Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan penata anestesi tentang resusitasi jantung paru (rjp) pada era pandemi covid-19: Factors associated with nurses anesthetists’ knowledge of cardiopulmonary resuscitation (cpr) in the covid-19 pandemy era Ni Made Dewi Wahyunadi; NLP Lusiana Devi; I Ketut Sudiana
Bali Medika Jurnal Vol 8 No 4 (2021): Bali Medika Jurnal Vol 8 No 4 Desember 2021
Publisher : Stikes Wira Medika Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36376/bmj.v8i4.245

Abstract

This study was conducted to assess the factors (age, gender, education, workplace, working experience and training) associated with the nurses anesthetists’ knowledge of Cardiac Pulmonary Resuscitation (CPR) in the COVID-19 pandemic era. This descriptive correlation study used a cross-sectional approach involved 109 nurses anesthetist as a sample. This study employed total sampling technique. The questionnaire used was adapted from the American Heart Association (2020). Based on the Chi square test, There was a significant relationship between  age (p value = 0,044) and working experience (year) (p value = 0.024) with the nurses anesthetists’ knowledge of CPR in the COVID-19 pandemic era. Otherwise There was no significant relationship between gender (p value = 0,613), education (p value = 0,350), workplace (p value = 0,408), and training (p value = 0,632) with the nurses anesthetists’ knowledge of CPR in the COVID-19 pandemic era. The factors that significantly related to the nurses anesthetists’ knowledge of CPR in the COVID-19 pandemic era are age and working experience. The factors which unrelated are gender, education, income, workplace, and training.
The Correlation of Intraoperative Blood Pressure with Post Operative Nausea and Vomiting Incidence Ni Wayan Eni Sukmawati; Ni Made Dewi Wahyunadi; Ni Putu J. Sastamidhyani
Genius Journal Vol. 3 No. 1 (2022): GENIUS JOURNAL
Publisher : Inspirasi Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (853.609 KB) | DOI: 10.56359/gj.v3i1.75

Abstract

Objective: To determine the correlation of intraoperative blood pressure with PONV Incidence in post-general anesthesia patients at Tk. II Udayana Hospital Denpasar. Methods: This study employed analytical correlational with cross-sectional design. There were 60 respondents as the samples. The data were collected by using an observation sheet during intraoperative and PONV questionnaire. Data were analyzed using the Spearman's Rho test. Result: The result showed that the dominant of intraoperative blood pressure of the patient was normotensive (68,3%), the dominant of PONV incident was no PONV (90%). There was significant correlation of intraoperative blood pressure and PONV incidence (p-value <0.001) with coefficient correlation -0.507. Conclusion: There is a correlation of intraoperative blood pressure and PONV incidence on post general anesthesia patients at Tk. II Udayana Hospital Denpasar with strong correlation.
Kemampuan Aktivitas Dan Fungsi Kognitif Pasien Kanker Payudara Yang Mendapat Kemoterapi Sarah K Wulandari; Ni Made Dewi Wahyunadi
Jurnal Keperawatan BSI Vol 8 No 1 (2020): Jurnal Keperawatan BSI
Publisher : LPPM Universitas BSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.709 KB)

Abstract

Kemampuan aktivitas fisik dan fungsi kognitif pada kanker payudara sering dilaporkan berubah akibat kemoterapi. Tujuannya adalah untuk menilai korelasi antara kemampuan aktivitas fisik dan fungsi kognitif pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Metode studi cross-sectional di dilaksanakan pada Poliklinik Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Sanglah, Bali pada bulan September - Oktober 2019. Sebanyak 53 responden mengisi dua kuisioner, dengan kriteria inklusi kanker payudara tanpa tahap metastasis dan telah menjalani kemoterapi. Kriteria eksklusi tidak dapat membaca dan menulis, gangguan mental, keadaan sadar menurun, dan cacat motorik sejak awal. Penelitian ini menemukan korelasi yang tidak signifikan secara statistik antara kemampuan aktifitas fisik dan fungsi kognitif pada pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi dengan nilai korelasi (p> 0,005) antara lima komponen dalam aktivitas dan empat komponen fungsi kognitif yang terkait dengan kualitas hidup. Simpulan penelitian bahwa tidak terdapat korelasi antara kemampuan aktivitas fiisk dengan fungsi kognitif. Studi di masa depan perlu menggunakan pendekatan dan pertimbangan yang mungkin dikembangkan dengan sample lebih besar dan kombinasi menggunakan instrumen objektif pada penelitian.
Efektivitas pelatihan tutorial simulasi Early Warning Score (EWS) COVID-19 dewasa terhadap pengetahuan dan kinerja tenaga kesehatan dalam pendokumentasian di RSUD Sanjiwani, Gianyar, Indonesia Ni Komang Ady Tri Hapsari; I Gede Putu Darma Suyasa; Ni Putu Ayu Jelantik Sastamidhyani; Ni Made Dewi Wahyunadi
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 3 (2021): (Available online: 1 December 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.34 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i3.1102

