Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM YANG MELAKSANAKAN SENAM NIFAS Indra Gunawan; Titi Astuti
Jurnal Keperawatan Vol 11, No 2 (2015): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (71.118 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v11i2.569

Abstract

Pada ibu post partum involusi uterus merupakan proses yang sangat penting karena ibu memerlukan perawatan yang khusus, bantuan dan pengawasan demi pulihnya kesehatan seperti sebelum hamil. Salah satu indikator dalam proses involusi adalah tinggi fundus uteri. Tujuan penelitian ini diketahui pengaruh pelaksanaan senam nifas terhadap penurunan tinggi fundus uteri (TFU) pada ibu post partum di Puskesmas Ulu Belu Kabupaten Tanggamus Tahun 2015. Senam nifas disebut juga sebagai senam pemulihan sesudah melahirkan. Ukuran dengan sentimeter yang diukur dari umbilicus sebagai indikasi dari proses involusi uteri. Sekitar 12 jam setelah melahirkan TFU akan turun 1 cm dibawah umbilicus dan selanjutnya akan turun 1cm atau 1jari perhari menuju simpisis.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain Quasi Eksperimen serta pendekatan Non Equivalen Control Group, pemilihan sampel dengan teknik Accidental Sampling, dengan mengambil 40 responden. Instumen penelitian menggunakan lembar observasi.Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik T Test, didapatkan penurunan tinggi fundus uteri klien pada kelompok yang tidak mendapatkan senam nifas. Rata-rata penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok yang tidak mendapatkan senam nifas sebelum sebesar 9,85 dan sesudah 5,50, meskipun secara statistik menurun, akan tetapi jika dilihat nilai selisih antara kedua kelompok tersebut, maka kelompok eksprimen lebih  besar dalam mengalami penurunan, pada kelompok eksperimen selisihnya sebesar 8,85 dan kelompok kontrol sebesar 4,35. Saran agar hasil penelitian ini menjadi pola acuan untuk melakukan penyuluhan-penyuluhan terkait dengan penerapan senam nifas di  Puskesmas Ulu Belu.
PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI Siti Fatonah; Tori Rihiantoro; Titi Astuti
Jurnal Keperawatan Vol 11, No 1 (2015): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.678 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v11i1.519

Abstract

Hipertensi merupakan penyebab berbagai penyakit berat dan komplikasi.Penatalaksanaan hipertensi dilakukan secara farmakologis dan non farmakologi sebagai terapi komplementer, diantaranya terapi bekam.Tujuan  penelitianuntuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.  Desain penelitianquasi experimental one group pre-post test  pada 30 responden hipertensi yang memenuhi kriteria. Tehnik sampling  Consecitive sampling. Pengumpulan data dilakukan pengukuran tekanan darah  sebelum dan setelah dibekam satu kali, kemudian dicatat pada  lembar observasi.Waktu penelitianSeptember tahun 2014 di Klinik Pengobatan Geratis Hilal Ahmar Bandar Lampung.Hasil pengukuran TD.sistole sebelum dilakukan bekam di dapatkan hasil mean 156,57 mmHg, standar deviasi 15,83 mmHg, sesudah terapi bekam diperoleh mean 149 mmHg, standar deviasi 18,49 mmHg. TD.diastolik sebelum bekam mean 95 mmHg, standar deviasi 7,31 mmHg, sesudah terapi bekam nilai mean 92,67 mmHg, standar deviasi 9,80 mmHg. Sedangkan mean MAP sebelum terapi bekam sebesar 115,56 mmHg, standar deviasi 8,90 mmHg, sesudah terapi bekam sebesar 111,44 mmHg, standar deviasi 11,83 mmHg. Hasil uji statistik, terdapat pengaruh yang bermakna pada tekanan darah sistolik dan MAP pada pasien hipertensi sebelum dan setelah terapi bekam dengan nilai p=0,000 (sistole) dan p=0,007 (MAP) dimana p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terapi bekam berpengaruh terhadap menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Sedangkan tidak terdapat pengaruh yang bermakna pada tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi sebelum dan setelah terapi bekam dengan nilai p=0,199. Saran kepada praktisi bekam untuk lebih giat dalam mempromosikan bekam sebagai pengobatan alternatif. Pada pasien-pasien yang mengalami gangguan perfusi sistemik utamanya pasien yang di rawat di runga ICU, untuk mengkombinasikan terapi bekam.
MASSAGE DALAM PENATALAKSANAAN NYERI DAN LAMANYA KALA I PERSALINAN IBU PRIMIPARA Titi Astuti; Rohayati Rohayati
Jurnal Keperawatan Vol 8, No 2 (2012): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.542 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v8i2.160

