Nanik Wijiyati Aluwesia
STFT WIDYA SASANA

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Mary as Mother of God: Its Implication for the Tradition of the Sisters of Our Lady of Amersfoort in Indonesia Nanik Wijiyati Aluwesia
Journal of Asian Orientation in Theology Vol 3, No 2 (2021): Journal of Asian Orientation in Theology
Publisher : P3TK, Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/jaot.v3i2.3378

Abstract

This article explores the dogma of Mary as Mother of God and its implications in the tradition of the Sisters of Our Lady of Amersfoort (SOLA) in Indonesia. In their traditional prayers to the Blessed Virgin Mary, the SOLA in Indonesia invoke Mary with the title, “Mother of God”. This exploration includes the significance of dogmatic perspective on Mary. What are the implications of the dogma of Mary as Mother of God for the tradition of the Sisters of Our Lady of Amersfoort in Indonesia? Literature study is used as a method in this research.  The dogma as Mother of God is reflected in their traditions such as: liturgy, devotion, the motto Tota Christi per Mariam and the formula of their religious vows. Three recommendations are offered: (1) having a uniform structural image of Mary as Mother of God in the Congregations of SOLA; (2) creation of a Marian formation program for all formators of the SOLA and the SOLA in Indonesia, and (3) designing a Marian Formation Program for Junior Sisters, Novices and Postulants, especially the dogma Mary as Mother of God and its implications in the tradition of the Sisters suited to the particular stage of formation.
Spiritualitas Inkarnatif Gereja Berbasiskan Semangat Multikulturalisme: Sebuah Kajian Femenologis dari Sudut Pandang Antropologis-Teologis Gaspar Triono Jeraman; Antonius Denny Firmanto; Nanik Wijiyati Aluwesia
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 7, No 1: Mei 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v7i1.250

Abstract

Artikel ini berfokus pada kajian tentang pembentukan Gereja Indonesia yang semakin inkarnatif berbasiskan semangat multikuturalisme. Model kajiannya dikerjakan dengan menggunakan metode fenomenologis dari sudut pandang antropologis-teologis. Dari kajian ini, saya menemukan bahwa inkarnasi Kristus sebagai manusia sebenarnya memiliki pengaruh budaya, di mana ia dibentuk dan turut serta membentuk serta mentransformasikan budaya lewat nilai-nilai keselamatan yang dibawanya kepada masyarakat di mana ia hidup dalam sejarah. Pembentukan Gereja inkarnatif di Indonesia terinspirasi dari peristiwa Inkarnasi Kristus Sendiri, di mana Gereja  sebagai anggota Kristus  sekaligus tetap memposisikan kehadiran dirinya sebagai anggota dari suatu budaya dan ia mewartakan Kristus itu pula lewat bahasa budaya yang berbeda beda dari anggota-anggotanya. Model kehadiran Gereja semacam tadi akan memberikan dampak moral, spiritual, dan politik, di mana nilai-nilai kultural dari berbagai kelompok di negara Indonesia akan diakui secara setara. pengakuan akan kesetaraan ini bertujuan untuk mengurangi tindakan radikal dan diskrimatif, yang kerap terjadi di Indonesia terhadap subkultural-subkultural minoritas. Tindakan diskrimatif yang berujung pada kekerasan telah menghancurkan martabat mereka sebagai manusia dan sebagai anak-anak Allah. Dengan menawarkan semangat humanisasi dan divinisasi yang dibawa oleh Kristus dalam inkarnasi, diharapakan dapat pula meningkatkan nilai harkat dan martabat manusia Indonesia di masa kini dan di masa yang akan datang.