Abstract

Background: Monitoring vital signs in COVID-19 patients with severe symptoms could be conducted by documenting Early Warning Score (EWS). However, health care workers are not trained to apply EWS. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the adult EWS COVID-19 simulation tutorial training on the knowledge and performance of health workers in documentation.Methods: The research method used was Quasi Experiment with a pre-test post-test approach with control design. Samples were 40 health workers divided into 2 groups. The intervention group 1 was the health workers from the Kamboja Room by providing simulation tutorial training consisting of the Tutorial (Lecture) method, case studies and simulations, while the intervention group 2 was the Arjuna Room health worker by providing the Tutorial (Lecture) method. Data were analyzed using SPSS version 25 for Windows.Results: There was a significant difference in knowledge and performance related to the documentation before and after training was carried out using the Wilcoxon Sign Rank Test (p<0.001). In addition, a significant difference was also found in the effectiveness of the training method using the Independent T-Test test for knowledge (p=0.041) and performance (p=0.029) in documentation.Conclusion: Simulation Tutorial Training is more effective in increasing knowledge and performance of health workers in documentation compared to Tutorial Training (Lecture). Based on the results of this study, it is recommended to provide training using the Adult COVID-19 EWS Simulation Tutorial method on an ongoing basis  Latar Belakang: Monitoring tanda-tanda vital pada pasien dengan Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) dengan gejala berat dapat dilakukan melalui pendokumentasian Early Warning Score (EWS). Namun, tenaga kesehatan belum mendapatkan pelatihan tentang EWS COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan tutorial simulasi EWS COVID-19 dewasa terhadap pengetahuan dan kinerja tenaga kesehatan dalam pendokumentasian.Metode: Desain penelitian ini adalah Quasi-eksperimental dengan pendekatan pre-test-post-test with control design. Sampel adalah 40 orang tenaga kesehatan yang terbagi dalam dua kelompok. Kelompok intervensi 1 yaitu tenaga kesehatan Ruang Kamboja dengan pemberian pelatihan tutorial simulasi yang terdiri dari metode Tutorial (Lecture), studi kasus, dan simulasi, sedangkan kelompok intervensi 2 yaitu tenaga kesehatan Ruang Arjuna dengan pemberian metode Tutorial (Lecture). Data dianalisis dengan SPSS versi 25 untuk Windows.Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna antara pengetahuan dan kinerja dalam pendokumentasian sebelum dan setelah pelatihan dengan uji Wilcoxon Sign Rank Test (p<0,001). Disamping itu juga terdapat perbedaan yang bermakna efektivitas metode pelatihan dengan uji Independent T-Test untuk pengetahuan (p=0.041) dan untuk kinerja dalam pendokumentasian (p=0.029).Kesimpulan: Pelatihan Tutorial Simulasi lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan kinerja tenaga kesehatan dalam pendokumentasian dibandingkan dengan Pelatihan Tutorial (Lecture). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk memberikan pelatihan dengan metode Tutorial Simulasi EWS COVID-19 dewasa secara berkesinambungan. 
PERBEDAAN KEBERHASILAN TERAPI FIBRINOLITIK PADA PENDERITA ST-ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION (STEMI) DENGAN DIABETES DAN TIDAK DIABETES BERDASARKAN PENURUNAN ST-ELEVASI Ni Made Dewi Wahyunadi; Djanggan Sargowo; Tony Suharsono
Journal of Nursing Science Update (JNSU) Vol. 5 No. 1 (2017)
Publisher : Department of Nursing, Faculty of Health Sciencce, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1527.591 KB)

