Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi
Departemen Neurologi, FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

KADAR CD4 SEBAGAI FAKTOR RISIKO GANGGUAN KOGNITIF PADA PENDERITA HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PRAANTIRETROVIRAL Ni Putu Sukarini,* Anak Agung Raka Sudewi,*Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi*
NEURONA Vol 34 No. 2 Maret 2017
Publisher : Neurona Majalah Kedokteran Neuro Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTRODUCTION HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS HIV PATIENTS HAVE BEEN ASSOCIATED WITH THE INCIDENCE OF COGNITIVE IMPAIRMENT LOW LYMPHOCYTE T CD4 HAS ALSO ASSOCIATED WITH THE DEVELOPMENT AND PROGRESSION OF HIV COMPLICATIONS
PERBEDAAN RERATA LIMFOSIT CD4 PADA PENDERITA HIV DENGAN DAN TANPA GANGGUAN MEMORI VERBAL Ketut Widyastuti,* Ni Made Susilawathi,** I Made Susila Utama,*** Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi**
NEURONA Vol. 34 No. 4 September 2017
Publisher : Neurona Majalah Kedokteran Neuro Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTRODUCTION NEUROCOGNITIVE COMPLICATIONS IN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS HIV PATIENTS ARE APPROXIMATELY51 WITH THE MOST COGNITIVE DOMAINS IMPAIRED IS MEMORY 63 VERBAL MEMORY IMPAIRMENT IN PATIENTS WITH HIV IS STILL FOUND ACTIVE ANTIRETROVIRAL THERAPY ARV THAT IT CAN INCREASE THE LEVELS OF LYMPHOCYTES CLUSTER OF DIFFERENTIATION 4 CD4 HAS WIDELY USED IMMUNE SUPPRESSION SHOWN IN CD4 LEVEL IS A STRONG DETERMINANT FOR COGNITIVE IMPAIRMENT
PENGENALAN PEMERIKSAAN NEUROKOGNITIF FIT AND PROPER TEST PADA CALON PEMIMPIN AAAP, Laksmidewi
Medicina Vol 40 No 1 (2009): Januari 2009
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.518 KB)

Abstract

Neurokognitif Fit and Proper  test mulai dikenal sejak Pilpres 2004.  Tulisan ini bertujuan mengenalkan serangkaian perangkat Neurokognitif Fit and Proper test yang dapat  mengevaluasi kelayakan dan kepantasan seseorang sebagai pemimpin. Pemeriksaan ini dikemukakan dari sudut Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi) khususnya neurobehavior. Test ini dikembangkan untuk seorang calon pemimpin dan calon eksekutif maupun legislatif. Pemeriksaan Fit and Proper ini sedang distandarisasi  secara nasional.[MEDICINA 2009;40:52-4].  
Penurunan Fraksi Ejeksi Ventrikel Kiri dalam Enam Bulan Meningkatkan Faktor Resiko Gangguan Kognitif Penderita Gagal Jantung Sistolik Risky Ilona Saputra; I Made Oka Adnyana; AAA Putri Laksmidewi; Anna Marita Gelgel; I Putu Eka Widyadharma
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 1 (2020): Online March 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i1.1278

Abstract

AbstrakGangguan kognitif sering dijumpai pada penderita gagal jantung sistolik dan tidak terdeteksi sejak awal. Hal ini memperburuk kondisi dan luaran klinis penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan risiko terjadinya gangguan kognitif pada penderita gagal jantung sistolik dengan penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri dalam enam bulan. Metode penelitian ini adalah kontrol kasus, di Poli Jantung dan Poli Saraf RSUP Sanglah, Denpasar, periode Oktober 2018 hingga Desember 2018. Analisis data dilakukan dengan SPSS versi 22. Penelitian ini menggunakan 76 subjek, dengan rerata usia 50,3 ± 4,5 tahun. Karakteristik yang lebih dominan dijumpai pada jenis kelamin laki-laki 44 orang (57,9%), pendidikan ≥ 12 tahun 40 orang (52,6%), dan pekerjaan formal 40 orang (52,6%) Dari hasil analisis statistik didapatkan persentase penurunan fungsi kognitif pada kelompok kasus sebesar 89,5% sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan 13,2%. Analisis bivariat dengan Chi-square, didapatkan nilai OR=56,1; IK 95% 13,844-227,338; p<0,001. Pada analisis multivariat didapatkan penurunan FEVK dalam enam bulan merupakan faktor risiko yang kuat, memiliki risiko mengalami gangguan kognitif pada penderita gagal jantung sistolik dengan adjusted OR=23,1, setelah mengendalikan jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan, OR=23,1; IK 95% 4,7-114,03; p<0,001. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penurunan FEVK dalam enam bulan sebagai faktor risiko gangguan kognitif penderita gagal jantung sistolik. Penulis menyarankan para klinisi perlu melakukan pemeriksaan fungsi kognitif pada penderita gagal jantung sistolik .Kata kunci: gangguan kognitif, penurunan FEVK, gagal jantung sistolik
PREVALENSI MIGREN DAN KOMORBIDITAS DEPRESI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Putu Bagus Bramanthana Tirtha; I Made Oka Adnyana; Ida Bagus Kusuma Putra; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi
E-Jurnal Medika Udayana Vol 11 No 2 (2022): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2022.v11.i02.p09

