Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Introduksi Tanaman Koro Merah dan Koro Kapsul Sebagai Tanaman Tumpangsari Pada Usahatani Lahan Kering di Sub-DAS Serang Daerah Tangkapan Waduk Kedung Ombo Jaka Suyana
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 1, No 2 (2017): December
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v1i2.35153

Abstract

Permasalahan yang dihadapi petani lahan kering di Lereng Utara Gunung Merbabu adalah degradasi lahan akibat erosi dan pendapatan usahatani masih rendah.  Kegiatan IbM Introduksi Tanaman Koro Merah (Kacang Merah) dan Koro Kapsul Pada Kelompok Tani Lahan Kering di Lereng Utara Gunung Merbabu ini merupakan kegiatan sosialisasi introduksi tanaman koro merah (kacang merah) dan koro kapsul ke dalam sistem usahatani yang telah ada (usahatani tembakau pada musim kemarau dan sayuran pada musim hujan). Tujuan introduksi tanaman koro merah dan koro kapsul adalah sebagai tanaman tumpangsari tembakau, dan juga kemungkinan pengembangannya sebagai tanaman substitusi/pengganti tembakau di kemudian hari. Mengingat sampai saat ini “tembakau” dianggap identik dengan “rokok” dan dipandang merugikan bagi kesehatan.  Namun selama ini belum dipikirkan jenis tanaman yang dapat menggantikan tanaman tembakau tersebut. Tanaman koro merah dan koro kapsul disamping toleran terhadap kekeringan (dapat tumbuh baik pada musim kemarau), juga mempunyai nilai ekonomi cukup baik. Oleh karena itu akan diintroduksikan sebagai tanaman tumpangsari dengan tembakau dan monokultur. Kelompok Tani yang  dipilih sebagai mitra yaitu Kelompok Tani Ngudi Makmur (Desa Ngargoloka, Kec. Ampel, Kab. Boyolali) dan Kelompok Tani Sumber Rejeki (Desa Candisari, Kec. Ampel, Kab.  Boyolali). Khalayak sasaran meliputi seluruh anggota dari kelompok tani Ngudi Makmur yang jumlahnya 38 petani dan kelompok tani Sumber Rejeki yang jumlahnya 30 petani, termasuk juga aparat desa. Hasil dari kegiatan IbM ini menunjukan bahwa introduksi tanaman koro merah cukup berhasil dengan produksi berkisar 167-520 kg/ha, sistem tumpangsari yang dikembangkan petani meliputi : tembakau+koro merah, tembakau+koro merah+cabe, tembakau+koro merah+wortel, cabe+koro merah+bawang daun. Nilai gizi kandungan : (a) lemak pada biji koro kapsul (2,28%) lebih tinggi dibandingkan biji koro merah (1,56%); (b) protein biji koro kapsul (23,39%) lebih tinggi dari biji koro merah (14,26%); serta (c) karbohidrat pada biji koro merah (69,42%) lebih tinggi dari biji koro kapsul (56,57%). Target dari semua kegiatan ini (penyuluhan, pemberian benih, serta pendampingan di lapangan dan pemasaran hasil) diharapkan dapat menyadarkan petani untuk ikut berpartisipasi dalam introduksi tanaman koro merah dan koro kapsul pada sistem usahataninya.
Kesesuaian Lahan Tanaman Jahe, Kencur, Kunyit, dan Serai Wangi sebagai Komoditas Agroforestri di KHDTK Gunung Bromo, Kabupaten Karanganyar (Study of Land Suitability for Ginger, Aromatic Ginger, Turmeric, and Citronella as Agroforestry Commodities at Gunung Bromo Research Forest, Karanganyar District) Dwi Priyo Ariyanto; Ardiana Rahma Wijayanti; Rahayu Rahayu; Jaka Suyana
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2022.19.2.75-89

