Sri Ulina Ginting
STKIP Budidaya Binjai

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Ideologi Familialisme Pada Perempuan Batak Karo dan Perempuan Jawa di Desa Purwobinangun (Kajian Wacana Kritis) Sri Ulina Ginting
Jurnal Serunai Bahasa Indonesia Vol 16, No 1 (2019): Jurnal Serunai Bahasa Indonesia
Publisher : STKIP Budidaya Binjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.53 KB) | DOI: 10.37755/jsbi.v16i1.127

Abstract

Ideologi Familialisme merupakan suatu jebakan dimana menempatkan perempuan hanyalah sebagai istri yang baik dan ibu yang baik.Perempuan harus bisa berhias diri untuk bisa memberi  pelayanan yang terbaik bagi suami. Pada suku Karo dan suku Jawa di Desa Purwobinangun , Ideologi familialisme sangat dijunjung tinggi meskipun suatu jebakan bagi mereka , karena perempuan Karo  dan perempuan jawa di Desa Purwobinangun adalah perempuan yang pekerja keras, apapun ia lakukan demi keluarga dan anak-anaknya. Perempuan Karo mempunyai tanggung  jawab yang besar didalam keluarga,baik di keluarga mertuanya maupun dikeluarga orang tuanya. Karena di keluarga mertua perempuan Karo kedudukannya sebagai Kalimbubu, di keluarga orang tuanya perempuan Karo posisinya sebagai sebagai anak beru. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perempuan Karo dan perempuan jawa menjalankan bentuk dari ideolgi familialisme. Metode dalam  penelitian ini adalah kulitatif deskriftif dan mengunakan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup: Observasi,  wawancara , Dokumentasi.  Ideologi familialisme pada perempuan Karo dan perempuan Jawa tergambar bagimana perempuan pekerja keras yang memperjuangkan agar orang-orang yang ia kasihi mendapat yang terbaik di dalam kehidupannya, tanpa memperhitungkan pengorbanan baik moril maupun materil.Gambaran potret budaya Familialisme pada perempuan Karo dan perempuan Jawa , dimana seorang ibu yang baik itu pasti memperjuangan segala bentuk apapun demi memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya agar dapat bersekolah kejenjang yang lebih baik serta juga harus mampu merias diri untuk member pelayanan yang terbaik bagi suami.Pengorbanan inilah yang akan mengangkat status social keluarag ketika anak anak yang mereka perjuangkan berhasil.
ANALISIS SEMIOTIK PADA PESTA WACANA PERKAWINAN ADAT KARO LANGKAT Sri Ulina Ginting; Muhammad Ali Sadikini
Jurnal Serunai Bahasa Indonesia Vol 15, No 2 (2018): Jurnal Serunai Bahasa Indonesia
Publisher : STKIP Budidaya Binjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.976 KB) | DOI: 10.37755/jsbi.v15i2.52

Abstract

Upacara perkawinan Adat Karo adalah Upacara adat yang dihadiri oleh kerabat pihak kedua mempelai pengantin dan kerabat yang mempunyai kedudukan sebagai Anak beru, Senina, dan Kalimbubu (Rakut Sitelu). Upacara Adat dalam ngembah belo selambar biasanya didahului oleh makan bersama kemudian dilanjutkan dengan acara Runggu (Musyawarah) untuk menentukan berjalannya pesta peradatan pada hari H pesta perkawinan. Kesantunan berbahasa yang digunakan oleh pihak Kalimbubu (Pemberi Dara) dengan senina (Semarga) dan Anak Beru (Penerima Dara) mempunyai perbedaan kedudukan dalam posisi menjalankan adat pada pesta perkawinan. Penelitian ini membahas tentang makna semiotik pada wacana perkawinan adat Karo Langkat, Mulai dari pelaksanaan Ngembah Belo selambar (meminang perempuan Karo), Nganting Manuk, Pesta adat dan acara ngobah tutur atau yang dikenal dengan Mukul.Semua makna yang dipakai dan yang digunakan mempunyai makna tertentu dalam proses menjalankan adat. Dimana perlengkapan yang digunakan ose kedua belah pengantin dan keduah pihak orang tua pengantin, Luah (kado) dari singalo bere bere(Paman) berupa Penjayon (alat alat rumah tangga) tikar dan bantal, lampu telpok , beras priuk, ayam, telur ayam, kuali, piring , gelas, dan cerek.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, dimana akan dibuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Metode deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan makna makna yang terdapat pada perlengkapan wacana perkawinan adat Karo . Makna yang terdapat dalam wacana perlengkapan Perkawinan adat Karo langkat dikaji secara semiotik menentukan bagaimana kedudukan seseorang tersebut pada saat proses berjalan adat. Apakah ia duduk diposisi, anak beru, Kalimbubu, sembuyak/senina atau teman meriah
IDEOLOGI IBUISME PADA PEREMPUAN BATAK KARO DI DESA PURWOBINANGUN (KAJIAN WACANA KRITIS) sri ulina ginting
Serunai : Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Serunai Ilmu Pendidikan
Publisher : STKIP Budidaya Binjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (60.997 KB) | DOI: 10.37755/sjip.v5i1.156

Abstract

Perempuan  Karo  dikenal dengan perempuan pekerja keras, Idiologi ibuisme merupakan idiologi yang melegalkan tindakan apapun yang diambil perempuan demi keluarga tanpa mengharapkan kekuasaan atau prestise sebagai imbalan. Metode penelitian kualitataif deskriptof, metodeyang digunakan dalam pengambilan data penelitian  observasi fenomenologi, wawancar dan dokumentasi. Yang menjadi populasi penelitian masyarakat Karo dan jawa di Desa Purwobinangun, sampelpenelitian Perempuan Karo di dudun VI Serbajadi di dusun V Sumber Muliyo. Dalam  Idiologi ibuisme   pada Perempuan Batak Karo di Desa Purwobinangun: Kajian Wacana Kritis  dipahami bagaimana perempuan Karo jauh sangat berperan dalam menghidupi kebutuhan rumah tangga dibanding dengan laki laki Karo yang tinggal di pedesaan, Hingga perempuan Karo dikenal dengan perempuan yang pekerja keras. Bentuk ideologi ibuisme   yang ditemukan dalam penenlitian di desa Purwobinagun,  adalah beban kerja secara umum dapat dikatakan kajian perempuan atau analisis gender mencoba mengangkat  kepermukaan sehingga Hasil dari penelitian ini adanya perlawanan kaum perempuan terhadap ideologi patriarki, kaum ibu memperjuangkan anak perempuan mereka di bidang pendidikan dan perkerjaan, tanpa mengurangi aturan adat yang ada didalam masyarakat, dan mulai melawan dominasi kaum laki laki.