Abstract

Proses persalinan selalu berhubungan dengan rasa nyeri, cemas, dan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu. Di RB Kartini setiap bulannya rata-rata terdapat 90 persalinan, yang melahirkan anak pertama 25% dan risiko kejadian komplikasi persalinan 5% (medical record RB Kartini, 2010). Perawat maternitas dibutuhkan untuk membuat persalinan aman, nyaman dan efektif dengan memberikan asuhan,  pendidikan kesehatan tentang teknik nonfarmakologik mengurangi nyeri dengan pijatan (massage) untuk membantu ibu dalam menghadapi proses persalinan dalam mengurangi nyeri dan mempercepat lamanya kala 1 persalinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh massage terhadap rasa nyeri, dan lamanya kala I persalinan pada ibu primipara. Metode penelitian yang digunakan Kuasi Eksperimen dengan rancangan post test only. Sampel yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi sejumlah 64 responden yang terdiri dari 32 responden kelompok intervensi dan 32 responden kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan adalah mengukur observasi nyeri dengan FPRS, lembar observasi lamanya kala I dan kuesioner untuk karakteristik responden. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat dengan menggunakan uji T-independent. Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan rasa nyeri persalinan antara ibu primipara kelompok intervensi dengan ibu primipara kelompok kontrol (P Value 0,000; α 5%), dan ada perbedaan rata-rata lamanya kala I persalinan antara ibu primipara kelompok intervensi dengan ibu primipara kelompok kontrol (P Value 0,000; α 5%). Disarankan agar Rumah Bersalin dapat memberikan pendidikan kesehatan pada ibu antenatal trimester tiga dengan mempersiapkan ibu mendapatkan pengetahuan tentang massage untuk mengurangi nyeri persalinan dan lamanya kala I persalinan
EFEKTIVITAS PIJAT REFLEKSI TERHADAP PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS Musiana Musiana; Titi Astuti; Ratna Dewi
Jurnal Keperawatan Vol 11, No 2 (2015): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.536 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v11i2.576

Abstract

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan menyebutkan terapi komplementer dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan. Hasil survey pendahuluan di Puskesmas Kedaton penyakit DM termasuk dalam 10 besar penyakit terbanyak dan menduduki urutan ke-4 setelah faringitis, hipertensi dan common cold dan terjadi peningkatan jumlah penderita DM dari tahun 2012 (1.131 penderita) menjadi 1.873 penderita pada tahun 2013. Hipotesis penelitian yaitu pijat refleksi efektif dalam mengendalikan kadar glukosa darah penderita DM. Manfaat penelitian adalah mengintegrasikan terapi komplementer dalam pelayanan keperawatan  penderita DM.  Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen, metode pengambilan data Pre and Post Test Control  Group Design. Hasil penelitian didapat rata-rata kadar glukosa darah penderita DM sebelum melakukan pijat refleksi adalah 199,76 mg/dl sedangkan pada kelompok kontrol 183,18 mg/dl. Rata-rata kadar glukosa darah penderita DM sesudah melakukan pijat refleksi adalah 159,14 mg/dl sedangkan pada kelompok kontrol 170,43 mg/dl. Hasil uji statistik, ada perbedaan kadar glukosa darah penderita DM pada kelompok intervensi dengan nilai p = 0,021 sedangkan pada kelompok kontrol tidak (nilai p = 0,400). Saran bagi Puskesmas Kedaton agar mengintegrasikan terapi komplementer khususnya pijat refleksi dalam pelayanan keperawatan penderita DM  dengan mengoptimalkan sarana pijat refleksi berupa taman pijat refleksi yang sudah tersedia di puskesmas Kedaton.
PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI DASAR (KIPI) PADA BAYI Nazwah Masiah; Titi Astuti
Jurnal Keperawatan Vol 11, No 2 (2015): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (80.055 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v11i2.566