Abstract

ABSTRACTMedicinal plants can be used in optimizing the use of land under forest stands. Land suitability needs to determine the types of plants that potential to be developed. This study aims to determine the types of medicinal plants that have the potential to be developed based on the characteristics of the land. This research is a descriptive method, determining the sample point using the transect method, and data analysis using the matching method to determine the land suitability of several types of medicinal plants, ginger, turmeric, aromatic ginger, and citronella. The results showed that the actual land suitability class is marginally suitable (S3) in land unit 9 - land unit 10 and not suitable (N) in other land units for ginger, aromatic ginger, and turmeric, while lemongrass is marginally suitable (S3) in all land unit. The limiting factors of land suitability class are the slope, soil pH, and the availability of P nutrients. Management efforts that can be carried out are making terracing, liming, and fertilizing.Key words: Medicinal, plants, land suitability, management effortsABSTRAKDalam upaya optimalisasi pemanfaatan lahan di bawah tegakan hutan, tanaman obat dapat digunakan sebagai alternatif tanaman untuk dikembangkan. Kajian kesesuaian lahandiperlukan untuk mengetahui jenis-jenis tanaman obat yang berpotensi dikembangkan berdasarkan karakteristik lahan. Jenis penelitian ini, yaitu penelitian deskriptif, penentuantitik sampel menggunakan transek, dan analisis data menggunakan metode matching untuk mengetahui kesesuaian lahan beberapa jenis tanaman obat, yaitu jahe, kunyit, kencur, dan serai wangi. Hasil penelitian menunjukkan kelas kesesuaian lahan aktual sesuai marginal (S3) pada SPL 9 - SPL 10 dan tidak sesuai (N) pada SPL lainnya untuk jenis tanaman jahe, kencur, dan kunyit sedangkan pada jenis tanaman serai wangi sesuai marginal (S3) padasemua SPL. Faktor pembatas pada kelas kesesuaian lahan, yaitu kemiringan lereng, pHtanah, dan ketersediaan hara P. Upaya pengelolaan pada faktor pembatas yaitu pembuatan terasering, pengapuran dan pemupukan. Kata kunci: Tanaman obat, kesesuaian lahan, upaya pengelolaan
Pengabdian Masyarakat Budidaya Cacing Tanah pada Media Blotong di Bawah Tegakan Tanaman Tahunan Sutarno Sutarno; Komariah Komariah; Dwi Priyo Ariyanto; Sumani Sumani; Jaka Suyana
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 14, No 3 (2023): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v14i3.12682

Abstract

Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mentransfer IPTEK berupa budidaya cacing tanah dengan berbagai media dibawah tegakan tanaman tahunan di Dusun Gemblung, Desa Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Pembudidayaan cacing tanah pada lahan agroforestry dapat menjadi solusi untuk memperbaiki kondisi biofisik tanah dalam jangka waktu dekat maupun panjang. Selain itu, hasil dari budidaya cacing tanah dapat di jual sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Kelompok tani Makmur 1 dan 2 beranggotakan petani kecil, dimana kegiatan bertani adalah hanya merupakan kerja sambilan dan bukan penghasilan utama. Sehingga rata-rata jumlah lahan yang dimiliki kurang dari 1 ha. Dengan kepemilikan yang kecil ini, mereka menjalankan sistem pertanian secara konvensional dengan sangat sederhana. Lahan-lahan yang bisa digunakan secara produktif masih banyak yang belum difungsikan. Permasalahan lain kondisi tanah vertisol yang memiliki tekstur liat sehingga perkembang biakan cacing tanah pada tajuk tanaman merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan aerasi dan porositas tanah. Dengan kebutuhan cacing tanah sebagai pupuk vermikompos yang sangat tinggi dalam skala nasional, hal ini merupakan salah satu peluang untuk mengembangkan budidaya cacing tanah di bawah tegakan yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Makanan utama cacing tanah yang merupakan bahan organik, maka seresah tanaman yang mengandung cukup banyak N merupakan tempat yang sesuai. Berdasarkan pada kemampuan tersebut, cacing tanah juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan limbah organik seperti kotoran sapi, limbah dapur, limbah penggilingan gula. Maka kami tim pengabdian memberikan solusi berupa pelatihan cara memanfaatkan tegakan pohon dan limbah organik untuk membudidayakan cacing tanah.