEMAKAIAN MASKER MADU TERHADAP DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS Fitriani, Ulfah; Budiastuti, Asih; Widodo, Aryoko
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.825 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i3.24510

Abstract

Latar belakang: Akne vulgaris merupakan kelainan kulit kronik pada unit pilosebasea yang ditandai dengan seborrhea, formasi komedo terbuka dan tertutup, pustula dan papula yang erimatus, serta pada kasus yang berat dapat disertai pustul yang dalam dan pseudokista. Madu memiliki senyawa hidrogen peroksida (H2O2) yang efektif sebagai zat antibakteri. Sifat antibakteri madu membantu mengatasi infeksi pada luka sedangkan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Tujuan: Mengetahui adanya pengaruh pemberian madu terhadap derajat keparahan Akne Vulgaris. Metode: Penelitian ini merupakan studi klinis dengan desain randomized pre and post test control group. Subjek penelitian adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang yang memenuhi kriteria inklusi. Subyek penelitian diacak kedalam kelompok kontrol dan perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 20 subyek dan lama penelitian selama 4 minggu atau. Data yang diperoleh merupakan data primer dengan mengisi kuisioner, menghitung jumlah lesi AV dan menentukan derajat keparahan AV. Hasil: Lesi total AV awal penelitian kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p=0,301), begitu pula dengan lesi total AV akhir penelitian (p=0,229). Perbedaan total lesi AV awal (20,95±10,98) dan akhir (12,32±12,23) kelompok kontrol berbeda bermakna (p<0,005). Terdapat penurunan bermakna (p<0,001) dari lesi AV awal (25,11±13,32)  dan akhir (15,21±12,54) pada kelompok perlakuan. Delta lesi kelompok kontrol dan perlakuan juga tidak berbeda bermakna (p=0,698). Pada akhir penelitian, derajat keparahan AV antara kedua kelompok didapatkan hasil akhir tidak berbeda bermakna (p=1,000). Kesimpulan: Tidak didapatkan hubungan bermakna antara pemakaian masker madu dengan derajat keparahan AV selama 4 minggu.Kata kunci: Akne vulgaris, derajat keparahan, masker madu.