I Gede Supriadhiana
Departemen Neurologi, FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

CURIGA RUPTUR ARTERIOVENOUS MALFORMATION PADA KEHAMILAN PRETERM Adriana Marsha Yolanda; I Gede Supriadhiana; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi; Ketut Widyastuti
Callosum Neurology Vol 3 No 2 (2020): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.106 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v3i2.103

Abstract

Latar Belakang: AVM merupakan penyebab paling utama perdarahan intrakranial pada usia muda. Penyebab perdarahan intraserebral paling sering pada kehamilan adalah ruptur AVM. Risiko terjadinya ruptur AVM diperkirakan sebanyak 3.5%. Perdarahan intraserebral pada kehamilan jarang ditemukan, tetapi memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Saat ini, penatalaksanaan dinilai secara individual dan seringkali menjadi dilema bagi para klinisi. Laporan Kasus: Pasien perempuan, 22 tahun, saat ini sedang hamil anak pertama dengan usia kehamilan 29 minggu datang dengan keluhan utama kelemahan separuh tubuh kanan, yang terjadi mendadak saat sedang duduk. Selain kelemahan separuh tubuh kanan, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri kepala, yang dirasakan berdenyut, di seluruh bagian kepala dengan intensitas sedang-berat. Pasien juga sempat muntah 2 kali.Keluhan kesemutan separuh tubuh kanan, bibir mencong, bicara pelo terjadi bersamaan dengan kelemahan separuh tubuh kanan. Diskusi: Pemilihan terapi pada ruptur AVM memiliki banyak pertimbangan. Saat ini belum didapatkan standar penanganan ruptur AVM selama kehamilan. Pasien dengan ruptur AVM memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya perdarahan ulang, 4 kali lebih besar dibandingkan AVM yang tidak ruptur. Angka kejadian untuk terjadinya ruptur tinggi dalam 1 tahun sejak onset perdarahan pertama kali. Beberapa pilihan penanganan AVM yang ada saat ini mencakup penanganan konservatif dan operatif. Penanganan operatif meliputi reseksi, radiosurgery stereotactic, embolisasi endovascular dan kombinasi. Tujuan utamanya adalah mencegah adanya perdarahan ulang. Simpulan: Pecahnya pembuluh darah AVM, memiliki risiko untuk terjadi perdarahan ulang sebanyak 6%-15,8% dalam 1 tahun pertama. Penatalaksanaan operatif diperlukan, tetapi belum ada standar penanganan yang baku mengenai waktu dilakukannya penanganan operatif Kata Kunci: Perdarahan Serebral, Arteriovenous Malformations, Kehamilan