Abstract

Introduction: Depression is one of the world’s major causes of disability, and the comorbidity of depression with migraine can worsen the patient's prognosis. By studying this comorbidity, the treatment quality can be improved. In addition, data regarding comorbidity of migraine and depression among students in Bali are still limited. Method: This is a descriptive analytic cross-sectional research. The sample population are pre-clinical students of the Undergraduate Program of Medicine and Medical Profession, Faculty of Medicine, Udayana University, aged 18 to 22 years. The total sample is 100 people. The purpose of this research is to describe the prevalence of migraine and depression in the sample population, and to understand whether there is a relationship between the prevalence of migraine and the prevalence of depression. This study used a questionnaire containing questions about headache status, depression status, and confounding variables status (gender, menstrual period, eating and drinking patterns, and socioeconomic status). Result and discussion: Migraine prevalence is 7%, and depression prevalence is 4%. 42,9% of the people who have migraine also have depression. 1,1% of the people who did not have migraine have depression. 2-sided P = 0.001 is derived from Fischer’s Exact Test. Conclusion: There is a relationship between migraine prevalence and depression prevalence.
LAPORAN KASUS PARKINSON DISEASE DEMENTIA: ASPEK NEUROKOGNITIF DAN HALUSINASI VISUAL Ketut Widyastuti; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi
Callosum Neurology Vol 1 No 1 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.724 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i1.8

Abstract

Latar Belakang: Penderita penyakit Parkinson memiliki risiko 6 kali lebih tinggi mengalami demensia dibandingkan populasi normal. Parkinson Disease Dementia (PDD) dapat terjadi setelah ataupun sebelum munculnya gejala motorik dan biasanya terlihat pada stadium lanjut. Sebaliknya, gangguan fungsi kognitif dan halusinasi visual dapat terjadi pada stadium awal. Pengenalan gejala demensia pada pasien PD sangat penting bagi klinisi sehingga bisa memberikan tatalaksana yang tepat seperti halnya gejala motorik. Kasus: Seorang wanita berusia 55 tahun dengan keluhan gangguan memori yang semakin memberat sejak setahun lalu. Gejala fluktuatif, rekuren, menetap, dan mengganggu aktivitas harian pasien. Pasien juga mengeluh sering melihat bayangan orang atau binatang tertentu terutama di malam hari. Tidak ada gangguan proses pikir atau bicara kacau. Pemeriksaan fisik didapatkan resting tremor, rigiditas, bradikinesia, hilangnya reflek postural dan tanda Myerson positif dengan stadium 4 Hoehn Yahr. Pemeriksaan neurokognitif menunjukkan gangguan atensi, memori, visuospasial, fungsi eksekutif, dan halusinasi visual. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) kepala menunjukkan atropi otak berat. Pasien mengalami perbaikan dengan terapi farmakologis dan stimulasi kognitif. Simpulan: Pengenalan secara dini gejala motorik, non motorik, kognitif, dan gejala neuropsikiatri terutama halusinasi visual sangat penting dalam tatalaksana lanjutan yang tepat bagi pasien penyakit Parkinson. Kata Kunci: Demensia, Penyakit Parkinson, Halusinasi Visual, Gangguan Memori
HIV-ASSOCIATED NEUROCOGNITIVE DISORDER (HAND) PADA PASIEN DENGAN HIV TANPA INFEKSI OPORTUNISTIK Gde Putra Dhyatmika; Ketut Widyastuti; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi
Callosum Neurology Vol 2 No 3 (2019): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (30.249 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v2i3.86

