Ani Yuningsih
Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung

Published : 24 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan)

Tipikasi Pola Komunikasi dan Proses Adaptasi Pada Profesi Dosen Ani Yuningsih
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 21, No. 4, Tahun 2005 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.638 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v21i4.190

Abstract

Tema penelitian ini adalah “Tipikasi Pola Komunikasi Organisasi dan Proses Adaptasi pada Profesi Dosen Berdasarkan Spesialisasi Ilmu di Bidang Kajian Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, sebagai Upaya Para Pengelola Mengimplementasikan Nilai-nilai Budaya Organisasi dan Meningkatkan Profesionalitas dosen”.  Tujuan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penelitian, yakni :  1) Bagaimana  pengelola Bidang Kajian  mengkonstruksi pola komunikasi organisasi; 2) Bagaimana tipikasi pola komunikasi organisasi berdasarkan spesialisasi ilmu di Bidang Kajian; 3) Bagaimana proses dosen baru beradaptasi dengan profesi dosen dan dengan pola komunikasi organisasi.  Sedangkan metode yang digunakan adalah metode kualitatif melalui studi fenomenologis. Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada para pengelola Bidang Kajian (Jurnalistik, Humas, dan Mankom), dan kepada masing-masing 1 orang dosen “baru”,  serta kepada mahasiswa sebagai informan tambahan.  Hasil penelitian dapat digambarkan dalam bentuk model yang menunjukkan proposisi adanya keterkaitan antara Pola  Komunikasi Organisasi dengan berbagai aspeknya seperti, dengan Jenis Spesialisasi  atau Profesi Bidang Keilmuan. Pola  komunikasi organisasi secara umum di BK Jurnalistik bersifat “egaliter”, di BK Humas bersifat “familiar” atau kekeluargaan, dan di BK Mankom bersifat non-formal cenderung “serius” dan kaku. Adapun proses adaptasi dosen baru terhadap Budaya Komunikasi Organisasi, berdasarkan pengamatan dan wawancara dapat dibuat tipikasi tahapannya ke dalam lima jenis tahapan, masing-masing melalui tahap: Kebanggaan semu, Kekalutan, Kegamangan, Pengabaian, dan Penerimaan.
Urgensi Pembaharuan Strategi Kehumasan Bagi Partai Politik Ani Yuningsih
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 19, No. 1, Tahun 2003
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.814 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v19i1.91

Abstract

Partai politik sebagai organisasi yang memiliki akses langsung dan paling dekat dengan kekuasaan dapat kita pandang sebagai fenomena sosial yang aktual saat ini, terutama menjelang masa kampanye pemilihan umum 2004. Citra partai politik (parpol) dibenak personal maupun publik dan  khayalak secara umum amat penting perannya untuk diperhitungkan, baik oleh para pengurus parpol para kader, partisan, maupun kelompok-kelompok kepentingan. Salah satu publik terpenting dan sangat strategis yang turut menentukan kuncup dan mekarnya sebuah parpol adalah pers atau media. Bila menggunakan paradigma kehumasan maka gencarnya tulisan pro-kontra di media massa seputar kegiatan suatu parpol dapat dipandang sebagai suatu keadaan krisis, yang bila tidak segera ditangani secara arief dan strategis dapat menimbulkan opini publik negatif yang pada akhirnya dapat menggelincirkan parpol ke dalam “Citra” yang terpuruk. Event yang sedianya memiliki target membentuk citra demokratis dan aspratif dari parpol dapat berbalik menjadi prasangka atau prejudice dari pemberi suara dan publik lainnya. Disinilah arti penting pembaharuan strategi kehumasan untuk diterapkan, agar upaya-upaya parpol membentuk, memelihara, meningkatkan dan mempertahankan reputasi dan citra partai dapat dicapai seoptimal mungkin. Melalui pendekatan kehumasan, parpol dapat mengidentifikasikan publik internal dan publik eksternalnya. Parpol juga harus mengenali “Keunggulan Diri” Sebagai Landasan Pembentuk Citra Partai Politik, dan mengangkatnya menjadi issue sentral dalam berbagai kampanye. Selain itu strategi komunikasi dan program kehumasan bagi parpol untuk membentuk Citra/Image dapat dilakukan dengan teknik komunikasi :Informatif; Edukatif; dan Persuasif.
Peran Strategis Profesi Public Relations dalam Membangun Kemitraan Berbasis Nilai Spiritual Ani Yuningsih
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 22, No. 4, Tahun 2006 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.66 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v22i4.228