Abstract

ST-elevation myocardial infarction (STEMI) adalah kondisi yang terjadi akibat rupturnya plak aterosklerosis yang menyebabkan oklusi total pada arteri koroner. Salah satu tindakan reperfusi yang dapat dilakukan pada pasien STEMI adalah pmberian fibrinolitik yang sebaiknya diberikan dalam waktu <12 jam setelah munculnya nyeri dada. Keberhasilan terapi fibrinolitik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah pasien menderita diabetes atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah membedakan keberhasilan terapi fibrinolitik pada penderita STEMI dengan diabetes dan tidak diabetes berdasarkan penurunan ST-elevasi. Metode dalam penelitian ini analitik observasional dengan pendekatan cross sectional prospective. Jumlah sampel 34 responden diambil dengan pendekatan consecutive sampling. Pengukuran dilakukan dengan cara observasi langsung ke pasien dan mengobservasi catatan rekam medis pasien STEMI dengan diabetes dan tidak diabetes diemergensi jantung PJT RSUP Sanglah Denpasar, ICCU RSUD Badung dan ICU BRSU Tabanan. Uji analisis yang digunakan untuk membedakan keberhasilan terapi fibrinolitik pada penderita STEMI dengan diabetes dan tidak diabetes adalah uji Fisher. Hasil analisis uji Fisher menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keberhasilan terapi fibrinolitik yang signifikan pada pasien diabetes dan tidak diabetes (p<0.000), dimana keberhasilan terapi fibrinolitik pada pasien diabetes (10%) lebih sedikit dibandingkan pada pasien yang tidak diabetes (79%). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keberhasilan terapi fibrinolitik yang signifikan pada pasien diabetes dan tidak diabetes, dimana dalam penelitian ini keberhasilan terapi fibrinolitik ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh waktu pemberian fibrinolitik dan faktor resiko STEMI lain yang dialami oleh pasien seperti hipertensi, obesitas, hiperlipidemia dan merokok.Kata kunci: STEMI, terapi fibrinolitik, diabetes dan tidak diabetes, penurunan ST-elevasi
HUBUNGAN EGRI SCORE DENGAN KEBERHASILAN INTUBASI PADA PASIEN GENERAL ANESTHESIA DI RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG Ni Made Dewi Wahyunadi; N Norlailiyah; Putu Noviana Sagitarini
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol. 14 No. 1, Januari 2023
Publisher : Universitas Kusuma Husada Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34035/jk.v14i1.968

Abstract

Latar Belakang: Intubasi adalah sebuah tindakan memasukkan pipa endotrakea baik melalui mulut atau hidung. Meningkatkan keberhasilan intubasi hal yang perlu dilakukan agar tidak terjadi cidera bahkan kematian saat proses intubasi. Upaya yang bisa dilakukan adalah melakukan penilaiaan jalan nafas EGRI Score. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan EGRI Score dengan keberhasilan intubasi pada pasien general anesthesia. Metode: Penelitian ini mengunakan desain observasi analitik dengan pendekatan cross-cectional study. Jumlah sempel pada penelitian ini adalah 94 orang dengan teknik sampling non-probability sampling consecutive sampling. Penelitian ini dilakukan di RSUD Klungkung pada bulan Februari-Maret 2022. Analisa data menggunakan uji analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan fisher's exact test. Hasil: sebagian besar responden memiliki prediksi intubasi mudah yaitu sebanyak 93 responden (98,9%) dan sebagian besar berhasil dilakukan tindakan intubasi yaitu sebanyak 93 responden (98,9%). Terdapat hubungan yang signifikan antara EGRI Score dengan keberhasilan intubasi pada pasien general anesthesia dengan nilai p-value 0,011. Kesimpulan: EGRI Score dapat memprediksi keberhasilan intubasi pada pasien general anesthesia Background: Intubation is inserting an endotracheal tube either through the mouth or nose. Increasing the success of intubation is what needs to be done in order to avoid injury and death during intubation process. It can be done through assessing airway EGRI score. Purpose: To determine the correlation between EGRI score and the success of intubation on patients with general anesthesia. Method: This research was analytical observational with cross sectional study. There were 94 respondents which were recruited as the samples. Those samples were chosen by using non-probability sampling (consecutive sampling). This research was conducted in Klungkung Hospital on February-March 2022. The data were analyzed by using univariate dan bivariate analysis with fisherrs exact test. Findings: The result of this research showed that 93 (98.9%) respondents had good prediction in intubation and 93 respondents (98.9%) had been done successful intubation. There was significant correlation between EGRI score and the success of intubation on patients with general anesthesia (p-value 0,01). Conclusion: EGRI Score can predict the success of intubation on patients with general anesthesia.
Program Pelatihan Hands Only Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) pada Remaja di Masa Pandemi COVID-19 Ni Made Dewi Wahyunadi; Putu Noviana Sagitarini
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 6 (2023): Volume 5 Nomor 6 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i6.8653