Abstract

Latar Belakang: Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah menjadi epidemi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Salah satu komplikasi infeksi HIV pada sistem saraf pusat (SSP) berupa gangguan fungsi kognitif yang disebut HIV-associated neurocognitive disorder (HAND). Replikasi HIV dalam jangka waktu panjang terjadi pada astrosit dan mikroglia, yang dapat menurunkan fungsi neuronal. HAND terkait dengan aktivitas virus dan mediator inflamasi sel imun pada SSP sehingga menyebabkan kerusakan neuron otak. Kasus: Pasien perempuan, 28 tahun, suku Bali, mengeluh mudah lupa yang dialami sejak 2 tahun lalu. Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri walaupun keluhan lupa terkadang dirasakan mengganggu. Pasien memiliki riwayat infeksi HIV sejak bulan September 2015 dengan CD4 16 sel/µl dan mendapat terapi ARV fixed-dose combination dengan regimen tenofovir, lamivudine, dan efavirenz. Pemeriksaan neurobehavior dijumpai atensi baik, gangguan memori terutama new learning ability, memori tunda, asosiasi berpasangan, gangguan visuospasial dan eksekutif, ADL dan IADL mandiri, MMSE: 24, MoCA Ina: 14, Clock Drawing Test: 3, Trial making test A baik, Trial making test B terganggu, International HIV Dementia Scale (IHDS): 10.5, Skala penilaian depresi Hamilton: 15. Hasil CT Scan kepala dalam batas normal. Diskusi: Dari hasil pemeriksaan, pasien dikategorikan dalam HAND tipe Asymptomatic Neurocognitive Impairment (ANI). Kadar CD4 diketahui berhubungan dengan derajat kerusakan neuron otak dan kadar CD4 nadir rendah (? 200 sel/µl) merupakan faktor risiko terjadinya gangguan kognitif pada pasien dengan HIV. Pemberian terapi kombinasi ARV dapat menunjukkan peningkatkan performa fungsi kognitif dan fungsional. Simpulan: Infeksi HIV secara langsung pada SSP dapat menyebabkan gangguan neurokognitif dan inisiasi pemberian terapi ARV dini merupakan usaha pencegahan terjadinya perburukan lebih lanjut. Kata Kunci: HIV, Gangguan Kognitif, CD4, Hand, ARV
KORELASI ANTARA LOKASI STROKE DENGAN GANGGUAN KOGNITIF PADA PENDERITA STROKE DI RSUP SANGLAH DENPASAR Kelvin Yuwanda; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi; Ketut Widyastuti
Callosum Neurology Vol 3 No 1 (2020): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.482 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v3i1.101

Abstract

Latar Belakang: Kasus stroke cenderung mengalami peningkatan baik kematian maupun kecacatan. Morbiditas pascastroke dapat berupa masalah fisik, psikis, dan kognitif. Risiko gangguan fungsi kognitif meningkat sebesar tiga kali lipat setelah suatu awitan stroke dan 25-50% di antaranya akan berkembang menjadi demensia pascastroke. Penilaian gangguan fungsi kognitif pada penderita pascastroke sangat penting oleh karena gangguan fungsi kognitif berhubungan dengan luaran fungsional yang buruk, tingkat ketergantungan yang tinggi, kualitas hidup yang rendah, dan angka kematian yang tinggi. Hubungan lokasi lesi dengan gangguan kognitif pada stroke masih menunjukkan hasil yang berbeda. Metode: Penelitian potong lintang pada penderita pascastroke yang dirawat di bangsal rawat inap dan poliklinik saraf RSUP Sanglah Denpasar mulai Oktober 2018 sampai Desember 2018 dengan menggunakan Montreal Cognitive Assessment Indonesian Version (MoCA-Ina). Total penderita stroke yang masuk dalam kriteria inklusi sebanyak 80 orang (52 laki-laki dan 28 perempuan). Hasil: Gangguan kognitif didapatkan pada pada 60 penderita stroke (75%), sedangkan sebanyak 20 penderita stroke (25%) tidak mengalami gangguan kognitif. Pada penelitian ini, didapatkan hubungan bermakna antara lokasi stroke dengan gangguan kognitif dengan odd ratio (OR) 6,476 ; 95% IK 1.716-24.439; p=0.006. Simpulan: Pasien stroke dengan lokasi lesi di hemisfer kiri mengalami kecenderungan gangguan fungsi kognitif dibandingkan dengan lokasi lesi di hemisfer kanan. Kata Kunci: Lokasi Stroke, Gangguan Kognitif, MoCA-Ina  
CURIGA RUPTUR ARTERIOVENOUS MALFORMATION PADA KEHAMILAN PRETERM Adriana Marsha Yolanda; I Gede Supriadhiana; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi; Ketut Widyastuti
Callosum Neurology Vol 3 No 2 (2020): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.106 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v3i2.103