Abstract

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi nasional yang paling serius diperkirakan terjadi pada anak sebanyak 50% kasus dari 1 juta kelahiran balita. Presentase angka kejadian ikutan pasca imunisasi sendiri di Puskesmas Sukarame terjadi sebesar 16,3% kasus,dan angka drop out sebesar 10 %,hal tersebut akan berdampak buruk bagi bayi ibu apabila kurangnya pengetahuan dan penanganan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu di Puskesmas Sukarame Kelurahan Way Dadi Sukarame Bandar Lampung Tahun 2014.Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini sebanyak 163 orang,teknik sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan jumlah responden 62 orang. Analisa data pada penelitian ini dilakukan secara univariat dalam bentuk penyajian tabel distribusi frekuensi.Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi dasar pada bayi,di Puskesmas Sukarame kelurahan Way Dadi tahun 2014 dalam kategori cukup baik, yaitu 29 responden. (46,8%),tetapi ada juga kategori baik sebanyak 12 responden (19,4%), dan kategori kurang baik sebanyak 21 responden (33,9%).Diharapkan  Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan kesehatan dapat menentukan langkah-langkah promotif dan preventif guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan pada bayi.
HUBUNGAN LAMAPENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID Annisa K.A; Titi Astuti
Jurnal Keperawatan Vol 11, No 1 (2015): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.257 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v11i1.529

Abstract

Jumlah penduduk Indonesia tahun 2025 diperkirakan mencapai 273,7 juta jiwa, mengalami kenaikan 67,9 juta jiwa. Sementara Provinsi Lampung mengalami peningkatan selama tahun 2007 – 2012 sebanyak 477.545 jiwa. Pemerintah berupaya menekan laju penduduk dengan  program Keluarga Berencana (KB). Pengguna KB di Indonesia lebih didominasi KB suntik.KB suntik memiliki efek samping diantaranya perubahan siklus haid, seperti tidak terjadi perdarahan, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi, lama, dan jumlah darah yang hilang. Karena efek samping dari KB suntik yang paling menonjol adalah perubahan siklus haid, banyak sekali para akseptor berpindah ke metode kontrasepsi lainnya.Tujuan penelitia, untuk mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi suntik DMPA dengan perubahan siklus haid di RB Kartini Bandar Lampung. Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah 55 ibu.Teknik pengambilan sampel adalah teknik Accidental Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 orang (54,5%) yang mengalami amenorea dengan lama penggunaan >2 – 3 tahun, sedangkan 25 orang (45,5%) mengalami spotting. Hasil uji statistik Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% dengan nilai p value 0,007, menunjukan ada hubungan bermakna antara lama penggunaan kontrasepsi suntik dengan perubahan siklus haid.Saran dari peneliti untuk perawat atau petugas kesehatan agar dapat memberikan informasi kepada calon akseptor KB yang baru tentang efek samping dan keuntungan dari kontrasepsi suntik.
The Comparison of Risk Factors for Stunting in Rural and City in Lampung Aprina Aprina; Titi Astuti; Aree Sanee; Erwandi Erwandi; Munawar Shodiq
Jurnal Kesehatan Vol 14, No 1 (2023): Jurnal Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jk.v14i1.3776

Abstract

Globally, Rural areas have more stunted children (40%) than urban areas (33%). In contrast, in Indonesia, In 2010-2013, the prevalence of stunting in rural areas was higher than in urban areas at 40 0% and urban areas by 31.5%. This type of quantitative research uses Cross Sectional approach with the aim of study to compare risk factors for stunting in rural areas and Lampung City in 2022. The research subjects are mothers and toddlers 30 are rural, and 30 are in town. The analysis in this study used the independent t-test, Mann-Whitney, chi-square, and Fisher tests; the results showed a comparison of birth length, exclusive breastfeeding, birth spacing, economic status, and environmental factors to the incidence of stunting in cities and villages in 2022. There was no comparison of birth weight, breastfeeding for up to 2 years, depression status, number of children, parenting, dietary, and Nutrition Patterns During Pregnancy on Stunting Incidents in Cities and Villages. The dominant factors influencing stunting in cities and villages based on the results of multivariate analysis of Birth spacing. There is a comparative risk factor for stunting in both rural and urban areas in Lampung province. Stunting prevention efforts by preventing early marriage, increasing the ease of access to health services in peripheral/remote sites to reduce the distance to reach health facilities, and preventing the occurrence of Low Birth Weight Babies through various promotional efforts in preventive.