Abstract

ABSTRACT Hands only CPR is a very important action for cardiac arrest first aid. To find out the difference between face-to-face and video training hands-only CPR knowledge. A quasi-experimental design, a randomized pre test-post test control design group. Consisting of two intervention groups where group 1 was given hands-only CPR training with video and group 2 was given face-to-face hands-only CPR training. The population in this study were all students at SMA Surya Wisata Tabanan, Bali where the sample size for each group was 48 people. The sampling method used is purposive sampling technique. Data collection used a questionnaire for hands-only CPR knowledge. The data in this study were analyzed using the SPSS version 22 for Windows program. To see differences in pre and post interventions, the Wilcoxon Signed Rank Test was used. To see the difference between the intervention groups 1 and 2 using the Mann Whitney test. The pre-test knowledge level in the group that was given face-to-face training (89.6%) and video (81.2%) dominantly had low knowledge, while the post-test knowledge level at face-to-face training (81.2%) and video (68.8%) dominantly have a high level of knowledge. Based on the Wilcoxon test and Mann Whitney test, the value of p <0.001 was obtained. There was a change in knowledge before and after hands-only CPR training using both face-to-face and video methods, but the increase in knowledge with face-to-face was higher Keywords: Knowledge, Training, Hands Only CPR  ABSTRAK Hands only CPR merupakan suatu tindakan yang sangat penting untuk pertolongan pertama cardiac arrest. Mengetahui perbedaan pengetahuan hands only CPR antara pelatihan yang menggunakan video dengan tatap muka. Desain quasi eksperimental, rancangan randomized pre test-post test control design yang terdiri dari dua kelompok intervensi dimana kelompok 1 diberikan pelatihan hands only CPR dengan video dan kelompok 2 diberikan pelatihan hands only CPR dengan tatap muka langsung. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa yang berada di SMA Surya Wisata Tabanan, Bali dimana besar sample setiap kelompok 48 orang. Metode sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk pengetahuan hands only CPR. Data pada penelitian ini akan dianalisis menggunakan program SPSS for windows versi 22. Untuk melihat perbedaan pre dan post intervensi menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Untuk melihat perbedaan antar kelompok intervensi 1 dan 2 menggunakan uji Mann Whitney test. Tingkat pengetahuan pre test pada kelompok yang diberikan pelatihan dengan tatap muka (89,6%) dan video (81,2%) dominan memiliki pengetahuan rendah, sedangkan pada post test diberikan pelatihan dengan tatap muka (81,2%) dan video (68,8%) dominan memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Berdasarkan uji Wilcoxon dan Mann Whitney didapatkan nilai p<0,001. Terdapat perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan hands only CPR baik menggunakan metode tatap muka maupun dengan video, namun peningkatan pengetahuan dengan tatap muka lebih tinggi. Kata Kunci: Pengetahuan, Pelatihan, Hands Only CPR
Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan Terjadinya Keputihan di SMP Negeri 10 Denpasar Kiki Prasasti Putri; Putu Noviana Sagitarini; Ni Made Dewi Wahyunadi
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol. 9 No. 02 (2023): Oktober: Jurnal Kesehatan Medika Udayana
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47859/jmu.v9i02.299

Abstract

Latar belakang: Keputihan adalah kondisi dimana vagina mengeluarkan lendir ataupun cairan seperti nanah yang disebabkan kuman. Personal hygiene adalah salah satu faktor yangdapat menyebabkan keputihan. Personal hygiene yang baik pada daerah genetalia dapat menghindari seseorang dari kuman parasit dan virus. Tujuan: Tujuan dari penelitian adalah untuk Untuk mengetahui hubungan perilaku personal hygiene dengan kejadian keputihan di SMP Negeri 10 Denpasar. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional melalui pendekatan cross-sectional. Cara pengambilan sampel dengan probability sampling dengan teknik simple random sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 249 responden. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan perilaku personal hygiene dengan kejadian keputihan dengan nilai p= 0,042. Mayoritas remaja memiliki perilaku personal hygiene baik (78,3%) dan sebagian besar tidak mengalami keputihan (84,7%). Simpulan: Semakin baik perilaku personal hygiene maka semakin sedikit terjadinya keputihan pada remaja putri, disarankan pada remaja putri untuk mempertahankan perilaku personal hygiene yang baik.