Abstract

Latar Belakang: AVM merupakan penyebab paling utama perdarahan intrakranial pada usia muda. Penyebab perdarahan intraserebral paling sering pada kehamilan adalah ruptur AVM. Risiko terjadinya ruptur AVM diperkirakan sebanyak 3.5%. Perdarahan intraserebral pada kehamilan jarang ditemukan, tetapi memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Saat ini, penatalaksanaan dinilai secara individual dan seringkali menjadi dilema bagi para klinisi. Laporan Kasus: Pasien perempuan, 22 tahun, saat ini sedang hamil anak pertama dengan usia kehamilan 29 minggu datang dengan keluhan utama kelemahan separuh tubuh kanan, yang terjadi mendadak saat sedang duduk. Selain kelemahan separuh tubuh kanan, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri kepala, yang dirasakan berdenyut, di seluruh bagian kepala dengan intensitas sedang-berat. Pasien juga sempat muntah 2 kali.Keluhan kesemutan separuh tubuh kanan, bibir mencong, bicara pelo terjadi bersamaan dengan kelemahan separuh tubuh kanan. Diskusi: Pemilihan terapi pada ruptur AVM memiliki banyak pertimbangan. Saat ini belum didapatkan standar penanganan ruptur AVM selama kehamilan. Pasien dengan ruptur AVM memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya perdarahan ulang, 4 kali lebih besar dibandingkan AVM yang tidak ruptur. Angka kejadian untuk terjadinya ruptur tinggi dalam 1 tahun sejak onset perdarahan pertama kali. Beberapa pilihan penanganan AVM yang ada saat ini mencakup penanganan konservatif dan operatif. Penanganan operatif meliputi reseksi, radiosurgery stereotactic, embolisasi endovascular dan kombinasi. Tujuan utamanya adalah mencegah adanya perdarahan ulang. Simpulan: Pecahnya pembuluh darah AVM, memiliki risiko untuk terjadi perdarahan ulang sebanyak 6%-15,8% dalam 1 tahun pertama. Penatalaksanaan operatif diperlukan, tetapi belum ada standar penanganan yang baku mengenai waktu dilakukannya penanganan operatif Kata Kunci: Perdarahan Serebral, Arteriovenous Malformations, Kehamilan
PROFIL GANGGUAN NEUROKOGNITIF PADA PENDERITA PENYAKIT PARKINSON DI RUMAH SAKIT RUJUKAN DI KOTA DENPASAR TAHUN 2018 Putri Eka Pradnyaning; Ketut Widyastuti; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi; Sri Yenni Trisnawati; Dewa Putu Gede Purwa Samatra; I Ketut Sumada
Callosum Neurology Vol 3 No 1 (2020): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.664 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v3i1.105

Abstract

Latar belakang: Fungsi kognitif merupakan aktivitas mental yang dilakukan secara sadar dan gangguannya dapat diukur secara objektif menggunakan alat diagnosis baku. Gangguan fungsi kognitif memiliki dampak besar pada kualitas hidup penderita Penyakit Parkinson (PP), menambah beban pengampu, dan menambah biaya kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan profil gangguan neurokognitif penderita PP di rumah sakit (RS) rujukan Kota Denpasar berdasarkan demografis, gejala PP, dan domain kognitif yang terganggu. Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif potong lintang terhadap 47 penderita PP rawat jalan di RS rujukan Kota Denpasar. Hasil: Angka kejadian gangguan neurokogitif pada pasien PP di RS rujukan Kota Denpasar sebesar 55.3% dengan distribusi terbanyak pada laki-laki (72.3%), usia ?60 tahun (63.8%), pendidikan perguruan tinggi atau sederajat (44.7%), dan pensiunan (21.3%). Sebagian besar subjek telah menderita PP selama >5 tahun (42.3%), stadium Hoehn and Yahr 2 (38.5%), dan gejala motorik dominan berupa rigiditas bilateral (26.9%). Domain yang terganggu adalah eksekutif (48.9%), memori (46.8%), visuospasial (29.8%), atensi (23.4%), dan bahasa (10.6%). Simpulan: Lebih dari setengah penderita PP rawat jalan di RS rujukan Kota Denpasar mengalami gangguan neurokognitif dengan karakteristik laki-laki, usia lebih dari 60 tahun, berpendidikan tinggi, dan pensiunan. Gangguan eksekutif merupakan domain neurokognitif yang paling banyak didapatkan. Kata Kunci: Penyakit Parkinson, Gangguan Neurokognitif, Gangguan Neurokognitif pada Penyakit PP