Masra Roesnoer
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI SILANG DENGAN PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI Intan Puspita Sari; Dhona Afriza; Masra Roesnoer
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.189 KB) | DOI: 10.33854/jbd.v1i1.49

Abstract

Infeksi silang menjadi perhatian utama bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya. Dokter gigi dan tenaga kesehatan gigi beresiko berkontak dengan mikroorganisme patogen pada saat merawat pasien, diantaranya termasuk HIV, Virus hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), virus herpes simplex tipe 1 dan 2, Mycobacterium tuberkulosis,dan lain-lain. Kurangnya pengetahuan tentang potensi infeksi yang dibawa saliva dan darah serta mengabaikan perlindungan diri dapat membahayakan petugas kesehatan gigi dan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang infeksi silang dengan penatalaksanaan pencegahan infeksi pada mahasiswa kepaniteraan klinik FKG Baiturrahmah. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi dan sampel adalah mahasiswa kepaniteraan klinik FKG Baiturrahmah. Jumlah sampel adalah 154 orang, sedangkan teknik pengambilan sampel secara acak. Pengumpulan data dilakukan pengamatan dengan mengisi formulir pengamatan dan pengisian kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada sebanyak 69 (86,3%) mereka yang berpengetahuan tinggi melakukan penatalaksanaan pencegahan infeksi dengan baik, sedangkan yang rendah sebanyak 18 (24,3 %) yang melakukan penatalaksanaan pencegahan infeksi dengan tidak baik. Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,141 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaaan proporsi kejadian kategori pengetahuan dengan penatalaksanaan atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penatalaksanaan pencegahan infeksi.
PREVALENSI KARIES RAMPAN PADA ANAK USIA BALITA DI TAMAN KANAK-KANAK KOTA PADANG Putri Astari; Masra Roesnoer; Sri Pandu Utami
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.577 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.2

Abstract

Rampan karies adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan suatu keadaan sebagian besar atau semua gigi susu yang mengalami kerusakan (karies) secara luas dan berkembang dengan cepat. Pada umumnya, susu botol diberikan pada balita sepanjang hari mulai dari anak bermain sampai tidur. Tindakan ini adalah penyebab utama terjadinya rampan karies. Karies yang mengenai anak usia balita sangat sering ditemukan dimana hampir separuhnya adalah karies rampan. Karies rampan dapat menimbulkan berbagai masalah pada anak. Pada anak dengan karies rampan seringkali ditemukan keluhan seperti anak merasa sakit dan rewel. Banyak faktor penyebab terjadinya karies rampan namun yang paling utama adalah kurangnya kebersihan gigi dan mulut, seringnya konsumsi sukrosa, kebiasaan mengisap dot yang berisi gula terutama menjelang tidur malam, struktur gigi yang kurang baik, serta adanya aktivitas bakteri karies yang tinggi. Karies rampan harus segera dirawat untuk menghilangkan keluhan dan faktor penyebab utama serta dilakukan pencegahan agar kesehatan gigi dan mulut tetap terjaga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi karies rampan pada anak usia balita di taman kanak-kanak kota Padang. Jenis penelitian adalah deskriptif observasional dengan menggunakan metode survei. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 386 orang. Teknik pengambilan sampel secara stratified random sampling. Analisis data secara manual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi karies rampan pada anak usia balita di taman kanak-kanak Kota Padang adalah sebesar 35%, karies bukan rampan 51%, dan bebas karies 14%. Simpulan penelitian adalah prevalensi karies rampan di taman kanak-kanak Kota Padang adalah tinggi. Karies gigi pada anak balita masih tinggi mencapai angka 86%, dimana angka tertinggi adalah karies bukan rampan, kemudian karies rampan.
KARAKTERISTIK SCAFFOLD HIDROKSIAPATIT DARI GIGI MANUSIA MENGGUNAKAN UJI X-RAY DIFFRACTION (XRD) Wenny Rosalina; Andries Pascawinata; Masra Roesnoer
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 4, Nomor 2, Desember 2017
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.62 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.105

Abstract

Latar belakang: Resorpsi tulang alveolar diakibatkan oleh berbagai kasus, antara lain pencabutan gigi, trauma atau kecelakaan lalu lintas, kanker, tumor tulang, dan penyakit degeneratif yang semakin meningkat sehingga tulang alveolar tidak adekuat bagi penempatan dental implan. Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam rongga mulut yang sering menjadi limbah setelah pencabutan. Gigi memiliki kandungan hidroksiapatit sekitar 60% yang hampir sama dengan tulang sehingga gigi dapat dimanfaatkan sebagai bahan scaffold hidroksiapatit. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik scaffold hidroksiapatit dari gigi manusia dengan metode planetary ball mill dengan uji x-ray diffraction (XRD). Bahan dan metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan menggunakan gigi yang telah diekstraksi dan dibuang bagian mahkota kemudian dilakukan perebusan, dihancurkan manual menggunakan palu, ditimbang menggunakan neraca, dan dikalsinasi pada suhu 600°C, 900°C, dan 1200°C, setelah itu dihaluskan dengan planetary ball mill dan dilakukan uji XRD. Hasil: Terdapat pola difraksi XRD yang berbeda pada setiap sampel, kandungan hidroksiapatit dengan komposisi berbeda pada setiap sampel, dan ukuran kristal yang berbeda yaitu 30.771797 nm pada suhu 600°C, 42.401917 nm pada suhu 900°C, dan 46.175893 nm pada suhu 1200°C. Simpulan: Dari hasil pegujian XRD didapatkan scaffold dengan tingkat kristalinitas berbeda menggunakan metode planetary ball mill.