Abstract

Fokus penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menganalisis realitas sosial yang terjadi di kalangan profesi public relations (PR), sebagai profesi yang diharapkan mampu berperan secara strategis dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Barat Tujuan penelitian ini yakni untuk menjawab: 1) Bagaimana peran  profesi public relations dalam membangun nilai-nilai utama dari corporate culture di  perusahaan atau organisasinya ?; 2) Bagaimana peran profesi PR dalam mentransformasi dan mensosialisasikan nilai-nilai spiritual corporate social responsibility di  perusahaan atau organisasinya ?; 3) Bagaimana peran perusahaan atau organisasinya dalam meningkatkan IPM di Jawa Barat ?; 4) Faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan IPM di Jawa Barat ?; dan 5) Kendala apa saja yang dihadapi dalam membangun kemitraan dengan pemerintah dan komunitas sipil lainnya untuk berpartisipasi dalam peningkatan IPM di Jawa Barat ? Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada para praktisi dan akademisi public relations di Jawa Barat, yang hadir pada Seminar Public Relations  dan Musyawarah Daerah Humas 2006, BPC Cabang Bandung-Jawa Barat, tanggal 13 September 2006, di Hotel Savoy Homan Bandung. Peneliti juga melakukan wawancara mendalam kepada para narasumber yang sekaligus menjadi responden dalam penelitian ini. Dari 70 kuesioner yang disebarkan, hanya sebanyak 52 yang bisa diolah dan dianalisis. Hasilnya menunjukkan bahwa: 1) Profesi PR berperan strategis dalam membangun nilai-nilai utama yang akan menjadi fondasi bagi bangunan budaya perusahaan (corporate culture) dimana ia berkarya; 2) Profesi PR juga berperan strategis dalam proses transformasi dan sosialisasi nilai-nilai spiritual yang diwujudkan ke dalam peluncuran program-program CSR perusahaan/lembaga; 3) Peran perusahaan/ lembaga dalam meningkatkan IPM adalah menjalin kemitraan dengan pemerintah dan komunitas sipil lainnya; 4) media literacy dan advokasi LSM yang matang terarah merupakan faktor yang perlu diperhatikan; 5) kendala internal yaitu rendahnya antusiasme pimpinan terhadap CSR, sedangkan kendala eksternal yaitu ego sektoral dari berbagai lembaga yang terkait dengan program peningkatan IPM di Jawa Barat.
Reidentifikasi Budaya Organisasi Melalui Pendidikan Kehumasan Ani Yuningsih
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 20, No. 4, Tahun 2004 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.777 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v20i4.151

Abstract

Strategi humas, dalam perspektif internasional, mensyaratkan dimilikinya substansi nyata dari suatu organisasi bangsa, berupa “identitas organisasi” yang berakar dari “budaya organisasi” bangsa yang bersangkutan. Substansi inilah yang akan menjadi modal dalam pencitraan suatu bangsa, secara internal sebagai pengendali hubungan antar berbagai publik internal, dan secara eksternal sebagai landasan pengembangan reputasi maupun promosi bangsa. Indonesia sebagai organisasi, kini berada dalam kondisi kritis kehilangan jati diri dan identitas budaya organisasinya. Kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab runtuhnya citra bangsa dimata publik internasional. Oleh karenanya reidentifikasi budaya organisasi bagi bangsa Indonesia menjadi amat bermakna. Rekonstruksi budaya untuk membangun kembali citra bangsa yang terpuruk, perlu didahului oleh reidentifikasi budaya organisasi, karena bangsa ini sedang belajar mengenali kembali jati diri dan budayanya. Salah satu alternatif yang bisa ditempuh adalah dengan menggencarkan kesadaran akan pentingnya gerakan ini, melalui pendidikan kehumasan dalam perspektif internasional ke segala penjuru dan lapisan masyarakat. Dengan didukung oleh performa media massa melalui strategi media relations, dan dimotori oleh para pengelola negara yang memiliki kewenangan lintas sektoral, diharapkan semua elemen bangsa memiliki kesadaran untuk menjalankan fungsi humas internasional, sesuai dengan kapabilitas dan perannya masing-masing dalam berbangsa dan bernegara.
Membangun Reputasi Islam Melalui Keterampilan “Interpersonal” Ani Yuningsih
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 19, No. 4, Tahun 2003
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.434 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v19i4.115

