AHMAD MUTOHAR
Fakultas Dakwah IAIN Jember

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PENDIDIKAN AHLAK DALAM PANDANGAN KH. ABDUL MUCHITH MUZADI: Moral Education In The View Of KH. Abdul Muchith Muzadi AHMAD MUTOHAR; ZAINAL ANSHARI
Fenomena Vol 19 No 2 (2020): FENOMENA: Journal of the Social Sciences
Publisher : LP2M UIN KH.Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/fenomena.v19i2.37

Abstract

Abdul Muchith Muzadi (termasuk juga dikenal dengan sebutan Mbah Muchith Muzadi), termasuk seorang kiai yang memiliki wawasan sangat luas, wara’ mendalam dan tajam. Pada saat yang bersamaan, KH. Abdul Muchith Muzadi, termasuk sosok kiai yang memiliki etika sangat kuat, paling tidak hal itu terpancar dalam perilakunya sehari-hari. Beliau tetap berperilaku sebagaimana layaknya kiai yang khusu’, wara’ dan hidup dengan kesederhanaan. Kajian ini, memiliki fokus sebagai berikut; 1) bagaimana latar belang kehidupan, pendidikan dan pengabdian KH. Abdul Muchith Muzadi di dalam NU dan lembaga pendidikan Islam Indonesia? 2) apa saja karya tulis ilmiah yang dihasilkan oleh KH. Abdul Muchith Muzadi? 3) bagaimana konsep pendidikan ahlak dalam pandangan KH. Abdul Muchith Muzadi? Pendekatan penelitian kualitatif, dengan jenis library research (studi pustaka). Tujuan penelitian ini, untuk menjawab tiga hal yang telah dirumuskan di atas. Berikut kesimpulannya; Pertama, latar belang kehidupan, pendidikan dan pengabdian di dalam NU. KH. Abdul Muchith Muzadi dilahirkan di Bangilan Tuban, pada tanggal 19 jumadil awwal 1344 H/ 4 Desember 1925 M. beliau merupakan kader sekaligus aktivis NU yang dari sejak awal berjuang bersama putra KH. Hasyim Asy’ari, yakni KH. Wahid Hasyim. Kedua, beberapa karya tulis ilmiah KH. Abdul Muchith Muzadi. Sebagai berikut; 1) Beberapa Masalah Kewanitaan Dan Kepemimpinan Di Kalangan Wanita, 1974, makalah tidak diterbitkan. 2) Bermazhab. Sosiologis Atau Takut Resiko? Dalam pesantren No 4/Vol III/1998. Jakarta: P3M. 3) Berusaha memahami kehadiran bank-BPR, dalam majalah AULA. Maret 1991, dan sebagainya. Ketiga, Konsep pendidikan ahlak dalam pandangan KH. Abdul Muchith Muzadi. Konsep pola hidup birrul walidain. Menurutnya, Islam menempatkan birrul walidain ini sebagai kewajiban dengan urutan nomor dua sesudah beribadah kepada Allah dan sebaliknya menempatkan uququl walidain sebagai larangan dengan urutan nomor dua sesudah syirik (menyekutukan Allah). Abdul Muchith Muzadi (also known as Mbah Muchith Muzadi), including a Kiai who has a comprehensive insight, deep and sharp wara’. At the same time, KH. Abdul Muchith Muzadi, including the figure of Kiai who has solid ethics, is reflected in his daily behavior. He still behaves like a special kiai', wara ' and lives with simplicity. This study has a focus as follows; 1) how the background of life, education, and devotion Kh. Abdul Muchith Muzadi in NU and Indonesian Institute of Islamic education? 2) What are the scientific papers produced by KH. Abdul Muchith Muzadi? 3) how the concept of ahlak education in the view of KH. Abdul Muchith Muzadi? Qualitative research approach, with the type of library research. The purpose of this study is to answer the three things formulated above. Here are the conclusions; First, the background of life, education, and devotion in NU. KH. Abdul Muchith Muzadi was born in Bangilan Tuban on 19 jumadil awwal 1344 H / 4 December 1925 M. he is a cadre as well as NU activists who, from the beginning, fought with the son of KH. Hashim Ash'ari, namely KH. Wahid Hashim. Second, some scientific papers KH. Abdul Muchith Muzadi. As follows; 1) some problems of womanhood and leadership among women, 1974, unpublished paper. 2) fasting. Sociological Or Fear Of Risk? In boarding school No. 4 / Vol III / 1998. Jakarta: P3M. 3) trying to understand the presence of banks-RBS in Hall magazine. March 1991, and so on. The third is the concept of ahlak education in the view of KH. Abdul Muchith Muzadi. Birrul walidain lifestyle concept. According to him, Islam puts this birrul walidain as an obligation in the order of number two after worshiping Allah, and vice versa puts uququl walidain as a prohibition in the order of number two after shirk (associating partners with Allah).