Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Durasi Operasi yang Memanjang pada Pasien dengan Tumor Cerebellopontine Angle (CPA) Harrison Harrison; Kenanga M. Sikumbang; Rapto Hardian
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.204 KB) | DOI: 10.24244/jni.v9i1.242

Abstract

Tumor Cerebellopontine angle (CPA) merupakan tumor fossa posterior terbanyak dan merupakan 5-10% dari tumor intrakranial. Penatalaksanaan anestesi pada kasus tumor CPA sangat menantang, dan memerlukan perhatian khusus terhadap disfungsi batang otak, posisi pasien, pemantauan neurofisiologi intraoperatif, dan adanya risiko venous air embolism (VAE). Pasien wanita, 16 tahun, 45 kg, suspek CPA tipe schwannoma akustik dengan keluhan sakit kepala selama 2 bulan. Tidak ada riwayat tinitus dan gangguan keseimbangan. CT-scan kepala memperlihatkan massa padat dengan bagian kistik di cerebellopontine angle kanan. Prosedur pembedahan dilakukan dalam posisi prone dan memanjang hingga 13 jam. Rumatan anestesi ditujukan untuk stabilisasi hemodinamik dan pencegahan hipotermia dengan penghangat blower dan infus hangat. Perdarahan selama pembedahan sekitar 1800 ml. Pasien diekstubasi setelah 3 hari di ICU. Prosedur bedah untuk tumor CPA memiliki risiko tinggi dan membutuhkan waktu lama, sehingga meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat risiko hipotermia dan ketidakstabilan hemodinamik yang lebih tinggi. Pada kasus ini dengan keterbatasan alat monitoring, dilakukan observasi ketat untuk kejadian VAE dan pencegahan komplikasi pascabedah dengan menjaga hemodinamik tetap stabil dengan pemberian cairan adekuat dan pencegahan hipotermia dengan penggunaan blower warmer dan infus hangat. Pada kasus ini, lama pembedahan selama 13 jam diantisipasi dengan monitoring yang ketat, pemberian volume adekuat dan pencegahan hipotermi. Prolonged Operation in Patient with Cerebellopontine Angle (CPA) TumorAbstractCerebellopontine angle (CPA) tumor is the most common neoplasms in the posterior fossa, accounting for 5-10% of intracranial tumors. Anesthetic management is very challenging and needs special attention due to brain dysfunction, patient position, neurophysiological monitoring intraoperative, and the risk of venous air embolism (VAE). Female patient, 16 years old, 45 kg, with a suspected CPA acoustic schwannoma presented headache for 2 months. No history of tinnitus and balance disorders. Head CT-scan showed solid mass with cystic sections at right cerebellopontine angle. During procedure patient was in prone position and the operation took 13 hours long. Maintenance anesthesia aims to stabilize hemodynamic with adequate fluid replacement and prevention hypothermia with blower warmer and fluid warmer. Blood loss during the operation about 1800 ml. The patient was extubated after 3 days in the ICU. Surgical procedure in cerebellopontine angle surgery has a high risk and requires a long time. Prolonged duration of surgery will increases mortality and morbidity, because of the higher risk of hypothermia and hemodynamic instability. With limited monitoring equipment, we stabilize hemodynamic and to prevent the risk of VAE by adequate volume replacement. Hypothermia prevention by blower and fluid warmer. In this case, 13 hours long the operation makes us should maintenance hemodynamic by given adequate volume replacement and prevention of hypothermia.
Manajemen Anestesi pada Pasien Preeklampsia Berat disertai Impending Thyroid Storm yang Dilakukan Seksio Sesarea Rory Denny Saputra; Iwan Nuryawan; Rapto Hardian; Nurhayani Nurhayani; Kenanga Marwan Sikumbang
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 2 (2022): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i2.95

Abstract

Hipertiroid yang tidak terkontrol selama kehamilan dapat menyebabkan preeklamsia. Preeklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan kematian maternal. Wanita hamil yang mengalami preeklamsia dan hipertiroid tidak terkontrol memerlukan pemantuaan ketat dan terminasi kehamilan. Manajemen perioperatif dan anestesi yang tepat diperlukan pada kasus ini untuk mencegah terjadinya badai tiroid dan perburukan pasien akibat preeklamsia. Wanita 26 tahun dengan preeklampsia berat dan hipertiroid. Pada pemeriksaan fisik terdapat pembesaran kelenjar tiroid, eksoftalmus, tremor dan telapak tangan teraba lembab. Tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 145 kali permenit, temperatur 36,7°C, SpO2 99% dengan O2 simple mask 5 lpm. pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin 12,7 gr/dL, FT4 33,08 ug/dl TSH 0,002 uU/ml, dan protein urin positif. Skor indeks Wayne 24 dan skala Burch Wartofsky’s 35. Sebelum operasi, pasien mendapatkan MgSO4 40% intravena, thyrozol, propanolol dan lugol. Pasien menjalani seksio sesarea dengan anestesi spinal menggunakan bupivakain hiperbarik 0,5% 12,5 mg dan ajuvan fentanil 25 mcg. Pasien menjalani perawatan selama empat hari dengan hemodinamik stabil dan dipulangkan tanpa komplikasi. Manajemen perioperatif dan anestesi yang tepat pada wanita hamil yang disertai preeklamsia berat dan hipertiroid tidak terkontrol dapat mencegah terjadinya perburukan kondisi pasien. Pemilihan anestesi spinal memiliki keuntungan dan aman dilakukan pada kasus ini.