Abstract

Reputasi Islam sebagai agama dan keyakinan juga sebagai lembaga/organisasi saat ini tengah menjadi perhatian dunia, pada beberapa insiden nasional maupun internasional Islam selalu dituduh berada dibalik semuanya, Islam diidentikan dengan teroris. Opini dan persepsi dunia seperti demikian jelas mengancam reputasi atau nama baik Islam sebagai agama dan keyakinan, yang pada gilirannya akan merembet kepada lembaga-lembaga, organisasi dan kegiatan-kegiatan yang berlabel Islam. Efektivitas relationship dengan berbagai kalangan akan sangat membantu terciptanya saling pengertian dan pemahaman tentang apa dan siapa Islam. Jaringan yang besar diawali dengan rajutan yang kecil, maka gerakan muslim sekecil apapun akan besar maknanya apabila dilakukan secara konsisten, ke arah yang sama dan bersama-sama pula. Pada dasarnya berbagai upaya membangun dan memperbaiki reputasi Islam, berdasarkan subjek/pelakunya bisa kita bagi ke dalam tiga tingkatan tindakan, yakni : individu, lokal, dan bangsa. Upaya mempertahankan dan mengembangkan relationship dalam membangun reputasi Islam dapat dilakukan dengan cara memahami, menganalisis dan mempraktekkan keterampilan interpersonal. Beberapa yang dapat dijadikan pedoman adalah bahwa membina hubungan seorang muslim harus memiliki perasaan positif, selalu siap membuka diri atas berbagai informasi tentang keberadaannya, dan terakhir harus siap melakukan evaluasi diri dan uji diri. Tahapan-tahapan keterampilan interpersonal yang dapat diimplementasikan dan dikuasai untuk meraih reputasi Islam yang baik, yaitu : 1) interpreting other people behavior; 2) presenting yourself; 3) communicating; 4) persuading; 5) using power; 6) working in group and meeting; 7) leading and facilitating groups and meeting.
Degradasi Marginalisasi Perempuan Melalui Transformasi Peradaban Ani Yuningsih
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 20, No. 3, Tahun 2004 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.87 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v20i3.147

Abstract

Di kalangan umat Islam, diskriminasi jender mengakar kuat dalam peradaban Islam lebih karena pengaruh budaya, bukan karena landasan teologi yang “akurat”. Landasan keagamaan, khususnya Islam, baik melalui Al Qur’an maupun Hadits, yang lebih sering mengemuka selama ini justeru yang menekankan adanya “diskriminasi jender” yang semakin membuat perempuan termarginalkan fungsi  dan perannya, apalagi kedudukannya dalam berbagai pranata sosial di mana ia berada. Berdasarkan paparan tersebut, jelaslah bahwa untuk melakukan degradasi (penurunan) marginalisasi perempuan di dalam berbagai sektor kehidupan, di belahan dunia manapun, mesti melalui proses transformasi peradaban, khususnya peradaban Islam, yang pada kenyataannya masih sering rancu akibat pengaruh budaya-budaya di luar Islam. Sebuah peradaban dikonstruksi, diabstraksi, dan ditransformasikan oleh para pelaku dalam suatu kelompok masyarakat, jadi  tidak merupakan sebuah konsep yang diterima begitu saja. Peradaban oleh para aktornya dibangun untuk  memapankan sebuah sistem nilai, namun kepentingan dan pola pikir patriarkhi yang mendominasi budaya di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, melahirkan pola perilaku aktor yang memapankan sistem nilai patriarkhi pula. Proses marginalisasi perempuan dalam sebuah peradaban berlangsung secara evolusi, bertahap/ bergradasi, dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, dari jaman ke jaman. Semua proses tadi tidak terlepas dari kegiatan komunikasi, dalam berbagai konteks dan bidang kehidupan. Dengan demikian, marginalisasi perempuan hanya bisa dihentikan melalui proses degradasi atau penghentian perkembangan dan penyebaran sistem nilai dan keyakinannya. Transformasi Peradaban akan menghadapi berbagai situasi dalam perjalanan dan prosesnya, antara lain : adaptasi, asimilasi, konfrontasi, sublimasi, koordinasi, dan reformulasi. Proses transformasi peradaban, untuk mendegradasi marginalisasi perempuan,  bisa berlangsung secara alamiah, tanpa konflik, bila dilakukan dari generasi ke generasi melalui komunikasi dialogis dan timbal balik. Karenanya semua pihak yang terkait hendaknya diberi peluang untuk berbicara dan menunjukkan argumentasinya dalam berbagai konteks komunikasi, terutama di ruang-ruang publik seperti media massa.  Gerakan kaum perempuan yang telah bangkit dewasa ini, baik dalam bentuk forum, organisasi, dan lain sebagainya, dengan tujuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, kesetaraan peran dan fungsi sosial perempuan, akan lebih kokoh bila berkolaborasi dan terintegrasikan satu sama lain, dalam rangka efisiensi dan efektifitas komunikasi peradaban.
Communication Pattern And Skill Of Leaders In Private University Management Ani Yuningsih; Dadan Mulyana
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 33, No. 1, Year 2017 [Accredited by Ristekdikti]
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (758.142 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v33i1.2077

Abstract

Communication strategies and skills supported by mutually supportive management tools are one of the managerial skills that must be mastered by private university (PTS) leaders. Leadership communication skills and style will form organizational communication patterns that will become the foundation for a healthy and effective organizational climate to develop its vision and mission. This research is done by using case study method at some PTS which is representation of PTS profile in West Java. The research results indicate that communication pattern of PTS leaders is still conventional, that is following the existing organizational structure, along with some informal communication form. Leadership communication skills are diverse, and include organizational communication skills, interpersonal communication, group communication, and social communication. All types of skills are required, but there are still some skills that have not been done optimally, such as group communication skills and social communication skills.