Asyharul Muttaqin
Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Peran dan Periodisasi Wali Songo Dalam Pengembangan Budaya Islam di Nusantara Zainal Rosyadi; Khoirul Wafa; Asyharul Muttaqin; Imam Nurngaini
SINDA: Comprehensive Journal of Islamic Social Studies Vol 1 No 3 (2021): Volume 1,Number3, Desember 2021
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.505 KB) | DOI: 10.28926/sinda.v1i2.203

Abstract

Wali Songo sangat terkenal sebagai dewan dakwah dan berhasil menanamkan akidah dan syariat Islam di Nusantara khususnya di Pulau Jawa. Wali Songo merupakan orang yang senantiasa beriman dan taqwa kepada Alloh SWT, menyampaikan kebenaran dari Alloh SWT, memiliki karomah dari Alloh SWT suatu kemampuan di luar adat kebiasaan manusia. Peran Wali Songo sangat besar diantaranya sebagai pelopor, pejuang ahli bidang agama Islam, pemimpun, guru, kyai dan tokoh masyarakat. Masyarakat mengenal Wali Song sebagai sembilan orang, yaitu Syeh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Gresik, Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati. Berbagai pendapat menyebutkan bahwa Wali Songo tidak hidup dalam satu masa namun terbagi dalam beberapa periode dan berganti apabila ada yang wafat. Berakhirnya periodesasi Wali Songo karena dibekukan oleh Kolonial Belanda dan banyak para ulama keturunan Wali Songo yang dipenjara dan dibunuh. Wali Songo is very well known as a da'wah council and has succeeded in instilling Islamic faith and sharia in the archipelago, especially on the island of Java. Wali Songo is a person who always has faith and piety to Allah SWT, conveys the truth from Allah SWT, has karomah from Allah SWT, an ability beyond human habits. Wali Songo's role is very large, including as a pioneer, expert fighter in the field of Islam, leaders, teachers, kyai and community leaders. The community recognizes Wali Songo as nine people, namely Sheikh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Gresik, Sunan Giri and Sunan Gunung Jati. Various opinions state that Wali Songo does not live in one period but is divided into several periods and changes when someone dies. The end of the periodization of Wali Songo because it was frozen by the Dutch Colonial and many ulama descendants of Wali Songo were imprisoned and killed.